oleh Chrispendi Habiel Aknansyah
Mengenal Diri Sendiri Dalam
Islam
Manusia
hidup didunia tentunya memiliki identitas dan mengetahui siapa dirinya. Hampir
tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki identitas dan tidak
mengetahui siapa dirinya. Meskipun demikian, jarang sekali diantara manusia
yang benar-benar mengerti dan mengenal siapa dirinya sebenarnya dan untuk
tujuan apa ia hidup didunia, apakah hanya sebatas untuk makan, minum, tidur,
atau mencari uang saja.
Mungkin
banyak dari kita yang tidak mengetahui apa pentingnya mengenal diri sendiri
atau mengetahui jati diri kita dihadapan allah SWT pada hakikatnya. Mengenal
diri sendiri adalah salah satu hal yang diperintahkan Allah SWT kepada umatnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait mengenal diri sendiri dalam islam. Simak penjelasan
berikut. (baca fungsi agama dalam kehidupan dan fungsi iman kepada Allah SWT)
Pentingnya Mengenal Diri Sendiri
Semua
manusia yang ada didunia ini tentu mengetahui siapa namanya, dimana ia tinggal
dan dari kota mana ia berasal, dimana ia dilahirkan dan lain sebagainya, tetapi
tidak banyak yang memikirkan siapa dirinya yang sesungguhnya dan apa tujuannya
hidup didunia dan apa yang dilakukan setelah nanti ia tiada.
Kebanyakan
manusia saat ini tidaklah begitu mengenal jati dirinya yang sebenarnya, padahal
Rasul sendiri mengingatkan bahwa mengenal diri sendiri adalah langkah pertama
dalam mengenal Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam (baca kisah teladan Nabi Muhammad SAW dan keutamaan cinta kepada Rasulullah
bagi umat muslim).
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ
عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ
“Barangsiapa
yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang
mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.
Dari Hadits
tersebut kita bisa mengetahui bahwa mengenal diri sendiri sangatlah penting
bagi manusia karena dengan mengenal dirinya sendiri sebagai manusia ciptaan
Allah SWT, ia dapat mengenal Tuhannya atau penciptanya tersebut yakni Allah
SWT. (baca manfaat beriman kepada Allah SWT)
Mengenal diri berarti:
Memahami kekhasan fisiknya, kepribadian, watak dan temperamennya, mengenal bakat-bakat alamiah yang dimilikinya serta punya gambaran atau konsep yang jelas tentang diri sendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya.
Manfaat dan tujuan mengenal diri:
Seseorang dapat mengenal kenyataan dirinya, dan sekaligus kemungkinan-kemungkinannya, serta (diharapkan mengetahui peran apa yang harus dia mainkan untuk mewujudkannya).
Nah, jika
Anda pernah menemui orang yang bisa mengenal orang lain daripada dirinya
sendiri, orang yang seperti ini adalah tipe orang merasa dirinya serba tahu,
padahal sebenarnya banyak hal yang belum ia ketahui dengan baik, khususnya
dirinya sendiri.
Hanya saja,
daripada kita membicarakan orang lain, lebih baik kita membicarakan diri
sendiri. Caranya? Tentu dengan menjawab pertanyaan berikut ini:
- Sebenarnya, sudahkah kita mengenal diri kita sendiri?
- Sebenarnya, apa kekuatan dan kekurangan diri kita selama ini?
Pertanyaan
tersebut sangatlah penting untuk menjawab pertanyaan tentang “seberapa
pentingkah proses pengenalan terhadap diri sendiri dan orang lain dalam
kehidupan sehari-hari”
Mengenal
diri sendiri dan orang lain dalam kehidupan sehari-hari ini sangatlah penting.
Karena, dengan mengenal diri sendiri, kita menjadi lebih mudah dalam membangun
komunikasi dengan orang lain. Kepedulian kita terbangunkan, begitu juga rasa
tanggung-jawab diri kita.
Dengan
mengerti orang lain, kita menjadi peduli akan perasaan orang lain, jauh dari
rasa egois, prasangka, dan putus asa. Bukankah sebuah kebahagiaan itu diawali
dengan mengenal diri kita sendiri sekaligus berusaha mengerti orang lain?
Selamat menjadi insan yang luar biasa dan berhati mulia!
Sumber:
kompas.com
Cara
Mengenal Diri, melalui:
1.Sejarah
perkembangan diri (evolusi perkembangan fisik, masa pranatal-4 tahun dengan
menanyakan pada orang tua)
2.Penelusuran
bakat dan kepribadian (melalui tes; setiap orang, selain merupakan perpaduan
dari berbagai tipe, juga memiliki sifat dominan dan khas)
3.Pengalaman
sehari-hari; sabar/tidak dalam antrian, kegigihan dalam mengejar cita,
ketekunan dalam menjalankan tugas, kesetiaan menepati janji, kepekaan terhadap
lingkungan, dll. Tinjau kembali pengalaman-pegalaman tersebut.
4.Kebersamaan
dengan orang lain; untuk membandingkan dengan orang lain, apa
perbedaan-persamaan, dan di mana kekhususan kita; bagaimana diri kita (sikap,
tutur kata, dll)
5.Kaca mata
orang lain; penilaian orang lain lebih obyektif
6.Tes
psikologi
7.Refleksi
pribadi; caranya dengan rekoleksi, tafakkur, tahajud, wirid, puasa dll
*Perpaduan
dari berbagai cara mengenal diri, dapat memberi pemahaman yang semakin baik
tentang diri. pemahaman yang semakin baik sangat membantu untuk menerima dan
mengembangkan diri.
●
Kepribadian,
Watak, dan Temperamen
Kepribadian
(personality) menurut G. Allport adalah organisasi dinamis di dalam individu
yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan
pikirannya secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan*
Organisasi
dinamis: kepribadian itu selalu berkembang dan berubah meskipun ada suatu
sistem organisasi yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari
kepribadian kita.
Psikofisik:
organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisahkan) dalam
satu kesatuan.
Menentukan:
menunjukkan bahwa kepribadian mengandung kecenderungan-kecenderungan
determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu
karakteristik
(khas/unik): menunjukkan sifat individualis; tidak ada dua orang yang
benar-benar sama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, jadi tidak ada
orang yang berkepribadian sama.
Menyesuaikan
diri terhadap lingkungan: kepribadian menghubungkan individu dengan lingkungan
fisiologisnya (yang kadang-kadang menguasainya). Di sini kepribadian berfungsi
adaptasi dan menentukan.
*Sumadi
Suryabrata, Psikologi Kepribadian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Kepribadian
dalam terminologi Islam
Kepribadian
= Shakhsiyyah yang menurut al-Ghazali dan Ibnu Maskawaih hampir mirip dengan
term akhlak. Bedanyanya shakhsiyyah dalam psikologi berkaitan dengan tingkah laku
yang didevaluasi (tidak dievaluasi), sedangkan akhlak berkaitan dengan tingkah
laku yang dievaluasi, namun jika shakhsiyyah islamiyyah harus dipahami sebagai
akhlak. Karenanya kepribadian Islam, selain mendiskripsikan tingkah laku
seseorang, juga berusaha menilai baik-buruknya.
Kepribadian:
integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan akhlak yang
mencerminkan keseluruhan perilaku keseharian kita, baik kepada Allah, diri
sendiri, sesama manusia, dan alam sekitar. Semua perilaku akan dinilai oleh
dirinya sendiri, orang lain, dan juga Allah.
Watak
Sering
dipakai secara bertukar antara watak dan kepribadian, namun Allport membedakan
keduanya: “character is personality evaluated and personality is character
devaluated”. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi menggunakan norma),
maka lebih tepat dipakai istilah watak, tapi kalau bermaksud menggambarkan
bagaimana adanya (tidak menilai), maka itu kepribadian.
Temperamen
Allport:
gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah-tidaknya terkena
rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan
suasana hatinya, segala cara fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini
bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari
keturunan.
G. Ewald:
konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Temperamen tetap
seumur hidup/tak mengalami perkembangan karena bergantung pada konstelasi
hormon, sedangkan konstelasi hormon itu tetap selama hidup.
Bedanya
dengan watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan karena watak sangat bergantung pada faktor-faktor
eksogen (lingkungan pendidikan, pengalaman, dsb).
Hubungan
antara kepribadian, watak, dan temperamen
Menggambarkan
pribadi seseorang sebagaimana adanya, sifat dan pembawaannya yang
khas kepribadian yang punya keunikan.
Kepribadian
berhadapan dengan lingkungannya yang turut membentukknya sampai taraf
kematangan tertentu, kalau kita menilai pribadi seseorang, maka hal ini
mengarah pada dirinya yang sudah terbentuk, yang dia sendiri ikut bertanggung
jawab. Inilah watak.
Kata watak
dipakai baik dalam arti normatif maupun deskriptif. Normatif = watak, sedang
deskriptif = kepribadian.
Temperamen: lebih banyak ditentukan oleh
struktur fisik-biologis, sifatnya tetap, maka dapat dibuat perbedaan yang jelas
antara satu dg lainnya; merupakan bagian dari kepribadian, di mana unsur bawaan
lebih dominan. Bicara temperamen, juga berarti bicara kepribadian dengan
temperamen tertentu, tapi kalau bicara perkembangan kepribadian, maka bukan
mengenai temperamennya, melainkan mengenai pribadi yang sudah mengalami proses
pembentukan, jadi lebih dimaksudkan sebagai “watak atau karakter”.
Cara Kerja
Nafsani Manusia
Keterangan
Bagan
Nafs
Mutmainnah: didominasi oleh daya qalbu (55%) yang dibantu oleh daya akal
(30%) dan daya nafsu (15%). Kepribadian ini merupakan supra-kesadaran manusia
yang selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian dan
menghilangkan segala kotoran, sehingga dirinya menjadi tenang. Sebagai komponen
yang ber-natur ilahiyyah, kalbu selalu cenderung pada beribadah, bertaubah,
bertawakkal, meninggalkan sifat-sifat tercela dan mencari ridha Allah SWT,
sehingga akan kembali kepada Allah dengan tenang (QS. An-Nazi’at [50]: 40-41
dan al-Fajr [89]: 27-28)
Nafs
Lawwamah, didominasi oleh daya akal (40%)+ kalbu (30%) dan nafsu (30%).
Bernatur insaniyyah yang mengikuti prinsip kerja rasionalistik dan realistik
yang membawa manusia pada tingkat kesadaran. Dalamaktualisasi, seseorang
kadang-kadang tumbuh perilaku buruk yang disebabkan oleh tarikan daya nafsu
(nafsu ammarah), namun kemudian diingatkan oleh daya kalbu (nafsu mutmainnah),
sehingga ia menyesali perbuatannya dan bertaubat. Kepribadian lawwamah berada
dalamkebimbangan antara ammarah dan mutmainnah (QS. Al-Qiyamah [75]: 2)
Nafs
Ammarah, didominasi
nafsu (55%)+ akal (30%)+ kalbu (15%). Kepribadian ini mengaktualisasikan tabiat
jasadi yang mengejar prinsip-prinsip kenikmatan duniawi. Ia menarik kalbu
manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan rendah sesuai dengan naluri
primitifnya, sehingga ia benar-benar merupakan tempat dan sumber kejelekan dan
tingkah laku tercela (QS. Yusuf [12]: 53). Kepribadian Ammarah adalah
kepribadian bawah-sadar manusia. tidak lagi memiliki identitas manusia, sebab
sifat-sifat humanitasnya telah hilang, sehingga dapat merusak dirinya sendiri
dan orang lain. Dapat ditingkatkan ke kepribadian yang baik, apabila telah
diberi rahmat dan hidayah, dan hanya sampai lawwamah, karena prosentase daya
nafsulebih dekat dengan prosentase daya akal dan terlalu jauh jaraknya
dengan daya kalbu. Pendakian ke tingkat yang lebih baik ini memerlukan riyadhah
(latihan) khusus untuk menekan daya nafsu, seperti berpuasa, shalat, dzikir,
wirid, doa, dll.
Gambaran
Tentang Diri (Konsep Diri)
Sering kita
membandingkan diri dengan orang lain, umumnya melihat orang lain lebih
beruntung, dan mulailah berandai-andai “jika aku secantik dia…” keasyikan
membanding-bandingkan membuat kita lupa melihat diri sendiri di + orang
yang kita bandingkan tersebut tidak punya kelebihan.
Setiap
manusia mempunyai kelebihan tertentu, tapi yang semua bisa memiliki adalah
kejujuran, keberanian, ketekunan, kemurahan dan kerendahan hati, karena hal
tersebut tidak lahir dengan sendirinya melainkan muncul dari diri yang ingin
mengembangkannya.
“tidak ada
manusia yang sempurna”, setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Bagaimana kita melihat kelebihan-kekurangan diri sendiri, bagaimana menyikapi,
merefleksinya….
Kekuatan
dan Kelemahan (fisik dan psikis)
Buatlah
daftar dari aset dan liabilitas, kekuatan dan kelemahan Anda sebanyak mungkin!
Daftar
Kekuatan dan Kelemahan Saya
Apakah Anda
membuat daftarnya dimulai dengan kelemahan/kekuatan?Jika dengan kelemahan, apa
artinya itu bagi rasa percaya diri dan harga diri Anda?
Tanggapan
dan Refleksi atas Kekuatan/Kelemahan Diri
Tidak ada
manusia yang sempurna. Yang penting setelah mengetahui kekuatan/kelemahan, apa
sikap yang tepat untuk menghadapinya.
Pesan Aset:
baca, nikmati, dan pikirkan berulang kali. Aset Anda akan membawa Anda ke mana
pun Anda mau; memberi energi untuk terus maju. Kekuatan Anda merepresentasikan
nilai diri Anda.
Pesan
Liabilitas: Ambil 3 kelemahan yang paling serius, sementara abaikan sisanya.
Atasi dengan sikap dasar yang kuat “harus berusaha untuk menjadi semakin baik
dalam hidup ini”
Pengenalan
diri yang semakin baik dapat membantu membentuk gambaran/konsep diri. Konsep
diri sangat penting untuk menentukan dimana kita memandang dan memperlakukan
diri, sehingga kita lebih bisa menjalankan hidup kita secara lebih terarah
sekaligus menyenangkan.
Refleksi:
Konsep diri dapat saja berubah karena adanya pemahaman dan pengenalan yang
semakin baik terhadap diri. Kuncinya kelemahan telah dikelola dan diatasi,
segera. Penundaan dapat berujung pada penyesalan.
http://dalamislam.com/info-islami/mengenal-diri-sendiri-dalam-islam
Buku berjudul mengenal diri, karangan Mustopha Mohamed
https://iimazizah.wordpress.com/2012/10/22/mengenal-diri-sendiri/
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus