Rabu, 07 September 2016

MENGAPA KITA PERLU MENGENAL DIRI ?

1.1 Sudahkan Kita Mengenal Diri Kita Sesungguhnya

Terkadang tanpa disadari kebanyakan manusia hari ini tidak mengenal dirinya sendiri dan tidak pula mengerti arah dan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Ada cerita menarik tentang Charly Chaplin, seorang aktor kelahiran Inggris seperti yang ditulis dalam buku Motivate Your Self , dimana suatu ketika Charly Chaplin diam-diam mengikuti kontes mirip Charly Chaplin ( kalau di Indonesia semisal acara ASAL yang pernah di bawakan Alm. Taufik Savalas ) yang anehnya Charly Chaplin yang asli justru mendapatkan predikat ke 3.
Ini menandakan sering kali kita tidak begitu baik mengenal diri kita sendiri, malahan orang lain terkadang yang lebih mengenal diri kita ketimbang diri kita sendiri. Sunggu ironis, Aneh tetapi nyata. Mungkin dikarenakan terlalu tebal dan banyaknya topeng yang kita kenakan untuk sekedar “diterima” dalam masyarakat, membuat kita rela kehilangan sebuah jati diri.
Seperti yang ditulis Koentjoro,Ph.D dalam buku “Tutur dari Sarang Pelacur” ,” ketika seseorang disebut-sebut memiliki kepribadian, itu berarti orang tersebut memiliki kemampuan dalam menopengi atau menyembunyikan dirinya yang asli agar, disatu sisi pas dengan konteks tempat ,waktu ,situasi dan kondisi dimana dia berada, dan disisi lain, segala sesuatu yang diniatkannya tercapai.”
Topeng-topeng inilah yang kerap kali sengaja digunakan oleh seseorang ( dan juga oleh kita ) untuk mengelabui orang lain. Walau tanpa sadar sebenarnya juga mengelabui diri sendiri. Untuk sekedar dianggap gaul dan diterima maka seorang remaja rela melakukan apa saja walaupun ia harus menjual kehormatannya. Bahkan para wanita rela mengabiskan jutaan rupiah agar terlihat 5 atau 10 tahun lebih muda, walaupun untuk itu mereka harus rela kehilangan jati diri dengan bergaya dan mengatakan kepada orang lain bahwa usianya 5-10 lebih muda dari yang tertulis di KTP.
Gwyneth Platrow dalam buku “Seleb Bicara Soal Kamu” karya Carol Westan mengatakan , “kecantikan menurutku adalah merasa nyaman dengan tubuhmu sendiri” karena begitu kita merasa nyaman dengan diri kita maka orang lainpun akan merasakan hal yang sama terhadap kita. Mulailah menyukai bayangan kita di cermin, walaupun untuk itu kita memerlukan waktu yang lama. Karena Tuhan tidak akan pernah salah dalam menciptakan bentuk kita.
Tidak ada orang yang memiliki wajah atau tubuh sempurna. Kalaupun ada bekas luka diwajah atau celah di gigi, atau bentuk jari kaki yang aneh, atau alis yang berantakan , itu semua adalah hal-hal yang membentuk diri kita bukan malah menjadikan penghalang dan semakin menambah banyak deretan topeng yang kita gunakan untuk hanya sekedar diterima orang lain. Bisa jadi orang yang mencintai kita mungkin malah terpikat oleh celah gigi atau alis itu.
Mulailah berdamai dengan kekurangan diri, sehingga kita tersadar akan kekurangan tersebut dan memperbaikinya ketimbang menafikan kekurangan tersebut dan berusaha menjad pribadi yang lain.
“Sudahkah kita mengenal diri kita sesungguhnya”,
1.2  Urgensi Mengenal Diri    
      Semakin penting sesuatu nilai, maka harganya akan semakin melambung tinggi. Terlebih apabila nilai dan harga barang tersebut menyangkut sukses tidaknya seseorang, berjaya tidaknya seseorang, bahagia tidaknya seseorang dan paling akhir, selamat tidaknya seseorang dalam kehidupannya.           Manusia yang dual-dimensi, dimensi ragawi dan dimensi ruhani, adalah makhluk yang memiliki warna dan corak Ilahi. Tentu apabila ia tidak mengaktualkan potensi yang diberikan Tuhan kepadanya, sekali-kali ia tidak akan menjelma menjadi manusia unggul dan sempurna.          
Setiap manusia berkeinginan kepada kesempurnaan. Fitrah manusia menegaskan bahwa ia cinta dan kasih kepada kesempurnaan. Apabila kita melakukan kontra-predikasi atas diktum di atas,  maka  kita tidak akan pernah meraih derajat kesempurnaan. Untuk meraup kesempurnaan dan mentransendental, manusia mau tidak mau harus mengenal tipologi, karakteristik dan segala potensi yang diberikan Tuhan kepadanya. Namun, lantaran dunia kiwari dengan kerusakan moral dan kejahilan akan pengenalan diri telah terjerembab dalam jurang alienasi diri. Mereka telah melupakan diri dan Tuhannya. Mereka tak mengenal dirinya sehingga tidak sampai gilirannya untuk mengenal Tuhannnya. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial darimana datangnya, kemana jalan yang ia tuju dan untuk tujuan apa ia ada tak akan pernah dapat terjawab bagi orang-orang seperti ini.           
Oleh karena itu, pembahasan pengenalan diri menemukan urgensinya apabila insan dengan mengaktualkan potensi yang dimilikinya maka ia akan dapat meraih kesempurnaan insani dan maknawi yang akan menghantarkannya kepada kebahagiaan yang sesungguhnya.
1.3.  Kegunaan Mengenal Diri   
       Sangat banyak kegunaan dan manfaat dari mengenal diri ini. Empat manfaat dan keutamaan yang ada tentang kegunaan pengenalan diri ini, antara lain adalah :
Pertama, kegunaan praktis adalah memberikan peluang kepada manusia untuk lebih familiar terhadap kemampuan dan bakatnya. Hal ini akan banyak membantu seseorang dalam hidupnya, misalnya mencegahnya dari memilih bidang studi atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan bakat yang diberikan Tuhan kepadanya.          
 Kedua, pengenalan diri sangat bernilai karena manusia dapat menyadari bahwa ia bukanlah sosok yang mengada dengan sendirinya atau wujudnya tidaklah mandiri (self-existent). Hal ini penting, lantaran akan membantu seseorang untuk memahami bahwa sehebat apa pun ia atau setinggi apa pun kedudukan dan status sosialnya, ia hanyalah seorang yang berkeinginan, dan sifat berkeinginan pada manusia adalah butuh dan berkeingnan kepada Tuhan.
 Ketiga, Pengenalan diri sangat efektif bagi sistem dan mekanisme pengembangan diri; bahkan seseorang dapat mengatakan bahwa mengenal diri mirip dengan “bio-feed back therapies” yang dikembangkan oleh banyak fisikawan  di beberapa negara Barat yang menganjurkan kepada para pasiennya yang aktif dalam proses healing (penyembuhan) atau kepada pasien yang telah angkat tangan dari perawatan medikal modern.       
Keempat, mengenal diri akan membantu seseorang memahami bahwa ia tidak tercipta secara kebetulan (by chance). Jika kita menginternalisasi dan menghayati akan keberadaan kita,  diri kita, dengan argumen-argumen atau bahkan tanpa memerlukan argumen, maka kita akan sampai kepada kesimpulan yang tak-terelakkan bahwa Tuhanlah yang mencipta seluruh keberadaan.  Kita tidak mewujud dengan sendirinya atau hanya karena persemaian antara sperma dan ovum dari kedua orang tua kita. Manusia secara natural senantiasa mencari alasan keberadaannya. Ia akan melakukan monologue pada dirinya ihwal darimanakah kedatanganku? ke mana langkah yang aku tuju? untuk tujuan apa keberadaanku?  Dengan mengenal diri, kita akan menuai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan eksistensial ini. 
1.4.  Kekuatan Personal Magnetism
Kita sering melihat seorang wanita berwajah cantik atau pria tampan yang menyedot perhatian orang di sekelilingnya. Kta pun barangkali pernah menyaksikan seorang wanita atau pria berumur, yang karena sesuatu hal, tak kalah menariknya dibanding mereka yang muda. Wanita cantik atau pria tampan menyedot perhatian karena daya tarik fisiknya (physical attractiveness). Sementara wanita dan pria berumur tadi bisa menyedot perhatian karena kematangan atau daya magnet kepribadiannya (magnetive attractiveness).
Apa yang membedakan di antara kedua kelompok tersebut? Jelas, daya tarik fisik adalah anugerah alam, dan tidak semua orang memilikinya. Sedang daya tarik personal adalah sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari siapapun, tidak memandang usia, warna kulit, ras, apalagi agama.
Jika seseorang ingin meningkatkan daya tarik fisiknya, biasanya cara-cara yang ditempuh adalah dengan memoles wajahnya dengan kosmetik, atau bahkan operasi plastik. Sementara orang yang ingin meningkatkan daya tarik pribadinya cukuplah dengan mengasah ketrampilan untuk bersikap dan berperilaku yang memikat
Beda lainnya, daya tarik fisik akan merosot jika kepribadian tidak mendukung, dan biasanya sangat memusuhi berlalunya waktu. Dengan kata lain, makin bertambah usia seseorang, makin menurun daya tarik fisiknya bagi orang lain yang menilai orang itu berdasarkan parameter fisik. Sebaliknya, magnet kepribadian justru makin kuat, seiring dengan kematangan, pengalaman dan bertambahnya usia seseorang. Inilah keunggulan personal magnetism.
Bahasa Mata
Personal magnetism adalah pemancaran cahaya kepribadian dari dalam (inner glow) menjadi cahaya kepribadian keluar (outer glow), yang menimbulkan pengaruh atau daya tarik terhadap orang lain. Unsur utama personal magnetism adalah bahasa mata, cahaya kepribadian, dan komunikasi bawah sadar. Ketiga unsur tersebut bisa dipelajari, dilatih, dan dikuasai, hingga akhirnya bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari cara Anda berkomunikasi di setiap kesempatan.
Bahasa mata adalah unsur utama dalam personal magnetism. Karena mata adalah sarana yang paling efektif untuk mengkomunikasikan daya tarik atau cahaya kepribadian Anda. Mata adalah jendela pikiran dan suasana hati Anda. Dalam komunikasi dengan bahasa mata, Anda harus melihat mata lawan bicara secara langsung dan mendalam. Ingat, melihat secara langsung dan mendalam, namun ringan. Jangan melotot, membelalak, memandang dengan tajam, atau menyipitkan mata. Kuncinya adalah, lihatlah mata lawan bicara secara langsung sambil merasakan suatu “perasaan yang mendalam”.
Cahaya Kepribadian
Anda tidak bisa memancarkan cahaya kepribadian dan menarik perhatian orang lain, jika Anda memang tidak memilikinya. Untuk memilikinya, Anda bisa melatih diri dengan mengembangkan sifat-sifat tertentu. Cahaya kepribadian dibangun dari kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir, serta bagaimana mengelola emosi secara positif, yang pada akhirnya akan otomatis memancar manakala Anda berinteraksi. Magnet kepribadian ini bisa dipancarkan dengan sifat pembawaan diri yang antusias, ramah, tulus, hangat, tanggap, percaya diri, serta perasaan yang mendalam saat berkomunikasi.
Tidak ada cara lain untuk mengembangkan cahaya kepribadian selain melatih diri dan membiasakan munculnya sifat-sifat tadi. Jika Anda ingin tampil anstusias dan bergairah, jangan bersikap lesu dan malas dalam berkomunikasi maupun berperilaku. Kegairahan itu memancar dan menular. Jika itu muncul secara wajar dan alamiah, hasilnya adalah reaksi yang positif.
Jika ingin ramah, bersikaplah benar-benar hangat dan terbuka kepada setiap orang. Begitu mudahnya orang lain mengenali apakah Anda cenderung terbuka atau menutup diri terhadap pribadi yang mendekati Anda. Jika ingin tulus, hindarkan diri dari pamrih-pamrih tersembunyi. Hangat dan tanggap bisa ditumbuhkan dengan perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara, dan siap memberikan respon yang diperlukan sesuai konteksnya.
Jika ingin tampil percaya diri, milikilah perasaan bahwa hakikatnya setiap orang mempunyai kesetaraan dan persamaan hak dalam berbagai hal, dan Anda pun berhak untuk mendapatkannya. Miliki keyakinan, bahwa Anda akan mendapatkan apa yang Anda inginkan. Jika menginginkan hubungan sosial atau relasional yang mendalam, jangan tanggung-tanggung dalam menjalin kesepahaman.
Begitu murahnya ongkos mendapatkan magnet kepribadian; terus menerus berlatih mengembangkan sifat dan sikap yang positif!
1.5.  Jadilah Pribadi Yang Asertif
Istilah Asertif dewasa ini sudah sangat populer “mengiang” ditelinga kita. Disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif bukan sikap negatif, asertif bukan agresif yang selalu  merugikan orang lain, asertif bukan perilaku permisif/pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di Amerika, dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal behavior sedangkan asertif adalah human behaviorJelaslah bahwa dengan Bersikap Asertif, kita akan mampu mempertahankan kredibiltas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang berguna bagi lingkungannya.

 

Delepan pandangan Fensterheim dan Baer (1980) tentang ciri-ciri individu asertif menjadi sebuah
 penegasan dalam memposisikan kita (secara individu) sebagai manusia merdeka yang mempunyai hak, 
kewajiban dan martabat yang sama dengan yang lainnya dalam menentukan sikap,  bersuara/
berpendapat, mengapresiasikan bakat, minat dan kemampuannya. Selain itu, seseorang yang asertif  
dengan ikhlas dapat  menerima  dengan lapang dada berbagai kritikan dan saran yang dapat 
meningkatkan kualitas diri atas berbagai kekurangan dan  kesalahan yang pernah/sedang dilakukan 
tanpa memandang siapa (orang tua / Senior yunior / atasan / bawahan) yang menggugah kita untuk 
segera terbangun dari keterpurukan. 
Ada  formula 3 A sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri, yang terangkai dalam tiga kata yaitu Appreciation, Acceptance, Accommodating:

1.     Appreciation. Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat  terhadap kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa  menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan menghargai kita.
2.     Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.
3.     Accomodating. Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri
Formula diatas dapat dijadikan sebagai pedoman berinteraksi sosial dalam  membina hubungan baik  dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan kesempatan yang sama seperti kita. Oleh karena itu, kita dapat mengemukakan hak pribadi, namun janganlah kita melupakan untuk memperhatikan hak orang lain pula.


Cara Untuk Mengenal Diri Sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar