Rabu, 19 September 2018

Jujur sebagai karakter manusia beradab.


 Muhammad fikri
adzkiya
41618010026

Jujur sebagai karakter manusia beradab
Abstrak: jujur adalah sifat manusia dimana seseorang berkata,bertindak dan dengan gerakan hati yang tulus dalam bebagai hal yang bersifat realistis.Dalam hal ini perlu ada nya pembinaan karakter sejak dini dan juga kebiasaan untuk bersifat jujur,karena jujur adalah sifat manusia yang beradab.
Kata kunci:Jujur
Menanamkan nilai kejujuran,terutama di lingkungan masyarakat atau pun pendidikan terasa semakin sulit,salah satu penyebab dalam lingkungan pendidikan adalah krisis keteladanan.Di lembaga pendidikan,perilaku tidak iujur banyak di lakukan oleh individu di sekolah,mulai dari siswa yang menyontek,alasan tidak masuk kelas,dan lain lain.Dari permasalahan teresebut,dapat menumbuhkan generasi bangsa yang korup dan dapat merembet ke faktor keamanan dan khusus nya di Indonesia ini masih jauh dari kalimat bebas atau bersih dari korupsi.Dalam hal itu bahwasan nya negara Indonesia telah mengalami krisis kejujuran yang mengakibatkan korupsi dan masih banyak hal lain nya.Dalam hal itu juga di perlukannya pembiasaan sikap jujur.

Menurut Nasuprawoto(2010;4),pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang ulang.
Sikap yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri sebagai berikut:
A.Sikap tersebut selatif menetap.
B.Pembiasaan umum nya tidak memerlukan fungsi berfikir yang tinggi.
C.Kebiasaan bukan sebagai hasil dari proses kematangan,tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman ataupun belajar
D.Sikap tersebut tampil secara berulang ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.
Maka nya di perlukannya pembiasaan bersifat jujur sejak dini.


    Pemenuhan sikap psikologis di lingkungan keluarga
            Dalam keseharian baik orang dewasa maupun anak-anak terbiasa untuk bertindak tidak jujur lewat perkataan, ekspresi, bahasa tubuh, nada suara bahkan berdiam. Terkadang seseorang mengatakan kepada diri sendiri mulai dari kebohongan kecil hingga besar, seperti delusi, penolakan, represi, halusinasi dan paranoid. Mengapa seseorang melakukan seperti itu? Sedari kecil seseorang belajar menahan diri atau mendistorsi kebenaran. Pengalaman terkadang mengajarkan bahwa jujur dapat menyebabkan rasa sakit fisik atau emosional seperti rasa malu, rasa bersalah, penolakan, rasa takut, atau kerugian.
            Misal nya sikap orangtua yang selalu melarang anak dengan alasan yang tidak jelas ataupun melontarkan kata2 yang bersifat merendahkan anak,dalam hal itu anak berpotensi berbohong kepada orangtua nya dan sedangkan orangtua menyalahkan anak nya,padahal mereka lah yang membuat anak nya menjadi seperti itu.
Ketidakjujuran sangat berkaitan erat dengan pengertian “benar dan salah”. “Benar dan salah “ yang telah ditentukan oleh norma agama, masyarakat, bahkan pada lingkup terkecil keluarga. Mengembangkan pengertian ‘benar dan salah” untuk anak merupakan hal penting agar anak mengetahui bagaimana memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur

Ketidakjujuran, kesehatan dan dampak psikis
                                                     
Freud (1904) mengatakan dalam artikelnya yang berjudul fundamental rule of psychoanalysis, bahwa “complete honesty required from patients for theit cure”. Survey mengenai frekuensi kebohongan yang terjadi di Amerika bahwa sebanyak 1 dari 2 orang melakukan kebohongan dalam sehari atau 11 per minggunya. Berdaasarkan data tersebut Kelly & Wang melakukan penelitian eksperimen tentang kondisi kesehatan fisik dan mental seseorang jika berbohong [3]. Sebanyak 110 orang berpartisipasi diantaranya sebanyak 34% dewasa dan 66% mahasiswa dengan kisaran usia 18 – 71 tahun (usia rata-rata 31 tahun). Kelompok eksperimen (no-lie group) diminta untuk menahan diri mengatakan setiap kebohongan untuk alasan apapun. Kelompok eksperimen dapat mengabaikan kebenaran, menolak untuk menjawab pertanyaan, dan menyimpan rahasia. Namun tidak boleh mengatakan apapun yang tidak benar. Sedangkan kelompok kontrol akan terhubung dengan poligraf setiap minggunya untuk diminta mengatakan kebohongan putih (white lies) dan kebohongan besar yang dikatakan tiap minggunya. Partisipan membuat laporan mandiri dengan kuisioner The Phill untuk keluhan fisik biasa dan The Brief Symptom Inventory (BSI) untuk mengukur simptom psikologis. Penelitian ini ingin menjawab (1) dapatkah seseorang berhenti berbohong? (2) apakah penurunan kebohongan menyebabkan kesehatan yang lebih baik? (3) dan jika bisa bagaimana peningkatan kesehatan itu bisa dijelaskan?

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seseorang mampu mengurangi kebohongan. Hal tersebut nampak pada kelompok eksperimen yang melaporkan bahwa mereka melakukan lebih sedikit kebohongan putih secara signifikan pada seluruh minggu (Minggu 2 sampai 10) daripada kelompok kontrol. Kelompok eksperimen juga melaporkan bahwa mereka melakukan lebih sedikit kebohongan besar secara signifikan daripada kelompok kontrol di sebagian besar titik waktu.  Sedangkan hubungan antara sedikit kebohongan dan peningkatan kesehatan dan peningkatan kualiatas psikis bahwa partisipan lebih sedikit merasakan simptom kesehatan mental seperti merasa tegang, dan keluhan fisik seperti serak dan sakit tenggorokan. Selain itu mereka juga mengalami peningkatan kualitas relasi personal.

Thomas Stanley secara berurutan merangkum setidaknya ada 5 (lima)
kunci pokok keberhasilan, yakni:
1. Kejujuran.
2. Kedisiplinan.
3. Kerjasama.
4. Team work yang kokoh.
5. Bekerja lebih keras dari yang lain.
Sifat jujur pun dapat mendongkrak keberhasilan seseoran,justru itu kita harus menanamkan sifat jujur sejak dini dan membiasakan nya sejak hari ini.Karena jujur merupakan cerminan orang yang beradab.











DAFTAR PUSTAKA
Rahma Titis Mahira, Edi Suhartono, Siti Awaliyah(2018)
Universitas Negeri Malang, IMPLEMENTASI NILAI KEJUJURAN DALAM PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA PEMBELAJARAN PKn DI SMPN 3 MALANG.Diunduh pada 20 september 2018
Arya,lutfi(2015),Kejujuran dalam pandang psikologi.Di unduh di:
Pada 20 september 2018
 Zulkhairi,Teuku(2011), MEMBUMIKAN KARAKTER JUJUR DALAM PENDIDIKAN DI ACEH.Diunduh pada 20 september 2018

1 komentar:

  1. Isi dari postingan sudah bagus ,jelas dan komplit , logo mercu lebih bagus di pojok kanan dan ukuran kecil saja. Sumber sudah bagus karena ada jurnal.

    BalasHapus