Oleh: Bagas Fadhlullah Akmal ( @P25-BAGAS )
Abstrak
Rasa peduli rupanya
menjadi barang langka di dunia sekarang ini. Orang hanya hidup untuk kepuasaan
dirinya semata. Kepentingan orang lain dikorbankan, tanpa rasa salah. Alam pun
rusak, karena manusia memeras alam, demi kepuasan dirinya semata. Rasa
peduli juga didasari oleh empati. Empati, dalam arti ini, adalah kemampuan
manusia untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Rasa peduli bergerak
lebih jauh dengan memikirkan apa yang menjadi kebutuhan orang lain, dan
tindakan nyata apa yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Kata Kunci : Peduli
I. Pendahuluan
Kata peduli memiliki makna yang beragam. Banyak literatur
yang menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan
sebagainya. Oleh karena itu kepedulian menyangkut tugas, peran, dan hubungan.
Kata peduli juga berhubungan dengan pribadi, emosi dan kebutuhan (Tronto dalam
Phillips, 2007).
II. Permasalahan
Seiring berjalannya
zaman, mungkin sebagian manusia lupa akan peduli terhadap sekitarnya. Oleh
karena itu, bagaimana cara agar rasa peduli itu tidak pudar ?
III.
Pembahasan
Peduli
menurut para ahli,
Swanson (1991) mendefinisikan kepedulian sebagai salah satu cara untuk memelihara
hubungan dengan orang lain, dimana orang lain merasakan komitmen dan tanggung
jawab pribadi. Noddings (2002) menyebutkan bahwa ketika kita peduli dengan
orang lain, maka kita akan merespon positif apa yang dibutuhkan oleh orang lain
dan mengeksresikannya menjadi sebuah tindakan.
Menurut Bender (2003) kepedulian adalah menjadikan diri kita terkait dengan orang
lain dan apapun yang terjadi terhadap orang tersebut. Orang yang mengutamakan
kebutuhan dan perasaan orang lain daripada kepentingannya sendiri adalah orang
yang peduli. Orang yang peduli tidak akan menyakiti perasaan orang lain. Mereka
selalu berusaha untuk menghargai, berbuat baik, dan membuat yang lain senang.
Banyak nilai yang merupakan bagian dari kepedulian, seperti kebaikan, dermawan,
perhatian, membantu, dan rasa kasihan. Kepedulian juga bukan merupakan hal yang
dilakukan karena mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.
Menurut Swanson (2000), ada lima dimensi penting dalam
kepedulian.
1.
Mengetahui
Berusaha keras memahami kejadian-kejadian yang memiliki makna
dalam kehidupan orang lain. Pada aspek ini menghindari asumsi tentang kejadian
yang dialami orang lain sangat penting, berpusat pada kebutuhan orang lain,
melakukan penilaian yang mendalam, mencari isyarat verbal dan non verbal, dan
terlibat pada kedua isyarat tersebut.
2. Turut
hadir
Hadir secara emosi dengan menyampaikan ketersedian, berbagi
perasaan, dan memantau apakah orang lain terganggu atau tidak dengan emosi yang
diberikan.
3.
Melakukan
Melakukan sesuatu bagi orang lain, seperti melakukannya untuk
diri sendiri, apabila memungkinkan, seperti menghibur, melindungi, dan
mendahulukan, seperti melakukan tugas-tugas dengan penuh keahlian dan
kemampuansaat mempertahankan martabat.
4.
Memungkinkan
Memfasilitasi perjalanan hidup dan kejadian yang tidak biasa
yang dimiliki oleh orang lain dengan memberikan informasi, memberikan
penjelasan, memberikan dukungan, fokus pada perhatian yang sesuai, dan
memberikan alternatif.
5.
Mempertahankan keyakinan
Mendukung keyakinan orang lain akan kemampuannya menjalani
kejadian atau masa transisi dalam hidupnya dan menghadapi masa yang akan datang
dengan penuh makna. Tujuan tersebut untuk memungkinkan orang lain dapat
memaknai dan memelihara sikap yang penuh harapan
Tujuan Kepedulian
1. Tujuan pertama dari kepedulian adalah untuk memudahkan
pencapaian self actualization satu sama lain. Mencapai potensial secara
maksimal merupakan tujuan yang paling penting dalam kehidupan
2. Tujuan
kedua adalah memperbaiki perhatian seseorang, kondisi, pengalaman, dan being,
kemudian untuk melanjutkan hubungan dengan kepedulian, dan mengekspresikan
perasaan mengenai hubungan
Faktor –
Faktor yang mempengaruhi Kepedulian
Kepedulian merupakan fenomena universal, dimana sebuah
perasaan yang secara alami menimbulkan pikiran tertentu dan mendorong perilaku
tertentu di seluruh budaya di dunia. Bagaimanapun kepedulian itu dipikirkan dan
diwujudkan dalam bentuk perilaku, kepedulian dipengaruhi oleh kondisi budaya
dan variabel-variabel lainnya. Pengalaman dari perasaan peduli (ketika mencapai
level perasaan dan perilaku) melalui sebuah proses intrepretasi dari bahasa dan
tindakan yang merupakan simbol dan perwujudan dari perasaan yang hanya bisa
diekspresikan secara sosial.
1. Budaya
Budaya mempengaruhi bagaimana kepedulian tersebut
diekspresikan dan diwujudkan ke dalam tindakan. Budaya mengendalikan bagaimana
aksi atau tindakan tersebut diwujudkan
2. Nilai
yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan
bagi seseorang
Seperti bagaimana menentukan
prioritas, mengatur keuangan, waktu dan tenaga. Motivasi, maksud dan tujuan
juga bergantung pada nilai yang dianut
3. Harga
Harga apa yang kita dapatkan ketika kita bersedia untuk
memberikan waktu, tenaga, bahkan uang, harus sesuai dengan nilai dari hubungan
kita dengan orang lain. Kepedulian yang sungguh-sungguh tidak akan membuat
waktu, uang, dan tenaga yang bersedia kita berikan menjadi sia-sia atau tidak
bijaksana. Untuk mencapai suatu tujuan yang sangat penting
4.
Keeksklusifan
Pada sebuah hubungan, hal ini bisa
saja dialami. Jika hal ini terus terjadi, maka faktor ini akan memberikan
pengaruh yang negatif dan oleh karena itu bukan lagi merupakan wujud dari
kepedulian. Hubungan lain terlihat sebagai kebutuhan untuk kondisi manusia
seperti untuk bertumbuh, stimulasi, memperdulikan, tetapi bagi hubungan yang
eksklusif, hal ini tidak akan diberikan.
5. Level
kematangan dari keprihatinan seseorang dalam sebuah hubungan kepedulian dapat
berpengaruh terhadap kualitas dan tipe hubungan kepedulian tersebut. Hubungan kepedulian
membutuhkan kesatuan dari kepedulian yang dilengkapi dengan keintegritasan dari
kepribadian seseorang.
IV.
Kesimpulan
Rasa peduli memang tidak akan pernah hilang. Ia
adalah bagian dari kehidupan yang ada di dalam diri setiap mahluk. Namun, ia
bisa terlupakan, terutama oleh manusia yang dijajah oleh rasa rakus yang tak
terkendali. Tugas kitalah untuk mengingatnya, dan menerapkannya dalam
keseharian.
Daftar
Pustaka
Anonim.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46282/Chapter%20II.pdf;jsessionid=CD7F0AB150DEB9CFD16A7FDE23574BE2?sequence=4.
Diakses pada 9 Oktober 2019
Wattimena, Reza A.A. 2018. Peduli. https://rumahfilsafat.com/2018/03/23/peduli/.
Diakses pada 9 Oktober 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar