Senin, 25 November 2019

MENGENDALIKAN DIRI


Pengertian Kontrol Diri
Menurut Chalhoun dan Acocella (1990), kontrol diri merupakan pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. 
Kontrol diri atau self-control adalah kemampuan atau kecakapan seseorang dalam mengendalikan tingkah laku dengan cara menahan, menekan, mengatur atau mengarahkan dorongan keinginan dengan berbagai pertimbangan agar pengambilan keputusan yang salah dapat dihindari.

Aspek dan Dimensi Kontrol Diri 

Menurut Calhoun & Acocella (1990), terdapat tiga aspek kontrol diri, yaitu sebagai berikut:
* Kontrol perilaku (Behavior Control). Merupakan kesiapan atau kemampuan seseorang untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku dalam hal ini berupa kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi, dirinya sendiri, orang lain, atau sesuatu di luar dirinya. 
* Kontrol kognitif (Cognitive Control). Kemampuan individu utuk mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. 
* Kontrol dalam mengambil keputusan (Decision Making). Kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini atau disetujui.

Menurut Tangney, dkk (2004), terdapat lima dimensi kontrol diri, yaitu sebagai berikut:

* Disiplin diri (Self-dicipline). Disiplin diri yaitu mengacu pada kemampuan individu dalam melakukan disiplin diri seperti tindakan mengikuti peraturan yang ada di lingkungan sosialnya. 
* Tindakan atau aksi yang tidak impulsif (Deliberate/Non-impulsive). Menilai tentang kecenderungan individu untuk melakukan tindakan yang tidak impulsif (memberikan respon kepada stimulus dengan pemikiran yang matang). 
* Kebiasaan baik (Healthy habits). Kebiasaan baik merupakan kemampuan individu dalam mengatur pola perilaku menjadi sebuah kebiasaan yang pada akhirnya menyehatkan. Biasanya individu yang memiliki kebiasaan baik akan menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk walaupun hal tersebut menyenangkan baginya. 
* Etika Kerja (Work etic). Etika kerja berkaitan dengan penilaian individu terhadap regulasi dirinya dalam layanan etika kerja. Biasanya individu mampu memberikan perhatian penuh pada pekerjaan yang dilakukan. kemampuan mengatur diri individu tersebut di dalam layanan etika. 
* Keterandalan atau keajegan (Reliability). Keterandalan atau keajegan merupakan dimensi yang terkait dengan penilaian individu terhadap kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk pencapaian tertentu. Biasanya individu secara konsisten akan mengatur perilaku untuk mewujudkan setiap perencanaannya.

Jenis dan Ciri-ciri Kontrol Diri 

Menurut Gufron & Risnawati (2011), terdapat tiga jenis kontrol diri, yaitu sebagai berikut:
1) Over control : yaitu kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri beraksi terhadap stimulus. 
2) Under control : Yaitu suatu kecenderungan individu untuk melepaskan implus dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. 
3) Appropriate control : Yaitu kontrol individu dalam upaya mengendalikan implus secara tepat.

Menurut Thompson, ciri-ciri seseorang memiliki kontrol diri adalah sebagai berikut (Smet, 1994):
1) Kemampuan untuk mengontrol perilaku atau tingkah laku impulsif yang ditandai dengan kemampuan menghadapi stimulus yang tidak diinginkan. 
2) Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk keberhasilan mengatur perilaku dalam mencapai sesuatu yang lebih berharga atau diterima dalam masyarakat. 
3) Kemampuan mengantisipasi peristiwa yaitu kemampuan untuk mengantisipasi keadaan melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif. Hal ini didukung dengan adanya informasi yang dimiliki individu.

Dalam keadaan tertentu kita kadang sulit untuk mengendalikan diri sendiri dimana banyak hal yang sangat membuat kita ingin marah dan berontak terhadap sesuatu hal yang membuat kita ingin marah. Semua itu timbul karena emosi yaitu perasaan yang timbul dalam diri kita sendiri secara alamiah, yaitu bisa berupa amarah, sedih, senang, benci, cinta, bosan, dan sebagainya yang merupakan efek atau respon yang terjadi dari sesuatu yang kita alami. Berikut adalah cara mengendalikan diri :

1) Menjaga prinsip kemoralan. Seperti menjaga sikap, ucapan, maupun menjaga dari pikiran-pikiran negative terhadap apapun yang dihadapi. Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, coba larikan ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama?
2) Menggunakan kesadaran. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul. Dengan demikian mereka langsung lumpuh dan dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Kalau masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk mengendalikan diri, larikan pikiran kita pada prinsip moral. Biasanya kita akan lebih mampu mengendalikan diri.
3) Perenungan. Saat kita sudah benar-benar tidak tahan, mau ”meledak” karena dikuasai emosi, saat kita mau marah besar, coba lakukan perenungan. Tanyakan pada diri seperti :
a)   Apa sih untungnya saya marah?
b)   Apakah benar reaksi saya seperti ini?

4.    Sibukkan diri dengan pikiran atau aktivitas yang positif. Pikiran hanya bisa memikirkan satu hal dalam suatu saat. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal yang positif maka dengan demikian pengaruh dari keinginan atau suatu emosi akan  mereda. 


Manfaat yang diperoleh dari keberhasilan seseorang dalam mengendalikan dirinya antara lain

1.       Mampu untuk meningkatkan kesabaran. Karena jika kita sedang dalam keadaan marah, kita tidak sabar,tawakal,bersyukur.dll.dapat meningkatkan komunikasi positif dilingkungan masyarakat sehingga di peroleh suasana tenang.
2.       Dapat mengontrol amarah.
3.    Memiliki pikiran yang lebih panjang. Tidak asal dalam mengambil keputusan jika menghadapi masalah. Dipikirkan hingga matang cara mengatasinya.
4.       Meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang di berikan oleh Tuhan.
5.       Dapat  mengurangi rasa gelisah,cemas,iri dan tidak puas yang dapat terjadi pada semua tingkatan




Daftar Pustaka
  
Acocella, J. R., & Calhoun, J. F. 1990. Psychology of adjustment human relationship. New York: McGraw-Hill.

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Tangney, J.P., Baumeister, R.F., & Boone, A.L. 2004. High Self-control Predicts Good Adjustment, Less Pathology, Better Grades, and Interpersonal Success. Journal of Personality.

Gufron, M.N., & Risnawati, Rini. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar