A. Pengertian
Secara bahasa Ibadah diambil dari kata ta’bid yang
artinya tunduk. Imam Ibnu Taimiyyah mendefinisikan ibadah sebagai berikut : ”Nama
yang mencakup setiap apa saja yang dicintai oleh Allah dan diridhai oleh-Nya
baik ucapan maupun perbuatan, baik lahir maupun batin.” Merujuk
pada definisi tersebut, ibadah merupakan jembatan penghubung antara hamba
dengan Rabbnya dan segala kasih sayang dan karunia yang ada padaNya. Semakin
kuat dan kokoh jembatan tersebut, semakin terlimpah curah rahmat dan karunia
Allah kepadanya. Seperti itulah yang diinginkan oleh setiap orang yang beriman.
Karenanya semangat ibadah harus senantiasa dipupuk dan dipelihara agar pada
akhirnya ibadah menjadi bagian dari kenikmatan tertinggi yang bisa dirasakan
olehnya.
Seorang yang telah merasakan nikmatnya keimanan, tidak
akan memandang ibadah hanya sekedar ketundukkan dan penunaian perintah Allah
semata, tetapi ia akan bisa merasakan kenikmatan dengan munajat dan ketaatan
kepada Allah serta menemukan kebahagiaan yang tiada tara.
B. Macam
– Macam Ibadah
Ibadah
ditinjau dari beberapa segi memiliki begitu banyak klasifikasi, mulai dari
ruang lingkup bentuk dan sifat, dan juga lain sebagainya klasifikasi yang
dimaksut antara lain:
a. Dari
Segi Ruang Lingkupnya.
Ditinjau
dari segi ruang lingkupnya, ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Ibadah
khashsah, yaitu ibadah yang ketentuan dan caranya pelaksanaannya secara
khusus sudah ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat,
puasa dan haji
2. Ibadah
‘ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang
baik dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan dan minum,
bekerja, amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada
orang lain dan sebagainya.
b. Dari
Segi Bentuk dan Sifatnya.
Ditinjau
dari segi bentuk dan sifatnya ibadah terbagi dalam enam macam antara lain:
|
1. Ibadah
yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti: tasbih, tahmid,
tahlil, takbir, taslim, do’a,membaca hamdalah oleh orang
bersin, tasymit (menyahuti) orang bersin, memberi tahniyah (salam),
khutbah, menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar, bertanya mengenai sesuatu
yang tidak diketahui, menjawab pertanyaan (memberi fatwa), mengungkapkan
persaksian (syahadah), membacaiqamah, membaca adzan, membaca
Al-Qur’an, membaca basmalah ketika hendak makan, minum dan
menyembelih binatang, membaca Al-Qur’an ketika dikejuti syaitan dan lain-lain
sebagainya.
2. Ibadah-ibadah
berupa perbuatan, seperti menolong orang yang karam atau yang tenggelam,
berjihad di jalan Allah SWT, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan mayat
dan mandi.
3. Ibadah-ibadah
yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan. Termasuk kedalam
ibadah ini, ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan, minum dan dari segala
yang merusak puasa.
4. Ibadah-ibadah
yang terdiri dari melakukan dan menahan diri dari suatu perbuatan,
seperti ‘itikaf(duduk dirumah Allah) serta menahan diri dari ijma’ dan mubasyaroh (bergaul
dengan istri), haji,tawaf, wukuf di Arafah, ihram serta menahan
diri ketika haji atau umrah dari menggunting rambut, memotong kuku, jima’,
nikah dan menikahkan, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala
oleh lelaki.
5. Ibadah-ibadah
yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang yang berhutang dari
hutangnya dan memaafkan kesalahan dari orang yang bersalah dan memerdekakan
budak dengankaffarat.
6. Ibadah-ibadah
yang meliputi perkataan, pekerjaan, khudu’, khusyu’, menahan
diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin dari yang diperintahkan
kita menghadapinya, seperti shalat. Shalat di pandang sebagai ibadah yang
paling utama, karena shalat melengkapi perbuatan-perbuatan yang lahir dan
batin, melengkapi ucapan-ucapan dan menahan diri dari berbicara serta menahan
diri dari memalingkan hati dari Allah SWT.
c. Dari
Segi Sifat, Waktu, Keadaan, dan Rukunya
Apabila
ditinjau dari segi sifat, waktu, keadaan dan hukumnya, ibadah terbagi menjadi:
1. Muadda, yaitu
ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang ditetapkan syara’. Ibadah tersebut
dilakukan pada waktu yang ditetapkan itu untuk pertama kalinya, bukan sebagai
pengulangan. Pelaksaan ibadah ini disebut dengan ibadah tunai (ada’).
2. Maqdhi, yaitu
ibadah yang dikerjakan sesudah keluar waktu yang ditentukan syara’. Ibadah ini
bersifat sebagai pengganti yang tertinggal, baik Karena disengaja atau tidak,
seperti tertinggal karena sakit atau sedang dalam berpergian. Pelaksanaan
ibadah ini disebut dengan qadha.
3.. Mu’ad, yaitu
ibadah yang diulang sekali lagi dalam waktunya untuk menambah kesempurnaan,
misalnya melaksanakan shalat secara berjamaah dalam waktunya yang ditentukan
setelah melaksanakannya secara sendirian pada waktu yang sama.
4. Muthlaq, yaitu
ibadah yang tidak dikaitkan waktunya oleh syara’ dengan sesuatu waktu yang
terbatas, seperti membayar kiffarat, sebagai hukuman bagi
pelanggar sumpah.
5. Muwaqqat, yaitu
ibadah yang dikaitkan oleh syara’ dengan waktu tertentu yang terbatas, seperti
shalat pada waktu subuh, zuhur, asar, magrib dan isya. Termasuk juga puasa pada
bulan ramadhan.
6. Muwassa’, yaitu
ibadah yang lebih luas waktunya dari yang diperlukan untuk melaksanakan
kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti shalat lima waktu. Seorang yang
shalat diberikan kepadanya hak mengerjakan shalatnya di awal waktu, di
pertengahan dan di akhirnya.
C. Cara Agar Semangat Beribadah
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam memupuk semangat
ibadah. Antara lain sebagai berikut :
1. Tetap dalam keikhlasan
Ikhlas berarti pengharapan diri semata untuk mendapatkan
keridlaan Allah dari ibadah yang dilakukan, terlepas dari segala apapun yang
melatar-belakangi ibadahnya sehingga dapat menodai kemurnian hatinya. Dengan demikian,
dalam hati mereka tidak terbersit rasa dendam, egoistis, riya, dan tidak pula
memiliki sifat nifak. Sebaliknya yang ada hanyalah kesucian, kemurnian dan
kesempurnaan yang akan mengantarkannya ke puncak kemuliaan, tempat orang-orang
yang dekat kepada Allah swt.
Ibadah yang dilakukan atas dasar keikhlasan akan
membawanya pada kenikmatan ruhiyyah yang tidak dapat terkendala dengan keadaan
fisik apapun dan tidak kecewa atas segala yang terjadi setelah melakukannya,
bahkan tidak takut untuk mengambil resiko yang dapat menyakitinya. Sekali
seseorang merasakan kenikmatan tersebut, semakin bersemangat dia dalam
beribadah, semakin dibuat rindu untuk senantiasa bersujud kepadaNya dan enggan
untuk menjauh dariNya.
2. Mujahadah dalam
beramal
Mujahadah artinya kesungguhan dan keseriusan. Mujahadah
dalam beramal berarti bersungguh-sungguh dan serius dalam melakukan amal shaleh
disertai kemampuannya menyingkirkan segala aral melintang yang dapat mengganggu
kesungguhannya tersebut terutama dari dalam dirinya. Tidak jarang orang beramal
kemudian menjadi sia-sia akibat lalai, berleha-leha, serta tidak memiliki
motivasi yang jelas dalam beramal. Kesungguhan dalam beribadah akan
mempersempit ruang gerak syetan sehingga tidak memiliki peluang untuk
menggelincirkan manusia dalam kesesatan. Orang yang ibadahnya disertai dengan
mujahadah, Allah akan memberikan petunjuk ke jalan yang diridhaiNya,
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk
(mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik." (Q.S.
Al-'Ankabuut 29 : 69)
Sifat mujahadah akan menambah semangat ibadah seperti
yang nampak jelas pada diri Rasulullah saw yang selalu melakukan shalat malam
hingga kedua tumitnya bengkak. Ketika itu Aisyah r.a. bertanya, "Mengapa
engkau lakukan hal itu (shalat malam), bukankah Allah swt sudah mengampuni
dosamu yang sudah lalu dan yang akan datang? Rasulullah saw menjawab, 'bukankah
sepantasnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?" (H.R.
Bukhari dan Muslim).
3. Selalu introspeksi
diri
Mengintrospeksi diri adalah kewajiban setiap muslim yang
harus dilakukan demi tercapainya kebahagiaan yang hakiki di akherat kelak.
Seseorang yang dalam hidupnya selalu mengoreksi kesalahan dirinya di masa lalu,
maka dia akan selalu mempertimbangkan hidupnya di masa yang akan datang, agar
kesalahan yang lalu tidak terulang kembali, Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr 59 : 18)
4. Selalu berdo’a
Beribadah membutuhkan kekuatan motivasi. Membangun
motivasi selayaknya tidak hanya mengandalkan kemampuan dari dalam diri saja.
Rasul bahkan mencontohkan sebuah do’a di setiap kali shalat agar kita
senantiasa meminta bantuan kepada Allah untuk memiliki kekuatan dalam
melaksanakan ibadah.
5. Memperbanyak Dzikir
dan tobat
Apabila intensitas iman sudah menyentuh relung hati yang
paling dalam, niscaya penghayatan terhadap rasa ketuhanan akan mengisi
buhul-buhul kehidupan dalam dirinya. Pemujaan terhadap egoisme dapat
disingkirkan dengan meleburkan diri dalam keta’atan dan kepatuhan terhadap
segala perintah Allah didasari kesadaran akan kehadiran Allah yang efektif.
Kesadaran seperti itulah yang dimaksud dengan dzikir.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa : Banyak cara untuk menjadikan
kita semangat beribadah. Contohnya : dengan mengingat hari akhir, dll.
Daftar
Pustaka
https://m.facebook.com/notes/belajar-tauhid/macam-macam-ibadah/156419971048765/http://dadang-kh.blogspot.co.id/2012/11/memupuk-semangat-beribadah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar