Senin, 25 November 2019

PENGENDALIAN DIRI

ROMA WIBERO (@N04-ROMA)
PENGENDALIAN DIRI
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau tamak. Dalam literatur Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa. Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: “Wahai golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia nikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa, kerana (puasa) itu menahan nafsu baginya.” (HR. Bukhari) Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. 
Allah Swt Berfirman,“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi.
Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs) 
1. Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan teman yang tidak suka terhadap kamu. 
2. Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat “aniaya” kepada kita. 3. Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus berupaya memperbaiki diri dan lingkungan. 
4. Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas kedengkian mereka kepada kita. 
5. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita, dan tidak merusak nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya, berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya. 
Bagi kaum sufi, pendalaman dan pengalaman batin adalah sesuatu yang paling utama dengan tanpa mengabaikan aspek lahiriah yang dimotivasikan untuk membersihkan jiwa. Kebersihan jiwa itu merupakan hasil usaha dan perjuangan (mujahadah) yang tidak henti-hentinya, sebagai cara perilaku perseorangan yang terbaik dalam mengontrol dirinya, setia dan senantiasa merasa dihadapan Allah Swt. Pencapaian kesempurnaan dan kesucian jiwa melalui proses pendidikan dan latihan mental (riyadhah) yang diformulasikan dalam bentuk pengaturan sikap mental yang benar dari pendisiplinan tingkah laku yang ketat.

DAFTAR PUSAKA

Alfarabi A. 2011. Hubungan Kontrol Diri dengan Disiplin Berlalu Lintas. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.
 Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara Averill, J.R., 1973. 
Personal Control Over Aversive Stimuli and It’s Relationship to Stress. Psychological Bulletin, No. 80. p. 286-303.
 Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar