Selasa, 26 September 2017

TANGGUNG JAWAB DALAM ISLAM

TANGGUNG JAWAB DALAM ISLAM


@E03-Rayhan, @ProyekA04
Oleh Rayhan Ismed



Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab sangat erat kaitannya dengan kewajiban. Sebagai seorang mahasiswa kewajiban kita adalah belajar, maka dengan belajar kita telah bertanggung jawab terhadap kewajiban kita, jadi makna dari tanggung jawab sering dikaitkan dengan kewajiban. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajiban kita.
           
 Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Agung Muhamad saw.Sebagai umat islam yang baik kita wajib melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Alloh lewat Al-Qur’an dan Rosululloh. Tanggung kawab disini terkait dengan tanggung jawab manusia terhadap Alloh, terhadap keluarga, masyarakat dan negara. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial ataupun teologis.
Tanggung jawab dalam kamus bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.[1] Jadi segala perbuatan yang dilakukan harus diperhitungkan dan memiliki dampak, baik itu positif maupun negatif.  Dalam al-Qur’an tanggung jawab juga banyak ayat yang berbicara mengenai tanggung jawab, salah satunya diungkapkan dalam surat al-Isra’ ayat 36:

Artinya: “janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”[2]

Dalam ayat ini jelas bahwa segala apa yang didengar, dilihat dan tersirat dalam hati manusia kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Allah. Menurut Quraish Shihab ayat ini menegaskan bahwa manusia akan dituntut mempertanggungjawabkan kerja alfi’ad atau hatinya. Adapun pertanggung jawaban yang tersirat dalam hati ada tiga kategori. Petama, disebut  dengan هاجس / hajis, yaitu  sesuatu yang terlintas dalam pikiran secara spontan dan berakhir seketika. Kedua, disebut dengan خاطر   / khathir yaitu sesuatu yang terlintas sejenak kemudian terhenti.  Ketiga, disebut dengan حدث نفس / hadist nafs yaitu bisikan-bisikan hati yang dari saat ke saat muncul dan bergejolak. Keempat, disebut dengan همّ / hamm yaitu kehendak melakukan sesuatu sambil memikirkan cara-cara pencapaiannya. Kelima, disebut dengan عزم / ‘azm yakni kebulatan tekat setelah rampungnya seluruh proses dan dimulainya suatu langkah pelaksanaan.[3]
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian. Orang yang bertanggungjawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggungjawab adalah orang yang mau berkorban demi kepentingan orang lain.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Orang yang cerdas tidak akan meremehkan perbuatan baik sekecil apa pun dan tidak gegabah berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Ia tahu, perbuatan baik atau jahat itu mula-mula amat kecil ketika dilakukan, akan tetapi bila pengaruhnya terus berlangsung lama, akan amat besar pahala atau dosanya.
Allah SWT berfirman dalam Surah Yasin [36]: 12, ”Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuat seseorang, melainkan melebar sampai pada akibat dari perbuatan tersebut.
Artinya, perbuatan baik ataupun jahat akan diberikan pahala atau dosa ditambah dengan pahala atau dosa orang-orang yang meniru perbuatan itu. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, atau anak yang shaleh, kesemuanya itu akan mengkibatkan kebaikan. Demikian pula sebaliknya.


Macam-Macam Tanggung Jawab
1.    Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
2.    Tanggung jawab terhadap keluarga.
3.    Tanggung jawab terhadap masyarakat.
4.    Tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


DAFTAR PUSTAKA :
 
SELASA, 07 JANUARI 2014
Selasa, 16 February 2010, 16:12 WIB
JUMAT, 07 DESEMBER 2012

1 komentar: