Senin, 16 September 2019

Jujur Perlahan Luntur

SATRIA HOTMA HIZKIA
@N19-SATRIA

Jujur Perlahan Luntur

Abstrak
Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya). sikap jujur juga bisa dikatakaan sebagai perilaku subjektif, yang artinya sikap jujur tergantung dari individu masing-masing. Pandangan agama-agama mengenai jujur. Terkadang kita terpaksa harus berbohong karena kejujuran tidak dihargai oleh lingkungan kita. Ketika tidak ada lagi cara lain maka berbohong adalah “cara jitu” untuk keluar dari masalah.

1.        Pendahuluan
Satu kata yang sulit untuk ditemukan dalam manusia, namun mudah untuk sekedar diucapkan adalah “jujur”. Menurut kbbi jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya); 2 tidak curang (misalnya dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku): mereka itulah orang-orang yang -- dan disegani; 3 tulus; ikhlas.
Jika dilihat dari definisinya menurut kbbi, jujur termasuk adjektiva (kata sifat), tetapi menurut  Noviana (2014:9) sikap jujur juga bisa dikatakaan sebagai perilaku subjektif, yang artinya sikap jujur tergantung dari individu masing-masing. Dalam setiap agama juga dianjurkan untuk berbuat jujur, literasi tentang jujur dari masing-masing agama mungkin sudah dipahami, namun implementasi hanya ada pada beberapa orang dan sedikit ditemui.

2.        Permasalahan
2.1         Bagaimana pandangan agama tentang jujur ?
2.2        Apa faktor yang membuat jujur sulit melekat pada manusia ?

3.        Pembahasan

3.1         Jujur Menurut Agama
·         Islam
“hendaklah kalian bersikap benar/ jujur, karena kebenaran itu akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan akan menyampaikan ke surga. Seseorang itu selalu berlaku benar dan berusaha mencarinya hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang suka berlaku benar”
            (Tafsir Al- ‘Usyr Al- Akhir dari Al- Quran Al Karim, h. 104)

·         Kristen
“dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu”
(Titus 2:7)

·         Budha
“..Ia bukan penipu, bukan pemalsu, jujur dalam menyatakan dirinya sebagaimana adanya kepada guru atau sesama teman dalam kehidupan suci..”
(Lima faktor usaha (padhana))
(Dasuttara Sutta)


·         Hindu 
“yo vai sa dharmah satyam vai tat” –adalah maksud berkata-kata jujur adalah kebenaran satyam itu sendiri.”
(Bhradaranyaka Upanisad 1.4.14)


3.2    Faktor Penghambat Jujur
·         Kejujuran tidak dihargai
            Terkadang kita terpaksa harus berbohong karena kejujuran tidak dihargai oleh lingkungan kita. Bahkan pada dunia pendidikan dimana seharusnya kejujuran ditegakkan, justru hal itu tidak terbukti. Begitu juga dalam keluarga, dimana kejujuran seorang anak, bukannya mendapatkan penghargaan, tetapi malahan menerima balasan kemarahan dan hukuman dari para orangtua. Kejujuran tidak dihargai, sebaliknya kebohongan lebih mendapatkan apresiasi.
·         Lingkungan
            Menurut Syureich (1990: 37) lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak. Secara tidak langsung jika lingkungan kita menganggap bahwa kebohongan adalah hal yang lumrah maka kita juga seiring berjalannya waktu akan beranggapan demikian, sehingga jujur akan luntur dan perlahan tidak dianggap penting.
4.        Kesimpulan
Dalam ajaran agama-agama yang ada, ditekankan kepada manusia untuk bersikap jujur, dan juga diberitahukan manfaat dari jujur itu sendiri. Namun manusia masih lemah dalam implementasi disaat situasi dan kondisi tertentu. Ketika tidak ada lagi cara lain maka berbohong adalah “cara jitu” untuk keluar dari masalah.

Referensi

Bhradaranyaka Upanisad 1.4.14.
Kbbi. Kata dasar Jujur
Sutta Pitaka Digha Nikaya VI
Tafsir Al- ‘Usyr Al- Akhir dari Al- Quran Al Karim, h. 104
Titus 2:7





 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar