Senin, 02 Desember 2019

Semangat Beribadah



A.    Pengertian
Secara bahasa Ibadah diambil dari kata ta’bid yang artinya tunduk. Imam Ibnu Taimiyyah mendefinisikan ibadah sebagai berikut : ”Nama yang mencakup setiap apa saja yang dicintai oleh Allah dan diridhai oleh-Nya baik ucapan maupun perbuatan, baik lahir maupun batin.”  Merujuk pada definisi tersebut, ibadah merupakan jembatan penghubung antara hamba dengan Rabbnya dan segala kasih sayang dan karunia yang ada padaNya. Semakin kuat dan kokoh jembatan tersebut, semakin terlimpah curah rahmat dan karunia Allah kepadanya. Seperti itulah yang diinginkan oleh setiap orang yang beriman. Karenanya semangat ibadah harus senantiasa dipupuk dan dipelihara agar pada akhirnya ibadah menjadi bagian dari kenikmatan tertinggi yang bisa dirasakan olehnya.
Seorang yang telah merasakan nikmatnya keimanan, tidak akan memandang ibadah hanya sekedar ketundukkan dan penunaian perintah Allah semata, tetapi ia akan bisa merasakan kenikmatan dengan munajat dan ketaatan kepada Allah serta menemukan kebahagiaan yang tiada tara.

B.     Macam – Macam Ibadah
Ibadah ditinjau dari beberapa segi memiliki begitu banyak klasifikasi, mulai dari ruang lingkup bentuk dan sifat, dan juga lain sebagainya klasifikasi yang dimaksut antara lain:
a.    Dari Segi Ruang Lingkupnya.
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:
1.    Ibadah khashsah, yaitu ibadah yang ketentuan dan caranya pelaksanaannya secara khusus sudah ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji
2.    Ibadah ‘ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan dan minum, bekerja, amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya.
b.   Dari Segi Bentuk dan Sifatnya.
Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ibadah terbagi dalam enam macam antara lain:

3

1.    Ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti: tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do’a,membaca hamdalah oleh orang bersin, tasymit (menyahuti) orang bersin, memberi tahniyah (salam), khutbah, menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar, bertanya mengenai sesuatu yang tidak diketahui, menjawab pertanyaan (memberi fatwa), mengungkapkan persaksian (syahadah), membacaiqamah, membaca adzan, membaca Al-Qur’an, membaca basmalah ketika hendak makan, minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur’an ketika dikejuti syaitan dan lain-lain sebagainya.
2.    Ibadah-ibadah berupa perbuatan, seperti menolong orang yang karam atau yang tenggelam, berjihad di jalan Allah SWT, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan mayat dan mandi.
3.    Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan. Termasuk kedalam ibadah ini, ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusak puasa.
4.    Ibadah-ibadah yang terdiri dari melakukan dan menahan diri dari suatu perbuatan, seperti ‘itikaf(duduk dirumah Allah) serta menahan diri dari ijma’ dan mubasyaroh (bergaul dengan istri), haji,tawaf, wukuf di Arafah, ihram serta menahan diri ketika haji atau umrah dari menggunting rambut, memotong kuku, jima’, nikah dan menikahkan, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh lelaki.
5.    Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang yang berhutang dari hutangnya dan memaafkan kesalahan dari orang yang bersalah dan memerdekakan budak dengankaffarat.
6.     Ibadah-ibadah yang meliputi perkataan, pekerjaan, khudu’, khusyu’, menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin dari yang diperintahkan kita menghadapinya, seperti shalat. Shalat di pandang sebagai ibadah yang paling utama, karena shalat melengkapi perbuatan-perbuatan yang lahir dan batin, melengkapi ucapan-ucapan dan menahan diri dari berbicara serta menahan diri dari memalingkan hati dari Allah SWT.
c.    Dari Segi Sifat, Waktu, Keadaan, dan Rukunya
Apabila ditinjau dari segi sifat, waktu, keadaan dan hukumnya, ibadah terbagi menjadi:
1.        Muadda, yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang ditetapkan syara’. Ibadah tersebut dilakukan pada waktu yang ditetapkan itu untuk pertama kalinya, bukan sebagai pengulangan. Pelaksaan ibadah ini disebut dengan ibadah tunai (ada’).
2.        Maqdhi, yaitu ibadah yang dikerjakan sesudah keluar waktu yang ditentukan syara’. Ibadah ini bersifat sebagai pengganti yang tertinggal, baik Karena disengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit atau sedang dalam berpergian. Pelaksanaan ibadah ini disebut dengan qadha.
3..     Mu’ad, yaitu ibadah yang diulang sekali lagi dalam waktunya untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat secara berjamaah dalam waktunya yang ditentukan setelah melaksanakannya secara sendirian pada waktu yang sama.
4.        Muthlaq, yaitu ibadah yang tidak dikaitkan waktunya oleh syara’ dengan sesuatu waktu yang terbatas, seperti membayar kiffarat, sebagai hukuman bagi pelanggar sumpah.
5.        Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara’ dengan waktu tertentu yang terbatas, seperti shalat pada waktu subuh, zuhur, asar, magrib dan isya. Termasuk juga puasa pada bulan ramadhan.
6.        Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti shalat lima waktu. Seorang yang shalat diberikan kepadanya hak mengerjakan shalatnya di awal waktu, di pertengahan dan di akhirnya.

C. Cara Agar Semangat Beribadah
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam memupuk semangat ibadah. Antara lain sebagai berikut :
1.      Tetap dalam keikhlasan
Ikhlas berarti pengharapan diri semata untuk mendapatkan keridlaan Allah dari ibadah yang dilakukan, terlepas dari segala apapun yang melatar-belakangi ibadahnya sehingga dapat menodai kemurnian hatinya. Dengan demikian, dalam hati mereka tidak terbersit rasa dendam, egoistis, riya, dan tidak pula memiliki sifat nifak. Sebaliknya yang ada hanyalah kesucian, kemurnian dan kesempurnaan yang akan mengantarkannya ke puncak kemuliaan, tempat orang-orang yang dekat kepada Allah swt.
Ibadah yang dilakukan atas dasar keikhlasan akan membawanya pada kenikmatan ruhiyyah yang tidak dapat terkendala dengan keadaan fisik apapun dan tidak kecewa atas segala yang terjadi setelah melakukannya, bahkan tidak takut untuk mengambil resiko yang dapat menyakitinya. Sekali seseorang merasakan kenikmatan tersebut, semakin bersemangat dia dalam beribadah, semakin dibuat rindu untuk senantiasa bersujud kepadaNya dan enggan untuk menjauh dariNya.
2.      Mujahadah dalam beramal
Mujahadah artinya kesungguhan dan keseriusan. Mujahadah dalam beramal berarti bersungguh-sungguh dan serius dalam melakukan amal shaleh disertai kemampuannya menyingkirkan segala aral melintang yang dapat mengganggu kesungguhannya tersebut terutama dari dalam dirinya. Tidak jarang orang beramal kemudian menjadi sia-sia akibat lalai, berleha-leha, serta tidak memiliki motivasi yang jelas dalam beramal. Kesungguhan dalam beribadah akan mempersempit ruang gerak syetan sehingga tidak memiliki peluang untuk menggelincirkan manusia dalam kesesatan. Orang yang ibadahnya disertai dengan mujahadah, Allah akan memberikan petunjuk ke jalan yang diridhaiNya,
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-'Ankabuut 29 : 69)
Sifat mujahadah akan menambah semangat ibadah seperti yang nampak jelas pada diri Rasulullah saw yang selalu melakukan shalat malam hingga kedua tumitnya bengkak. Ketika itu Aisyah r.a. bertanya, "Mengapa engkau lakukan hal itu (shalat malam), bukankah Allah swt sudah mengampuni dosamu yang sudah lalu dan yang akan datang? Rasulullah saw menjawab, 'bukankah sepantasnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?" (H.R. Bukhari dan Muslim).

3.      Selalu introspeksi diri
Mengintrospeksi diri adalah kewajiban setiap muslim yang harus dilakukan demi tercapainya kebahagiaan yang hakiki di akherat kelak. Seseorang yang dalam hidupnya selalu mengoreksi kesalahan dirinya di masa lalu, maka dia akan selalu mempertimbangkan hidupnya di masa yang akan datang, agar kesalahan yang lalu tidak terulang kembali, Allah berfirman :
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr 59 : 18)
4.      Selalu berdo’a
Beribadah membutuhkan kekuatan motivasi. Membangun motivasi selayaknya tidak hanya mengandalkan kemampuan dari dalam diri saja. Rasul bahkan mencontohkan sebuah do’a di setiap kali shalat agar kita senantiasa meminta bantuan kepada Allah untuk memiliki kekuatan dalam melaksanakan ibadah.
5.      Memperbanyak Dzikir dan tobat
Apabila intensitas iman sudah menyentuh relung hati yang paling dalam, niscaya penghayatan terhadap rasa ketuhanan akan mengisi buhul-buhul kehidupan dalam dirinya. Pemujaan terhadap egoisme dapat disingkirkan dengan meleburkan diri dalam keta’atan dan kepatuhan terhadap segala perintah Allah didasari kesadaran akan kehadiran Allah yang efektif. Kesadaran seperti itulah yang dimaksud dengan dzikir.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa : Banyak cara untuk menjadikan kita semangat beribadah. Contohnya : dengan mengingat hari akhir, dll.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar