Selasa, 14 November 2017

Mengambil resiko menegakkan kebenaran


Oleh: Muhammad Arief Afifuddin, @D08-Arief, @Proyek-B09


Resiko bagi yang mencoba menegakkan kebenaran :

1. Dipenjara.
2. Dibunuh.
3. Diusir

Berani Menyuarakan Kebenaran
Keberanian adalah power utama yang dibutuhkan oleh seorang wirausahaan. Ketika seseorang berani menghadapi permasalahan disekitar dengan menjunjung tinggi nilai kebenaran, maka sudah dapat dipastikan usaha anda akan menjadi besar, bahkan anda akan dihargai dan dihormati oleh masyarakat sekitar. Bahkan mungkin saja anda akan mendapatkan relasi atau bahkan donator dalam bisnis anda.
Pada kenyataannya pun banyak orang yang sukses dalam bisnisnya atau kariernya disebabkan keberanuiannya dalam menyuarakan kebenaran. Akan tetapi, banyak orang yang tidak berani melakukannya disebabkan ketakutan akan ancaman yang akan menderanya, bahkan mereka memilih untuk mencari jalan aman dengan berdiam diri saja, tapi bereaksi sedikitpun, padahal kejahatan, atau tindakan yang jelas-jelas salah nyata baginya.
JANGAN TAKUT MENEGAKKAN KEBENARAN
"Rasa takut (segan) terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikannya atau mendengarnya." (HR Ahmad)

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, "Janganlah takut berada di jalan Allah terhadap celaan orang yang suka mencela." Aku berkata, "Tambah lagi ya Rasulullah." Beliau melanjutkan pesannya, "Katakanlah apa yang hak meskipun akibatnya terasa pahit."

Rasulullah saw sendiri sudah mengisyaratkan, bahwa akibatnya akan pahit. Tetapi itu hanya sebatas di dunia. Sama dengan orang yang harus menelan obat, seberapapun pahitnya bila yakin bahwa itu akan menyembuhkan, seharusnya ditempuh juga.

Allah SWT memerintahkan manusia agar menegakkan kebenaran bersikap dan berprilaku jujur, berani mengatakan yang benar meskipun perkataan yang benar tersebut akan mengakibatkan dirinya dimusuhi, dikucilkan, dianiaya bahkan kehilangan nyawa. 

Sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya,
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan." (QS. An Nisaa": 135).

Ayat di atas memerintahkan hamba Allah SWT yang beriman benar-benar menegakkan kebenaran dan menghukum dengan seadil-adilnya meskipun yang bersalah, keluarga sendiri bahkan orangtua kandung sendiri. Jangan tebang pilih atau pandang bulu dan mengikuti kehendak hawa nafsu dalam memutuskan suatu perkara. Allah SWT memberikan mandat kepada manusia sebagai khalifah di bumi agar menjadi penegak kebenaran, tanpa ragu-ragu.

Dalam Sebuah hadits Qudsi dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Allah SWT berfirman : Hai hambaKu sesungguhnya Aku mengharamkan terhadap diriKu berbuat zalim dan yang demikian berlaku pula untuk kamu. Maka janganlah kamu berbuat kezaliman. Kehancuran umat terdahulu adalah karena mereka berbuat zalim dan sewenang-wenang." (HR. Muslim).

Sebagai seorang muslim haruslah menjadi suri teladan dan menjadi rahmat bagi semesta alam dan senantiasa berkata benar sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits dari Ibnu Mas"ud dari Rasulullah SAW beliau bersabda: "Sesungguhnya kebenaran itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke syurga. Dan sesungguhnya orang yang membiasakan dirinya benar dalam segala tingkah lakunya akan dicatat Allah sebagai orang yang selalu benar. Sedangkan kedustaan itu membawa kepada penyelewengan dan penyelewengan itu membawa ke neraka dan orang-orang yang membiasakan berdusta akan dicatat Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari). 

Sudah saatnya bangsa ini menegakkan kebenaran di negerinya agar Allah SWT menurunkan karunia, nikmat dan rahmat dari langit dan bumi. Kehancuran suatu bangsa di masa lalu hendaknya menjadi pelajaran bagi kita. Mereka itu mengingkari perintah Allah SWT berbuat zalim dan melampaui batas. Mereka yang menjadi ulil amri di negeri ini berkuasa atas kehendak Allah SWT dan mereka harus menjalankan kekuasaannya sesuai dengan kehendak si pemberi kuasa. Dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara harus menjalankan otoritas yang diberikan Allah berkata benar dan menegakkan keadilan.

Mereka harus mempergunakan mata dan telinganya untuk melihat dan mendengar realita di tengah-tengah masyarakat. Betapa saat ini masyarakat belum sepenuhnya merasakan kebenaran dan keadilan itu ditegakkan. Masyarakat lebih sering melihat tontonan kebohongan dari elit politik di negerinya yang terjerat kasus korupsi. Putusan-putusan hakim banyak yang justru mencederai rasa keadilan. 

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: "Apakah engkau hendak meminta keistimewaan dari pelaksanaan hukum-hukum Allah? Sesungguhnya kehancuran umat-umat terdahulu karena bila yang mencuri rakyat jelata mereka hukum, tetapi kalau yang mencuri orang yang berpangkat mereka biarkan saja. Demi Allah yang memelihara jiwa saya kalau Fatimah binti Muhammad mencuri saya potong tangannya." (HR. Bukhari).

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Ma-idah [5] : 8)

Tak selamanya usaha menegakkan kebenaran berjalan mulus. Yang lebih sering terjadi justru menemukan jalan terjal dan berliku. Meski demikian, kebenaran tetaplah harus ditegakkan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar