Rabu, 07 September 2016

MENGENAL DIRI


Mengenal diri berarti :
Memahami kekhasan fisiknya, kepribadiannya, watak dan tempramennya, mengenal bakat-bakat alamiah yang dimilikinya serta punya gambaran atau konsep yang  jelas tentang dirisendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya.


Manfaat dan tujuan mengenal diri :
·         Seseorang dapat mengenal kenyataan dirinya, dan sekaligus kemungkinan-kemungkinannya,serta diharapkan mengentahui peran apa yang harus dia mainkan untuk mewujutkannya.
·         Sebaliknya, orang yang tidak mengenal dirinya, tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan dan dikembangkannya.
·         Tidak memahami posisi diri akan membuatnya sulit mengarahkan diri kepadatujuan hidupnya, sehingga gagal dalam pergumbulan hidupnya.

Cara mengenal diri :
1.      Bersikap terbuka (open minded) terhadap kritik, saran orang lain, dan mau menerima apa adanya demi perkembangan dirinya; tidak difensif.
2.      Melalu penelusuran bakat kepribadiannya
3.      Melalui pengalaman sehari-hari
4.      Melalui kebersamaan dengan orang lain
5.      Melalui refleksi dan perenungan diri pribadi merumuskan potret diri sendiri.

Situasi yang memudahkan mengenali diri sendiri :
1. Mendapatkan tekanan atau cobaan
Pada tulisan yang berjudul “Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri”, sudah dibahas tentang peran cobaan dalam menyediakan kesempatan bagi kita untuk mengenali diri sendiri. Dalam situasi tersebut, kita cenderung merespon dengan cara kita yang asli. Lihat saja polanya. Jika konsisten, maka itulah diri kita yang sesungguhnya.

2. Kejadian yang tak terduga atau tiba-tiba
Tidak perlu membayangkan sebuah kejadian besar. Perhatikan lagi diri kita saat kejadian-kejadian kecil yang terjadi secara mendadak, misalnya jatuhnya gelas atau piring, kesalahan mengetik, kehabisan tinta saat akan ngeprint dan sebagainya. Perhatikan pada saat situasi tersebut, apa yang kita katakan, perasaan kita, sikap dan perbuatan kita. Misalnya saja kita menjatuhkan gelas secara tidak sengaja. Mungkin saja kita langsung berseru, “Sialan!”, “Innalillah..” dan sejenisnya. Tentu kita mengenal mana kata-kata baik dan mana yang buruk. Kita punya pola yang mana. Begitu juga dengan perasaan kita. Apakah saat gelas jatuh, kita merasa marah, sedih, atau tenang-tenang saja. Perhatikan polanya pada kejadian-kejadian yang serupa.
3. Saat kehilangan
Saat kehilangan juga dapat digunakan untuk mengenali diri sendiri. Dengan kata lain, saat kehilangan, kita lebih mudah mengenali diri sendiri. Kehilangan yang dimaksud, bisa kehilangan hal-hal kecil, seperti lupa meletakkan benda, kehilangan uang atau barang, sampai meninggalnya orang tersayang. Seperti halnya saat mengalami kejadian tak terduga, saat kehilangan, kita juga bisa mengamati apa perkataan dan perasaan kita. Mungkin saja kita mengatakan, “Duh, apes dah!”, “Ya sudahlah..”, “Saatnya membuat/mencari lagi..” dan sebagainya. Begitu juga dengan perasaan kita, bisa mangkel, marah, atau tenang-tenang saja. Perhatikan polanya, jika konsisten, maka seperti itulah kita yang sesungguhnya.
4. Saat mendapatkan
Tidak hanya saat kehilangan, saat mendapatkan juga menjadi waktu yang tepat untuk mengenali diri sendiri. Secara lebih mudah, boleh jadi situasi ini dapat membedakan antara orang yang bersyukur dan tidak, antara yang tahu terimakasih atau tidak. Memang, saat mendapatkan bukan situasi yang sangat akurat dalam mengenali diri sendiri, seperti hanya ketika mendapatkan musibah atau kehilangan. Tapi tetap saja bisa menolong kita dalam membuat pola diri kita. Misalnya saat mendapatkan posisi baru di sebuah pekerjaan. Mungkin saja kita berkata, “Wah hebat. Berarti aku dipercaya”, “Jabatan itu amanat”, atau “Ah, ini pasti berat”. Coba cermati kembali, jika konsisten, maka itulah diri kita yang sesungguhnya.

5. Tidak terjadi apapun
Maksud dari tidak terjadi apapun adalah saat semuanya tetap sama dalam waktu yang lama, misalnya ketika menunggu. Memang, untuk situasi seperti ini, lebih mudah melihat diri kita, apakah kita orang yang telaten, sabar, atau tidak. Coba perhatikan, kata-kata atau perasaan apa yang muncul saat menunggu. Mungkin kita berkata, “Lama banget!”, “Membosankan!”, “Lebih baik aku membaca/meneruskan menulis cerita”, dan sebagainya. Jika kata-kata dan perasaan kita konsisten, maka itulah diri kita yang sesungguhnya.
Kelima situasi ini punya keakuratan yang berbeda pada setiap orang. Mungkin saja ada orang yang lebih mudah mengenali diri sendiri ketika mendapatkan cobaan, sementara orang lain lebih mudah ketika kehilangan. Namun demikian, kelimanya bisa saling mendukung dan bisa jadi referensi ketika kita ingin lebih mengenali diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA :

http://miftahur.com/cara-untuk-mengenal-diri-sendiri/
https://iimazizah.wordpress.com/2012/10/22/mengenal-diri-sendiri/







Tidak ada komentar:

Posting Komentar