Mengenal
diri berarti :
Memahami kekhasan
fisiknya, kepribadiannya, watak dan tempramennya, mengenal bakat-bakat alamiah
yang dimilikinya serta punya gambaran atau konsep yang jelas tentang dirisendiri dengan segala
kekuatan dan kelemahannya.
Manfaat
dan tujuan mengenal diri :
·
Seseorang dapat mengenal kenyataan
dirinya, dan sekaligus kemungkinan-kemungkinannya,serta diharapkan mengentahui
peran apa yang harus dia mainkan untuk mewujutkannya.
·
Sebaliknya, orang yang tidak mengenal
dirinya, tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan dan dikembangkannya.
·
Tidak memahami posisi diri akan
membuatnya sulit mengarahkan diri kepadatujuan hidupnya, sehingga gagal dalam
pergumbulan hidupnya.
Cara
mengenal diri :
1.
Bersikap terbuka (open minded) terhadap kritik, saran orang lain, dan mau menerima
apa adanya demi perkembangan dirinya; tidak difensif.
2.
Melalu penelusuran bakat kepribadiannya
3.
Melalui pengalaman sehari-hari
4.
Melalui kebersamaan dengan orang lain
5.
Melalui refleksi dan perenungan diri
pribadi merumuskan potret diri sendiri.
Situasi yang memudahkan mengenali diri sendiri :
1. Mendapatkan tekanan atau cobaan
Pada tulisan yang berjudul “Melalui Cobaan, Kita Lebih
Mudah Mengenali Diri Sendiri”, sudah dibahas tentang peran cobaan dalam menyediakan kesempatan bagi
kita untuk mengenali diri sendiri. Dalam situasi tersebut, kita cenderung
merespon dengan cara kita yang asli. Lihat saja polanya. Jika konsisten, maka
itulah diri kita yang sesungguhnya.
2. Kejadian yang tak terduga atau tiba-tiba
Tidak perlu membayangkan sebuah kejadian
besar. Perhatikan lagi diri kita saat kejadian-kejadian kecil yang terjadi
secara mendadak, misalnya jatuhnya gelas atau piring, kesalahan mengetik,
kehabisan tinta saat akan ngeprint dan sebagainya. Perhatikan pada saat situasi
tersebut, apa yang kita katakan, perasaan kita, sikap dan perbuatan kita.
Misalnya saja kita menjatuhkan gelas secara tidak sengaja. Mungkin saja kita
langsung berseru, “Sialan!”, “Innalillah..” dan sejenisnya. Tentu kita mengenal
mana kata-kata baik dan mana yang buruk. Kita punya pola yang mana. Begitu juga
dengan perasaan kita. Apakah saat gelas jatuh, kita merasa marah, sedih, atau
tenang-tenang saja. Perhatikan polanya pada kejadian-kejadian yang serupa.
3. Saat kehilangan
Saat kehilangan juga dapat digunakan
untuk mengenali diri sendiri. Dengan kata lain, saat kehilangan, kita lebih
mudah mengenali diri sendiri. Kehilangan yang dimaksud, bisa kehilangan hal-hal
kecil, seperti lupa meletakkan benda, kehilangan uang atau barang, sampai
meninggalnya orang tersayang. Seperti halnya saat mengalami kejadian tak
terduga, saat kehilangan, kita juga bisa mengamati apa perkataan dan perasaan
kita. Mungkin saja kita mengatakan, “Duh, apes dah!”, “Ya sudahlah..”, “Saatnya
membuat/mencari lagi..” dan sebagainya. Begitu juga dengan perasaan kita, bisa
mangkel, marah, atau tenang-tenang saja. Perhatikan polanya, jika konsisten,
maka seperti itulah kita yang sesungguhnya.
4. Saat mendapatkan
Tidak hanya saat kehilangan, saat
mendapatkan juga menjadi waktu yang tepat untuk mengenali diri sendiri. Secara
lebih mudah, boleh jadi situasi ini dapat membedakan antara orang yang
bersyukur dan tidak, antara yang tahu terimakasih atau tidak. Memang, saat
mendapatkan bukan situasi yang sangat akurat dalam mengenali diri sendiri,
seperti hanya ketika mendapatkan musibah atau kehilangan. Tapi tetap saja bisa
menolong kita dalam membuat pola diri kita. Misalnya saat mendapatkan posisi
baru di sebuah pekerjaan. Mungkin saja kita berkata, “Wah hebat. Berarti aku
dipercaya”, “Jabatan itu amanat”, atau “Ah, ini pasti berat”. Coba cermati
kembali, jika konsisten, maka itulah diri kita yang sesungguhnya.
5. Tidak terjadi apapun
Maksud dari tidak terjadi apapun
adalah saat semuanya tetap sama dalam waktu yang lama, misalnya ketika
menunggu. Memang, untuk situasi seperti ini, lebih mudah melihat diri kita,
apakah kita orang yang telaten, sabar, atau tidak. Coba perhatikan, kata-kata
atau perasaan apa yang muncul saat menunggu. Mungkin kita berkata, “Lama
banget!”, “Membosankan!”, “Lebih baik aku membaca/meneruskan menulis cerita”,
dan sebagainya. Jika kata-kata dan perasaan kita konsisten, maka itulah diri
kita yang sesungguhnya.
Kelima situasi ini punya keakuratan yang berbeda pada
setiap orang. Mungkin saja ada orang yang lebih mudah mengenali diri sendiri
ketika mendapatkan cobaan, sementara orang lain lebih mudah ketika kehilangan.
Namun demikian, kelimanya bisa saling mendukung dan bisa jadi referensi ketika
kita ingin lebih mengenali diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA :
http://miftahur.com/cara-untuk-mengenal-diri-sendiri/
https://iimazizah.wordpress.com/2012/10/22/mengenal-diri-sendiri/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar