SATRIA HOTMA HIZKIA
@N19-SATRIA
Jujur Perlahan Luntur
Abstrak
Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa
adanya). sikap jujur
juga bisa dikatakaan sebagai perilaku subjektif, yang artinya sikap jujur
tergantung dari individu masing-masing. Pandangan agama-agama mengenai jujur. Terkadang kita
terpaksa harus berbohong karena kejujuran tidak dihargai oleh lingkungan kita.
Ketika tidak ada lagi cara lain maka berbohong adalah “cara jitu” untuk keluar
dari masalah.
1.
Pendahuluan
Satu kata yang
sulit untuk ditemukan dalam manusia, namun mudah untuk sekedar diucapkan adalah
“jujur”. Menurut kbbi jujur adalah lurus hati; tidak
berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya); 2 tidak curang (misalnya dalam permainan, dengan mengikuti
aturan yang berlaku): mereka itulah orang-orang yang -- dan disegani; 3
tulus; ikhlas.
Jika dilihat dari definisinya menurut kbbi, jujur
termasuk adjektiva (kata sifat), tetapi menurut
Noviana (2014:9) sikap jujur juga bisa dikatakaan sebagai perilaku
subjektif, yang artinya sikap jujur tergantung dari individu masing-masing.
Dalam setiap agama juga dianjurkan untuk berbuat jujur, literasi tentang jujur
dari masing-masing agama mungkin sudah dipahami, namun implementasi hanya ada
pada beberapa orang dan sedikit ditemui.
2.
Permasalahan
2.1
Bagaimana
pandangan agama tentang jujur ?
2.2 Apa faktor yang membuat jujur sulit melekat pada manusia ?
3.
Pembahasan
3.1
Jujur Menurut
Agama
·
Islam
“hendaklah kalian bersikap benar/ jujur, karena kebenaran itu akan
mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan akan menyampaikan ke surga. Seseorang
itu selalu berlaku benar dan berusaha mencarinya hingga ia ditulis di sisi
Allah sebagai orang yang suka berlaku benar”
(Tafsir Al- ‘Usyr Al- Akhir
dari Al- Quran Al Karim, h. 104)
·
Kristen
“dan jadikanlah dirimu sendiri suatu
teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam
pengajaranmu”
(Titus
2:7)
·
Budha
“..Ia bukan
penipu, bukan pemalsu, jujur dalam menyatakan dirinya sebagaimana adanya kepada
guru atau sesama teman dalam kehidupan suci..”
(Lima faktor usaha (padhana))
(Dasuttara Sutta)
·
Hindu
“yo vai sa
dharmah satyam vai tat” –adalah maksud berkata-kata jujur adalah kebenaran
satyam itu sendiri.”
(Bhradaranyaka Upanisad 1.4.14)
3.2
Faktor
Penghambat Jujur
·
Kejujuran
tidak dihargai
Terkadang kita terpaksa harus
berbohong karena kejujuran tidak dihargai oleh lingkungan kita. Bahkan pada
dunia pendidikan dimana seharusnya kejujuran ditegakkan, justru hal itu tidak
terbukti. Begitu juga dalam keluarga, dimana kejujuran seorang anak, bukannya
mendapatkan penghargaan, tetapi malahan menerima balasan kemarahan dan hukuman
dari para orangtua. Kejujuran tidak dihargai, sebaliknya kebohongan lebih
mendapatkan apresiasi.
·
Lingkungan
Menurut
Syureich (1990: 37) lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk
dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi
muda dan anak-anak. Secara tidak langsung jika lingkungan kita menganggap bahwa
kebohongan adalah hal yang lumrah maka kita juga seiring berjalannya waktu akan
beranggapan demikian, sehingga jujur akan luntur dan perlahan tidak dianggap
penting.
4.
Kesimpulan
Dalam ajaran agama-agama yang ada,
ditekankan kepada manusia untuk bersikap jujur, dan juga diberitahukan manfaat
dari jujur itu sendiri. Namun manusia masih lemah dalam implementasi disaat
situasi dan kondisi tertentu. Ketika tidak ada lagi cara lain maka berbohong
adalah “cara jitu” untuk keluar dari masalah.
Referensi
Bhradaranyaka Upanisad 1.4.14.
Kbbi. Kata dasar
Jujur
Sutta Pitaka Digha Nikaya VI
Tafsir Al- ‘Usyr Al- Akhir dari Al- Quran Al Karim, h. 104
Titus 2:7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar