Senin, 18 November 2019

MENGAMBIL RESIKO ITU HAL YANG TERBAIK


MENGAMBIL RESIKO

Apa yang membuat seseorang menjadi pengambil risiko?
Kemampuan kita untuk mengambil peluang dan merasa nyaman dengan hasil yang tidak diketahui dipengaruhi oleh susunan psikologis kita sendiri, fungsi fisiologis di tubuh kita, budaya di mana kita dibesarkan, dan dukungan masyarakat yang lebih luas terhadap perilaku berisiko.
Penelitian telah menemukan, misalnya, bahwa tingkat testosteron masing-masing individu dapat berhubungan langsung dengan pandangan kita terhadap risiko.
Karena pria cenderung memiliki kadar testosteron lebih tinggi daripada wanita, mereka sering kali lebih bersedia untuk bertindak impulsif berdasarkan informasi yang parsial - walaupun keduanya memiliki selera risiko yang sama.
"Ketika Anda bersiap untuk bertengkar atau Anda telah mengambil risiko dan hasilnya terbayar dengan setimpal, tingkat testosteron Anda meningkat dan Anda menjadi lebih percaya diri," kata Dr Tara Swart, seorang ilmuwan syaraf dan pelatih kepemimpinan yang berbasis di London, Inggris.
Di sisi lain, ketika usaha berisiko Anda menyebabkan kegagalan, kadar testosteron Anda turun.
"Otak Anda sebenarnya akan mencegah Anda (untuk mengambil lebih banyak risiko) dengan memberi Anda lebih banyak kenangan saat mengalami kegagalan," tambah Swart.
Pengalaman kita sendiri dan kondisi riwayat emosional masing-masing individu juga akan mempengaruhi seberapa besar kita mengambil risiko.
Orang tua Anda mungkin sangat menghindari risiko selama mengasuh Anda, atau dulu Anda mungkin pernah mengambil risiko yang tidak berhasil, sehingga membuat Anda berhati-hati saat menghadapi keputusan "sebaiknya ambil risiko atau tidak ya?"
Dan juga ada faktor budaya. Anda mungkin berasal dari masyarakat atau kelompok sosial yang menghargai kesuksesan yang stabil dan aman dalam kehidupan profesional, finansial, atau pribadi seseorang, dibandingkan pada penghargaan atas pengambilan kesempatan yang melibatkan uji-coba.
Di beberapa tempat, seperti di Silicon Valley di California, mengambil risiko dipandang penting untuk meraih kesuksesan dalam budaya start-up yang berkembang di sana.
Bagi mereka yang bukan pengambil risiko, ada beberapa cara untuk membuat diri Anda lebih nyaman dalam mengambil peluang tersebut. Sampai batas tertentu, Anda dapat mengubah respon fisiologis yang mungkin membuat Anda menghindari risiko dengan mengatasi beberapa masalah psikologis juga.
Swart merekomendasikan praktik yang dia sebut sebagai "membungkam pikiran." Teknik ini dirancang untuk mengurangi "obrolan di dalam otak" dengan melatih otak agar tetap berada pada saat ini (pikiran tidak ke mana-mana).
Entah Anda sedang berjalan, makan, atau bernafas, dengan fokus pada pemandangan, suara, dan sensasi fisik pada momen tertentu dapat membantu meredam kebiasaan kita untuk mengulangi kesalahan dan kekhawatiran, kata Swart.
Meraih kesuksesan adalah impian semua orang. Bagi mereka yang benar-benar menginginkannya akan bersungguh-sungguh menjalani prosesnya. Mereka berani mengambil risiko, walaupun risiko tersebut sangat menantang kehidupannya. Tentu saja, risiko yang dimaksud bukanlah risiko ringan saja, tapi juga risiko berat.
Namun bagi mereka yang hanya menghayal, mereka menginginkan sesuatu tapi prosesnya mereka lalui dengan santai alias tanpa melakukan pekerjaan atau melalui langkah-langkah kecil sekalipun. Mereka terlalu cepat takut mengambil risiko bahkan tidak ingin menghadapi risiko apapun.
Lalu, adakah langkah penting bagi seseorang yang ingin menggapai kesuksesan dalam dunia apapun jika dia mesti memperolehnya dengan risiko-risiko? Tentu saja ada. Hampir tak ada masalah yang tak ada solusinya. Dalam dunia usaha juga begitu, tak ada impian yang ingin diwujudkan tanpa jalan atau langkah-langkahnya.
Agar berani mengambil risiko, paling tidak seseorang mesti memiliki beberapa hal:
Pertama, berbaik sangka kepada Allah
Meyakini adanya takdir buruk yang datang dari Allah adalah bagian dari keimanan. Takdir buruk terjadi atas izin Allah dan ada yang benar-benar menjadi cobaan maupun pelajaran bagi manusia. Namun, ada juga takdir buruk yang justru terjadi karena keteledoran manusia.
Bagi siapapun yang ingin menggapai impiannya, jika dia berani berikhtiar, maka dia mesti yakin bahwa ikhtiarnya benar-benar berada dalam naungan Allah, berada dalam ridha Allah. Keberanian untuk menerima hasil dengan segala macam risiko yang ditimbulkannya termasuk berbaik sangka kepada Allah. Nah, jika apa yang dia dapatkan kelak adalah satu di antara takdir Allah Yang Maha Kuasa di atas segalanya, lantas alasan apalagi yang membuatnya tidak semangat?
Kedua, yakin bahwa kesuksesan punya proses
Hampir tak ada kejadian yang tidak melalui proses. Orang hidup saja melalui proses. Dilahirkan dan begitu seterusnya. Begitu juga orang mati, dia mesti melalui sakaratul maut. Dan begitu seterusnya. Dalam konteks yang lain, hampir tak ada yang mendapatkan kesuksesan tanpa usaha serta tantangan yang bergulat di dalamnya.
Dengan demikian, jika seseorang ingin meraih impian atau menggapai kesuksesan, maka dia mesti melalui proses atau langkah-langkahnya. Dia harus percaya bahwa menggapai kesuksesan itu pasti melalui langkah-langkah. Selain itu, kesuksesan juga butuh waktu pencapaian. Kesuksesan tidak didapatkan seketika saja, dia butuh waktu yang kadang tak sedikit. Jika langkah-langkah yang sudah tersusun mengalami kendala pencapaian, maka itu pertanda impian tersebut butuh langkah-langkah baru yang lebih kreatif dan fleksibel.

Ketiga, percaya bahwa semuanya berisiko
Memiliki impian itu gratis, tapi menjadikannya sebagai sesuatu yang nyata atau mewujudkannya butuh kerja keras dan berisiko tinggi. Satu hal yang mesti dimiliki adalah berani mengambil sekaligus menerima risiko. Mengapa? Karena tidak ada yang diperoleh dalam hidup ini yang tidak berisiko. Risiko membangun bisnis adalah bangkrut atau rugi, risiko menjadi penulis adalah ditolak penerbit, risiko menjadi aktivis literasi ditinggal pembaca, risiko menjadi pemimpin adalah dihina, risiko menjadi pembalap adalah tabrakan, risiko menjadi orang kaya adalah kemiskinan, risiko menjadi orang jujur adalah pengasingan. Begitu seterusnya. Dengan adanya kesadaran bahwa semuanya berisiko, seseorang akan matang secara psikologis. Di samping itu, dia juga akan berusaha sejak dini untuk mencari solusi dari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depan. Dengan adanya risiko, seseorang menjadi antisipatif dalam melakoni kehidupannya.

Keempat, percaya diri atas hasil usaha
Orang sukses adalah dia yang siap menerima hasil akhir dari usaha maksimalnya. Apapun impiannya, jika perwujudannya dilalui dengan langkah-langkah terbaik dan dilalui dengan sungguh-sungguh, apapun hasilnya, itu adalah keberhasilan. Dia sangat percaya bahwa apa yang sudah dilaluinya adalah satu perjuangan yang tak sia-sia. Dia sangat yakin akan mendapatkan hasil terbaik. Dia percaya bahwa apa yang diperolehnya adalah hasil usaha dan pembuktian dari keringatnya sendiri. Dia bangga dengan hasil apapun yang dia dapatkan dari usahanya.

Kelima, percaya akan peluang
Orang sukses selalu meyakini bahwa satu jalan tempuh yang sudah dicoba dan menghasilkan sesuatu yang belum memuaskan bukanlah hasil akhir yang sesungguhnya. Itu justru pertanda bahwa dia mesti menata kembali langkah-langkah sebelumnya, atau jika tidak, dia mesti mencari jalan atau langkah-langkah baru yang lebih jitu. Sebab dia yakin bahwa peluang itu selalu terbukan bagi siapapun yang menginginkan kesuksesan. Bukankah Allah akan memberi pertolongan kepada mereka yang bersungguh-sungguh?
Menanti hasil adalah aktivitas yang kadang membutuhkan banyak tenaga. Kecemasan selalu menjadi selingan dominan di dalamnya. Ya, itulah yang saya alami. Saya percaya Anda pernah mengalami apa yang saya alami. Tapi dalam penantian yang dilapis kecemasan tersebut selalu ada inspirasi yang hadir, termasuk untuk membuat tulisan sederhana sekalipun.
Oh ya, sebelum mengakhiri catatan ini, saya ingin bertanya kepada Anda; Anda ingin membangun usaha apa? Apa saja impian Anda? Kesuksesan seperti apa yang ingin Anda raih?
Apapun jawaban Anda, saya ingin meningatkan satu hal: apapun usaha atau impian Anda, Anda mesti siap menerima risikonya. Baik dalam mengawali, melalui proses maupun hasil yang Anda peroleh. Sekarang lalui prosesnya, ikuti langkah-langkahnya, sungguh-sungguhlah dalam menuntaskannya, bersabarlah dalam menanti hasilnya dan siaplah menerima berbagai risiko yang Anda peroleh.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-40329998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar