Kamis, 29 November 2018

BERANILAH AMBIL RESIKO.

Oleh : @K12-Aris

Abstrak
Masa depan dimiliki oleh para pengambil resiko, bukan pencari keamanan. Semakin Anda mencari keamanan, justru akan semakin sedikiti keamanan yang Anda miliki dan semakin mengejar peluang, semakin banyak keamanan yang akan Anda raih. Dari Brian Tracy.


Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Saya setuju dengan Brian Tracy, bahwa masa depan adalah milik mereka yang berani mengambil resiko. Hanya orang yang berani mengambil resiko akan mencapai hal yang besar.
Semakin besar resiko yang diambil, akan semakin besar hasil yang menanti. Resiko kecil, atau yang disebut dengan “keamanan” menjanjikan hasil yang kecil juga. Hukum resiko dan imbalan sudah seperti itu.
Inilah pentingnya mengapa kita harus berani mengambil resiko.
kita tidak perlu heran melihat pengambilan risiko menjadi fenomena global yang modern.
Budaya start-up yaitu "lakukan hal besar atau mundur saja" telah menumbuhkan mentalitas yang mengatakan bahwa hanya mereka yang mau mengambil risiko besar dapat menuai hasil besar.
Mereka yang tidak berani mengambil risiko berada di jalan menuju "jaminan kegagalan", menurut pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.
Tapi apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pengambil risiko? Dan mungkinkah mengubah diri Anda menjadi salah satunya?

Apa yang membuat seseorang menjadi pengambil risiko?
Kemampuan kita untuk mengambil peluang dan merasa nyaman dengan hasil yang tidak diketahui dipengaruhi oleh susunan psikologis kita sendiri, fungsi fisiologis di tubuh kita, budaya di mana kita dibesarkan, dan dukungan masyarakat yang lebih luas terhadap perilaku berisiko.
Penelitian telah menemukan, misalnya, bahwa tingkat testosteron masing-masing individu dapat berhubungan langsung dengan pandangan kita terhadap risiko.
Karena pria cenderung memiliki kadar testosteron lebih tinggi daripada wanita, mereka sering kali lebih bersedia untuk bertindak impulsif berdasarkan informasi yang parsial - walaupun keduanya memiliki selera risiko yang sama.
Di sisi lain, ketika usaha berisiko Anda menyebabkan kegagalan, kadar testosteron Anda turun.
Pengalaman kita sendiri dan kondisi riwayat emosional masing-masing individu juga akan mempengaruhi seberapa besar kita mengambil risiko.
Orang tua Anda mungkin sangat menghindari risiko selama mengasuh Anda, atau dulu Anda mungkin pernah mengambil risiko yang tidak berhasil, sehingga membuat Anda berhati-hati saat menghadapi keputusan "sebaiknya ambil risiko atau tidak ya?"
Dan juga ada faktor budaya. Anda mungkin berasal dari masyarakat atau kelompok sosial yang menghargai kesuksesan yang stabil dan aman dalam kehidupan profesional, finansial, atau pribadi seseorang, dibandingkan pada penghargaan atas pengambilan kesempatan yang melibatkan uji-coba.

Bagaimana menjadi pengambil risiko?
Bagi mereka yang bukan pengambil risiko, ada beberapa cara untuk membuat diri Anda lebih nyaman dalam mengambil peluang tersebut. Sampai batas tertentu, Anda dapat mengubah respon fisiologis yang mungkin membuat Anda menghindari risiko dengan mengatasi beberapa masalah psikologis juga.
Swart merekomendasikan praktik yang dia sebut sebagai "membungkam pikiran." Teknik ini dirancang untuk mengurangi "obrolan di dalam otak" dengan melatih otak agar tetap berada pada saat ini (pikiran tidak ke mana-mana).
Entah Anda sedang berjalan, makan, atau bernafas, dengan fokus pada pemandangan, suara, dan sensasi fisik pada momen tertentu dapat membantu meredam kebiasaan kita untuk mengulangi kesalahan dan kekhawatiran, kata Swart.
Praktik melatih perhatian penuh seperti itu, bersamaan dengan menjalani gaya hidup sehat, telah terbukti mengendalikan tingkat adrenalin dan kortisol, hormon stres yang dilepaskan saat Anda berada di bawah tekanan yang terkait dengan pengambilan risiko.
Dengan kata lain, perhatian penuh dapat membuat kadar kortisol dan adrenalin Anda turun, sehingga Anda bisa cukup berpikiran jernih untuk membuat keputusan cerdas - bahkan mengambil beberapa risiko yang diperlukan untuk sukses di dunia bisnis yang tak menentu seperti saat ini.
Mengambil risiko juga berarti mengatasi beberapa respon alami Anda terhadap ketidakpastian dan kecemasan.
Srini Pillay, penulis buku Think Less, Learn More: Unlock the Power of the Unfocused Mind dan asisten profesor psikiatri di Harvard Medical School, mengatakan bahwa biologi memainkan peran yang sangat kecil dalam kemampuan pengambilan risiko dibandingkan dengan faktor lingkungan.
Dia percaya salah satu cara paling efektif untuk membangun ketahanan terhadap kecemasan dalam pengambilan risiko adalah menggunakan kekuatan pikiran yang tidak fokus.
Otak sadar melatih kita untuk fokus dan menggunakan pelajaran dari pengalaman masa lalu untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Namun menurut Pillay, kebanyakan ahli termasuk Michael S. Gazzaniga, salah satu ahli syaraf kognitif terkemuka di dunia, berkata bahwa antara 90% sampai 98% aktivitas mental adalah pikiran bawah sadar.
Agar menjadi pengambil risiko yang lebih baik, sangat penting untuk membiarkan alam bawah sadar Anda mengambil alih sesekali, membantu otak Anda untuk menggunakan kenangan-kenangan lama dan menghubungkan gagasan-gagasan, kata Pillay
Mengambil kesempatan pada diri sendiri
Mungkin pada akhirnya Anda harus bersedia mengambil kesempatan pada diri Anda sendiri, untuk menerima bahwa Anda dapat membuat pilihan yang tepat dan mengatasi hal-hal buruk jika semuanya tidak berjalan semestinya.
Tapi perlu diingatkan bahwa risiko hampir selalu diperlukan untuk inovasi dan kemajuan, kata Aulet.
Ini bukan tentang mengambil setiap risiko yang datang, tapi melatih otak Anda untuk dapat mengambil risiko cerdas dan terdidik sambil juga membiarkan diri Anda memikirkan apa yang akan terjadi jika hal-hal tidak sesuai rencana.

Apa kekuatan yang mendorong seseorang menjadi pemberani? Kenapa mereka berani menghadapi tantangan bisnis yang penuh resiko?

Pertama: Keinginan Yang Kuat
Jawabannya karena Anda tidak akan pernah sampai ke pulau baru jika tidak berani menghadapi resiko melewati lautan dengan kapal atau melewati ketinggian melalui pesawat. Anda hanya akan diam di tempat jika tidak mengambil resiko.
Anda tidak akan pernah bisa mendapatkan keuntungan melimpah dalam bisnis, jika Anda tidak berani mengambil resiko bisnis. Sementara keuntungan bisnis potensinya tak terbatas.
Anda tidak akan dikenal di depan publik, jika Anda tidak berani tampil, melakukan hal yang diketahui publik, dan berbicara di depan umum. Jika Anda mau terkenal, Anda harus siap dengan resiko orang terkenal.
Jadi, kekuatan yang mendorong seseorang berani mengambil resiko adalah keinginan yang kuat untuk mencapai cita-citanya. Jika ketakutan mengalahkan keinginannya, maka dia akat takut mengambil resiko. Keinginan kuat adalah alasan pertama mengapa menjadi pemberani.
Anda akan melihat bahwa motivasi bisnis itu bukan hanya untuk pribadi saja. Tapi untuk kepentingan umat. Untuk dakwah dan untuk jihad.
Sementara pernah Anda melihat pendaki gunung? Mereka berani mengambil resiko berupa kematian. Demi apa? Mengapa Anda tidak berani mengambil resiko demi kebaikan pribadi dan umat?

Yang keduaadalah keyakinan atau optimisme.
Kadang ada orang yang merasa yakin bahwa bisnisnya akan berhasil, tidak mungkin gagal. Dia mencurahkan segalanya, meminjam uang, menghabiskan waktu dan hartanya untuk bisnis itu. Dan apa yang terjadi? Hancur lebur.
Bukan. Bukan keyakinan seperti ini yang dimaksud. Maaf, saya sendiri tidak pernah mau bekerja sama dengan orang seperti itu. Seolah dia bisa memastikan dan menjamin akan berhasil. Justru orang tersebut masih belum faham bisnis.
Yang disebut berani bukan yakin seperti itu. Pemberani sadar bahwa resiko itu ada, tapi dia yakin dengan dirinya bahwa dia bisa bangkit, bisa mengatasi, bisa mengantisipasi, saat resiko itu datang. Dia pun yakin, bisa bangkit jika gagal.
Tidak ada perkataan seperti ini:
Bagaimana jika saya gagal dan tidak bisa bangkit lagi?
Bagaimana jika saya tidak bisa membayar utang?
Bagaimana jika saya gagal terus menerus?
Jika Anda gagal, bangkit lagi, coba lagi. Jika Anda tidak punya uang, maka cari uang lagi. Jika Anda gagal terus, artinya Anda tidak pernah belajar. Jika kita terjebak dengan bagaimana jika, bagaimana jika, dan seterusnya, kita tidak akan pernah bertindak, sebab hanya hal negatif yang akan datang ke pikiran kita.
Inilah yang disebut keyakinan dan optimisme, bukan keyakinan buta.
Yang diperlukan adalah bagaimana Anda memiliki pikiran positif dan kepercayaan diri yang tinggi. Itu kuncinya. Orang yang berani mengambil resiko, karena dia berpikir positif dan percaya diri.

Yang Ketiga Ilmu
Saya ingat tulisan Robert T. Kiyosaki. Katanya yang beresiko itu bukan bisnisnya, tetapi orangnya. Jika Anda tidak mengetahui apa-apa tentang sebuah bisnis, kemudian Anda menjalankannya, itu yang namanya beresiko.
Bahkan Anda tidak mengerti bisnis sama sekali. Kemudian gagal dan bangkrut, kemudian Anda menyalahkan bisnisnya. Seperti Anda tidak bisa menyetir, kemudian Anda menyetir dan celaka, apakah salah mobil?
Harusnya Anda belajar menyetir dulu sebelum membawa mobil. Orang yang belum bisa menyetir atau belum memiliki jam terbang, memiliki resiko jauh lebih tinggi dibanding orang yang sudah berpengalaman menyetir. Masuk akal bukan?
Jadi, untuk mengurangi resiko, Anda perlu belajar DAN berlatih. Ada ilmunya cara mengurangi resiko dan Anda perlu berlatih agar jago berbisnis. Cara berlatih bisnis adalah memulai berbisnis dan siapkan mental untuk berhasil dan gagal.
Inilah yang harus Anda lakukan: tingkatkan kualitas, kapasitas, dan ilmu Anda sebelum bertindak. Jangan hanya mengatakan beresiko, tetapi Anda diam saja. Belajarlah, take action!

Kesimpulan
Jangan takut untuk mengambil resiko karena pada hakikatnya resiko merupakan jurang keberhasilan yang akan kita lewati. Dan yakinlah bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan lupa untuk mengingat Tuhan sang pencipta alam semesta ini hanya kepadanya kita bergantung.

 Daftar Pustaka
•https://www.motivasi-islami.com/berani-mengambil-resiko/ 
•https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-40329998
•https://id.m.wikipedia.org/wiki/Risiko


Tidak ada komentar:

Posting Komentar