Pengertian Kontrol Diri
Menurut Chalhoun dan Acocella (1990), kontrol diri
merupakan pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang,
dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Kontrol diri atau self-control adalah kemampuan atau
kecakapan seseorang dalam mengendalikan tingkah laku dengan cara menahan,
menekan, mengatur atau mengarahkan dorongan keinginan dengan berbagai
pertimbangan agar pengambilan keputusan yang salah dapat dihindari.
Aspek dan Dimensi Kontrol
Diri
Menurut Calhoun & Acocella (1990), terdapat tiga aspek kontrol
diri, yaitu sebagai berikut:
* Kontrol perilaku (Behavior Control). Merupakan kesiapan atau
kemampuan seseorang untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Kemampuan mengontrol perilaku dalam hal ini berupa kemampuan untuk menentukan
siapa yang mengendalikan situasi, dirinya sendiri, orang lain, atau sesuatu di
luar dirinya.
* Kontrol kognitif (Cognitive Control). Kemampuan individu utuk
mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi,
menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai
adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan.
* Kontrol dalam mengambil keputusan (Decision Making). Kemampuan
untuk memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini atau disetujui.
Menurut Tangney, dkk (2004), terdapat lima dimensi kontrol diri, yaitu sebagai berikut:
* Disiplin diri (Self-dicipline). Disiplin diri yaitu mengacu pada
kemampuan individu dalam melakukan disiplin diri seperti tindakan mengikuti
peraturan yang ada di lingkungan sosialnya.
* Tindakan atau aksi yang tidak impulsif (Deliberate/Non-impulsive).
Menilai tentang kecenderungan individu untuk melakukan tindakan yang tidak
impulsif (memberikan respon kepada stimulus dengan pemikiran yang
matang).
* Kebiasaan baik (Healthy habits). Kebiasaan baik merupakan
kemampuan individu dalam mengatur pola perilaku menjadi sebuah kebiasaan yang
pada akhirnya menyehatkan. Biasanya individu yang memiliki kebiasaan baik akan
menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk walaupun hal tersebut
menyenangkan baginya.
* Etika Kerja (Work etic). Etika kerja berkaitan dengan penilaian
individu terhadap regulasi dirinya dalam layanan etika kerja. Biasanya individu
mampu memberikan perhatian penuh pada pekerjaan yang dilakukan. kemampuan
mengatur diri individu tersebut di dalam layanan etika.
* Keterandalan atau keajegan (Reliability). Keterandalan atau
keajegan merupakan dimensi yang terkait dengan penilaian individu terhadap
kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk
pencapaian tertentu. Biasanya individu secara konsisten akan mengatur perilaku
untuk mewujudkan setiap perencanaannya.
Jenis dan Ciri-ciri Kontrol Diri
Menurut Gufron & Risnawati (2011), terdapat tiga jenis kontrol diri, yaitu sebagai
berikut:
1) Over control : yaitu kontrol diri yang dilakukan oleh individu
secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri beraksi
terhadap stimulus.
2) Under control : Yaitu suatu kecenderungan individu untuk
melepaskan implus dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.
3) Appropriate control : Yaitu kontrol individu dalam upaya
mengendalikan implus secara tepat.
Menurut Thompson, ciri-ciri
seseorang memiliki kontrol diri adalah sebagai berikut (Smet, 1994):
1) Kemampuan untuk mengontrol perilaku atau tingkah laku impulsif
yang ditandai dengan kemampuan menghadapi stimulus yang tidak diinginkan.
2) Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk keberhasilan
mengatur perilaku dalam mencapai sesuatu yang lebih berharga atau diterima
dalam masyarakat.
3) Kemampuan mengantisipasi peristiwa yaitu kemampuan untuk
mengantisipasi keadaan melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif.
Hal ini didukung dengan adanya informasi yang dimiliki individu.
Dalam keadaan tertentu kita kadang sulit untuk
mengendalikan diri sendiri dimana banyak hal yang sangat membuat kita ingin
marah dan berontak terhadap sesuatu hal yang membuat kita ingin marah. Semua
itu timbul karena emosi yaitu perasaan yang timbul dalam diri kita sendiri
secara alamiah, yaitu bisa berupa amarah, sedih, senang, benci, cinta, bosan,
dan sebagainya yang merupakan efek atau respon yang terjadi dari sesuatu yang
kita alami. Berikut adalah cara
mengendalikan diri :
1) Menjaga prinsip kemoralan. Seperti menjaga sikap,
ucapan, maupun menjaga dari pikiran-pikiran negative terhadap apapun yang
dihadapi. Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, coba
larikan ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau
bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama?
2) Menggunakan kesadaran. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap
pikiran atau perasaan yang muncul. Dengan demikian mereka langsung lumpuh dan
dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Kalau masih belum bisa atau dirasa
berat sekali untuk mengendalikan diri, larikan pikiran kita pada prinsip moral.
Biasanya kita akan lebih mampu mengendalikan diri.
3) Perenungan. Saat kita sudah benar-benar tidak tahan, mau ”meledak”
karena dikuasai emosi, saat kita mau marah besar, coba lakukan perenungan.
Tanyakan pada diri seperti :
a) Apa
sih untungnya saya marah?
b) Apakah
benar reaksi saya seperti ini?
4. Sibukkan diri dengan pikiran atau
aktivitas yang positif. Pikiran hanya bisa memikirkan satu hal dalam suatu
saat. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal yang positif
maka dengan demikian pengaruh dari keinginan atau suatu emosi akan mereda.
Manfaat yang diperoleh dari keberhasilan seseorang dalam mengendalikan
dirinya antara lain
1. Mampu untuk meningkatkan
kesabaran. Karena jika kita sedang dalam keadaan marah, kita tidak
sabar,tawakal,bersyukur.dll.dapat meningkatkan komunikasi positif dilingkungan
masyarakat sehingga di peroleh suasana tenang.
2. Dapat mengontrol amarah.
3. Memiliki pikiran yang lebih panjang. Tidak
asal dalam mengambil keputusan jika menghadapi masalah. Dipikirkan hingga
matang cara mengatasinya.
4. Meningkatkan rasa syukur
atas nikmat yang di berikan oleh Tuhan.
5. Dapat mengurangi
rasa gelisah,cemas,iri dan tidak puas yang dapat terjadi pada semua tingkatan
Daftar Pustaka
Acocella, J. R., & Calhoun, J. F. 1990. Psychology of
adjustment human relationship. New York: McGraw-Hill.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Tangney, J.P., Baumeister, R.F., & Boone, A.L. 2004. High
Self-control Predicts Good Adjustment, Less Pathology, Better Grades, and
Interpersonal Success. Journal of Personality.
Gufron, M.N., & Risnawati, Rini. 2010. Teori-Teori
Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar