Senin, 23 September 2019

'Ngaret' Budaya atau Swasraya ?

Satria Hotma Hizkia
@N19-SATRIA


‘Ngaret’ Budaya atau Swasraya ?

Abstrak
Merujuk berbagai sumber, muasal kata 'ngaret' diketahui berasal dari kata dasar 'karet' yang bersifat melar atau melonggar. Faktor utama yang menyebabkan tidak disiplin waktu sehingga sering mengalami ‘ngaret’ adalah kebiasaan. Karena sudah banyak yang orang yang melakukannya, maka individu yang belum pernah akan penasaran dan mencoba untuk ‘ngaret’. Hal itu dapat diubah dan dicegah, dengan tidak membiasakan meremehkan waktu

Kata Kunci : ‘Ngaret’, Disiplin, Kebiasaan.

1.    Pendahuluan
   Saat ingin mengadakan pertemuan baik secara formal maupun  non formal, ketidaktepatan waktu yang ditentukan dengan waktu pelaksanaan biasanya tidak sesuai. Diumumkan akan mulai pada jam tujuh lewat tiga puluh menit, namun pelaksanaan yang terjadi adalah mulai tepat pukul delapan. Saat janjian dengan teman sepermainan, membuat janji bertemu  di tempat kopi jam sepuluh tapi kenyataannya baru mandi jam sepuluh dan mengirim pesan ‘otw’ (dalam perjalanan), alhasil jam dua belas baru sampai dan kopi sudah terlanjur habis.

   Dalam situasi seperti itu, anak muda saat ini lebih sering menggunakan kata ‘ngaret’ untuk menggantikan kata terlambat atau telat. Merujuk berbagai sumber, muasal kata 'ngaret' diketahui berasal dari kata dasar 'karet' yang bersifat melar atau melonggar. Pada tahap selanjutnya, 'ngaret' mengalami perluasan makna menjadi tidak tepat waktu atau meleset dari waktu yang direncanakan.

2.    Permasalahan
2.1  Faktor apa yang paling mempengaruhi orang sering ‘ngaret’ ?
2.2  Apa dampak yang ditimbulkan ?
2.3  Bagaimana cara mengatasinya ?

3.    Pembahasan
3.1  Kebiasaan
Faktor utama yang menyebabkan tidak disiplin waktu sehingga sering mengalami ‘ngaret’ adalah kebiasaan. Karena sudah sangat sering ‘ngaret’ dan banyak orang melakukannya juga, maka ngaret sudah dianggap hal yang lumrah.
-          Terbiasa untuk tidak disiplin waktu dalam hal-hal kecil.
-          Terbiasa telat bangun
-          Terbiasa telat datang
-          Terbiasa telat pulang

3.2  Dampak Ngaret
- Di lingkungan sekolah, sering ‘ngaret’ akan menimbulkan dampak seperti :
Berhadapan dengan guru BK, kemudian terkena point, terakhir adalah pemanggilan orangtua ke sekolah.

- Di lingkungan kampus, sering ‘ngaret’ akan menimbulkan dampak seperti :
Dimarahi dosen, mendapat pandangan kurang baik, dan tidak diabsen.

- Di lingkungan kantor, sering ngaret akan menimbulkan dampak seperti :
Pekerjaan tertunda ,dapat teguran dari atasan, dapat surat peringatan, bahkan diomongin karyawan sekantor.

3.3  Cara Mengatasi ‘Ngaret’
-          Jangan pernah berencana untuk tepat waktu tetapi kerjakan atau datanglah sebelum waktunya. Karena orang yang suka ngaret selalu bertujuan untuk tiba pada waktu terakhir tanpa memberikan ruang waktu untuk kemungkinan lain seperti macet atau lainnya.

-          Menghargai waktu, dengan kita menghargai waktu maka akan terciptalah suatu kedisiplinan dalam kehidupan kita. Disiplin itu sendiri adalah suatu keaadaan dimana kita taat dan patuh terhadap suatu norma atau nilai-nilai yang terdapat dalam suatu dimensi waktu.

4.    Kesimpulan
   Karena sudah banyak yang orang yang melakukannya, maka individu yang belum pernah akan penasaran dan mencoba untuk ‘ngaret’. Hal itu dapat diubah dan dicegah, dengan tidak membiasakan meremehkan waktu, maka kita dapat mencegahnya dan berdistraksi pada disiplin, sehingga ‘ngaret’ bukanlah lagi menjadi suatu kebiasaan yang akan ditemui dalam kehidupan anak muda.

Referensi
Al Qorony, Wais. 2017. Ketahuilah Inilah  Penyebab Siswa Datang Terlambat ke Sekolah.
CNN Indonesia. 2019. Cara-Cara Praktis untuk Jadi Generasi Anti Ngaret
CNN Indonesia. 2019. Mencari Asal Usul Kata ‘Ngaret’
Kbbi
Rahmalia, Dwi Putri. 2017. Pentingnya Menghargai Waktu Sebagai Realisasi Disiplin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar