SISI LAIN “KEADILAN”
@DO4-Rizky
Oleh :
Rizky Aditya Pradana
Malam itu hujan deras mengguyur
Philadelphia. Malam sudah larut. Hawa dingin menusuk belulang semua orang yang
berada di luar rumah. Seorang pria tua beserta istrinya memasuki lobi sebuah
hotel kecil. Kehadirannya disambut hangat oleh seorang pemuda yang sedang
bertugas sebagai resepsionis hotel.
“Selamat malam, Pak. Ada yang
bisa saya bantu?” tanya anak muda itu dengan ramah.
“Semua hotel besar di kota ini
telah terisi, adakah satu kamat untuk kami di sini?” kata pria tua itu kepada
resepsionis hotel.
“Saya mohon maaf sebelumnya semua
kamar telah terisi penuh, Pak. Saat ini sedang ada 3 event yang diselenggarakan
bersamaan di kota ini yang menyebabkan banyak tamu berdatangan.”
Respsionis itu terdiam sejenak.
“Tapi, saya tidak bisa membiakan
Bapak dan Ibu berhujan-hujan di luar sana di malam selarut ini. Kalau Bapak dan
Ibu tidak keberatan, bagaimana kalau Anda berdua tidur di kamar saya?”
Keduanya sangat berterima kasih. Keesokan
harinya saat akan berpamitan, pria tua tersebut berkata kepada resepsionis ini,
“Anak muda, kamulah orang yang seharusnya menjadi bos sebuah hotel terbaik di
USA, karena kamu melakukan pekerjaanmu dengan hati yang mau melayani. Doakan suatu
hari nanti saya bisa membangunkan sebuah hotel untukmu.”
Pemuda itu menanggapinya dengan
sebuah senyuman dan dengan segara melupakan kata-kata pria tua itu.
2 tahun kemudian, sebuah surat
datang ke hotel kecil di Philadelphia. Suart itu ditujukan kepada resepsionis
muda yang telah melayani pria tua itu 2 tahun yang lalu. Surat itu berisi
sebuah tiket ke New York dan permintaan agar anak muda ini berkenan menjadi
tamu pria tua yang pernah dilayaninya.
Sesampainya di New York, pria tua
mengajak pemuda itu berjalan-jalan ke sudut jalan Fifth Avenue Thirty Fourth
Street. Ia menunjukkan sebuah bangunan baru yang luar biasa megah dan
mengatakan, “Itulah hotel yang saya bangun untuk kamu kelola.”
Pemuda itu adalah George Charles
Boldt, dan pria tua itu adalah William Wardolf Astor. Saat ini Charles Boldt
menjadi pimpinan Hotel Wardolf-Astoria. Salah satu hotel terbaik di dunia.
Pelayanan yang tulus kepada orang
lain tak pernah memberi dampak kecuali kebaikan. Boleh jadi balasan yang hadir
tak tersampaikan seketika. Tetapi yakinlah, Tuhan selalu mengamati
hamba-hamba-Nya.
Dunia ibarat sebuah cermin. Jika yang
kita tampilkan adalah ketulusan, yang
terpantul kepada kita adalah ketulusan. Jika yang kita tampilkan adalah pamrih,
yang hadir pun adalah pamrih.
Dari cerita tersebut kita dapat
mengambil satu contoh keadilan yang terjadi di dalam hidup yang itu semua
karena Tuhan. Tuhan begitu adil terhadap umatnya, asalkan umatnya mau berusaha.
Kita sebagai umat Tuhan yang memiliki akal seharusnya berfikir untuk berusaha
mengikuti sifat-sifat Tuhan yang salah satunya adalah Maha Adil.
Secara terminologis adil bermakna
suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang
yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum
positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku.
Dengan demikian, orang yang adil
selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada
kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun
agama.
Perilaku adil merupakan salah
satu tiket untuk mendapat kepercayaan orang dan untuk mendapatkan reputasi yang
baik. Karena dengan reputasi yang baik itulah kita akan memiliki otoritas untuk
berbagi dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dengan orang lain.
Tanpa itu, kebaikan apapun yang kita bagi dan sampaikan hanya akan masuk ke telinga
kiri dan keluar melalui telinga kanan. Karena, perilaku adil itu identik dengan
konsistensi antara perilaku dan perkataan.
Adillah kita dalam memecahkan
segala permasalahan, katakan salah jika salah dan benar jika benar. Adillah kita
dalam memberikan sesuatu kepada orang lain. Jangan berikan emas 5 gram kepada
seorang balita. Adillah kita dalam beribadah, adillah kita dalam bertetangga,
adillah kita dalam bekerja dan lain sebagainya agar kita bisa menjadi makhluk
yang di percaya dan di sayang oleh makhluk lain dan juga Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Rif’an, Ahmad
Rifa’i. 2012. Man Shabara Zhafira.
Jakarta: Kompas Gramedia.
DAFTAR LINK
REFERENSI GAMBAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar