Senin, 02 Oktober 2017

Peduli Kuy



PEDULI KUY

@D30-Rafli
Oleh : Rafli Jabar Ainuna Azidan



  

I. Pengertian Kepedulian Sosial 
Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita.
Lingkungan yang aku maksud di sini adalah keluarga, teman-teman kita, dan lingkungan tempat kita tumbuh besar. Karena merekalah kita mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu dan menjaga sesama. Kepedulian sosial dibagi menjadi 3 :
1. Berlangsung saat suka maupun duka
Kepedulian sosial merupakan keterlibatan pihak yang satu kepada pihak yang lain dalam turut merasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh orang lain. Kepedulian sosial tidak hanya sekedar menaruh simpati saat terjadi musibah, ikut bergembira dan senang atas kebahagiaan orang lain juga merupakan bentuk kepedulian sosial.
2. Kepedulian pribadi dan bersama
Kepedulian terhadap sesama bisa dilakukan baik secara pribadi maupun bersama, baik secara spontan maupun berencana. Masing-masing memiliki karakter tersendiri, namun sama-sama penting. Kepedulian bersifat pribadi dapat kita lakukan sendiri atau bersama keluarga. Namun ada kalanya kepedulian sosial dilakukan dalam bentuk kepedulian bersama, cara ini penting apabila bantuan yang dibutuhkan cukup besar atau berlangsung secara berkelanjutan. Begitu juga kalau bentuk kepedulian yang diberikan tidak untuk menjawab masalah yang sudah ada, melainkan berupa tindakan pencegahan atas ancaman atas hal-hal baik yang sudah ada.
3. Kepedulian yang sering lebih mendesak
Kadang yang lebih mendesak untuk kita lakukan adalah kepedulian yang bersifat pribadi dalam pergaulan sehari-hari. Tidak selalu dengan cara aktif dengan memberikan sesuatu, mungkin yang diperlukan hanyalah bentuk pasif saja. Kepedulian akan kepentingan bersama merupakan hal yang sering mendesak untuk kita lakukan. Caranya dengan melakukan sesuatu atau justru menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu demi kepentingan bersama.

II. Sumber Kepedulian Sosial
1. Bersumber dari cinta
Kepedulian sosial muncul dari kepekaan hati untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah empati, yang dapat diartikan sebagai kesanggupan untuk memahami dan merasakan perasaan-perasaan orang lain seolah-olah itu perasaan diri sendiri. Kesanggupan memiliki empati merupakan bagian terpenting dari semangat mencintai. Semangat mencintai yang tertanam dalam kalbu seseorang, menjadi dasar bagi tumbuhnya kepedulian bagi sesama. Tidak mungkin ada kepedulian tanpa rasa cinta sebagai sumbernya. Semangat cinta bukan hanya sekedar rasa perikemanusiaan pasif, seadanya, minimal, sejauh tidak merepotkan, apalagi merugikan. Peduli karena cinta berarti aktif mengupayakan sesuatu, sebagai ungkapan turut merasakan dan menanggung beban sesama manusia.Sikap peduli yang menguasai hati seseorang mengatasi segala perbedaan dan sekat pemisah di antara manusia. Semua adalah sesama bagi satu sama lain. Siapapun, terutama mereka yang sedang dalam kesulitan, adalah sesama bagi kita.
2. Tidak karena macam-macam alasan
Ada beberapa alasan seseorang mengulurkan tangannya kepada orang lain. Ada alasan politik, demi meraih simpati orang, motif mendapatkan pengaruh, supaya dilihat dan dikagumi orang, dan sebagainya. Hal-hal itu bisa saja terjadi dan tidak selalu buruk. Namun kepedulian sosial yang kita kembangkan adalah kepedulian yang timbul dari hati yang terbuka mau berbagi untuk sesamanya tanpa didorong atau disertai alasan-alasan tadi. Hendaklah kita menjadi sesama bagi yang menderita, bukan karena terpaksa, tapi terdorong oleh sikap hati yang cenderung memihak kepada yang lemah, menderita dan butuh pertolongan. Kita dapat melihat juga fakta yang sebaliknya dalam kehidupan nyata. Perbedaan status sosial sering menjadi alasan untuk tidak menaruh kepedulian kepada sesamanya. Kepedulian yang sebenarnya tidak mengenal perbedaan. Semua adalah sesama bagi satu sama lain.

III. Hambatan Dalam Mewujudkan Kepedulian Sosial 
Ada bermacam-macam hal yang bisa dikemukakan sebagai penghambat seseorang untuk menghayati kepedulian kepada sesamanya. Disini hanya disebut dua saja, sebagai penghambat serius yang sering sangat sulit dikalahkan.
1. Egoisme
Sumber hambatan dalam mewujudkan kepedulian sosial terdapat dalam diri manusia sendiri, yaitu egoisme.
Egoisme merupakan doktrin bahwa semua tindakan seseorang terarah atau harus terarah pada diri sendiri. Egoisme dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Egoisme etis, yaitu pandangan bahwa setiap pribadi hendaknya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepentingannya sendiri. Kesejahteraan tertinggi dalam hidup adalah memperoleh sebanyak-banyaknya kepuasan dan kenikmatan bagi diri sendiri. Kebahagiaan diri sendiri hendaknya menjadi nilai pertama dan terakhir, dan semua nilai lainnya datang darinya.
2. Egoisme psikologis, yang mengacu pada pendapat bahwa semua individu, pada kenyataannya sungguh-sungguh mencari kepentingannya sendiri pada setiap waktu. Semua tindakan manusia, sadar atau tidak, digerakkan oleh hasrat akan kesejahteraan dan kepuasan diri sendiri.
2. Materialistis
Sumber hambatan kedua adalah materialistis, yang merupakan sikap perilaku manusia yang sangat mengutamakan materi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kaum materialis biasanya selalu berupaya untuk mengumpulkan materi sebanyak mungkin untuk keluarga dan diri sendiri. Demi mewujudkan itu mereka umumnya tidak terlalu mementingkan cara untuk mendapatkannya. Oleh karena itu kepedulian terhadap sesama menjadi kurang bahkan semakin menuju ketiadaan.

IV. Cara Pembentukan Sikap dan Prilaku Kepedulian Sosial  
Sikap dan perilaku kepedulian sosial bukan pembawaan, tetapi dapat dibentuk melalui pengalaman dan proses belajar; dapat dilakukan melalui 3 model: 
1. Mengamati dan Meniru perilaku peduli sosial orang-orang yang diidolakan (mengacu pada teori social learningnya Bandura)
2.  Melalui proses pemerolehan Informasi Verbal tentang kondisi dan keadaan sosial orang yang lemah sehingga dapat diperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang apa yang menimpa dan dirasakan oleh mereka dan bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku peduli kepada orang lemah (mengacu pada teori kognitif Bruner)
3.  Melalui penerimaan Penguat/Reinforcement berupa konsekuensi logis yang akan diterima seseorang setelah melakukan kepedulian sosial (mengacu pada teori operant conditioning nya Skinner (konsekuensi mempengaruhi perilaku)

V. Membangun dan Mengembangkan Sikap Peduli 
Sikap peduli sesama, secara potensial dimiliki oleh setiap manusia dalam lubuk hatinya. Ada suatu kecenderungan alami, yang membuat manusia memilikiketerarahan kepada sesamanya. Namun kepedulian yang benar-benar terarah demi kemajuan sesama harus dibangun dan dikembangkan melalui proses panjang dan terus menerus. Kecenderungan alamiah yang dimiliki perlu diarahkan dan dibudayakan.
1. Membangun suasana kehidupan yang humanis
Suasana kehidupan dalam suatu kelompok masyarakat perlu dijaga bersama agar setiap warganya menunjukkan sikap perilaku saling peduli, sehingga dapat terwujud kehidupan yang damai, nyaman, tertib dan teratur. Dalam lingkungan masyarakat seperti ini selalu terlihat semangat gotong-royong atau kerjasama dalam banyak bidang. Kelompok masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi kuat membantu kelompok yang lemah, yang berkelebihan membantu yang berkekurangan. Bentuk-bentuk kepedulian semacam ini sangat diharapkan dan sangat mendesak untuk kita lakukan.
2. Mengembangkan keutamaan dan kebajikan
Secara sederhana, keutamaan dapat diartikan sebagai kesanggupan dan kemudahan serta kecondongan untuk melaksanakan tindakan tertentu yang pantas bagi kemanusiaan. Keutamaan selalu dilawankan dengan kedurjanaan (vice), yaitu sikap hati atau perbuatan-perbuatan yang tidak layak bagi kemanusiaan. Dilihat dari bentuknya keutamaan terbagi atas dua, yaitu:
1. Keutamaan Intelek, yang mendorong manusia berkenaan dengan pengetahuan tentang kebenaran.
2. Keutamaan Moral, yang terwujud pada kesediaan tetap dari kehendak untuk menjalankan apa yang diperlihatkan intelek sebagai sesuatu yang benar.
Keutamaan berurusan dengan kelayakan manusia untuk bahagia. Dengan demikian, manusia yang memiliki keutamaan akan terlihat dalam perilaku dan tindakan sehari-harinya, yang selalu menampilkan keramahan, loyalitas, kehormatan dan rasa malu serta menaruh kepedulian terhadap sesama.

VI. Contoh Kepedulian Sosial1.
1. Dalam lingkungan tempat tinggal :
· Menyumbang dan melayat warga masyarakat yang meninggal. 
· Menjenguk/membantu tetangga/warga masyarakat yang sakit. 
· Membantu/menjadi orang tua asuh bagi anak dari keluarga yang tidak mampu. 
2. Dalam lingkungan tempat bekerja/kantor :
· Sebagai senior, kita membina/membimbing staff dibawahnya.
· Membantu/menyumbang karyawan yang sakit.
· Berpartisipasi dalam kerja bakti kebersihan kantor dan lingkungan.
3. Dalam lingkungan pendidikan/sekolah :
· Mengadakan bimbingan/les siswa siswi yang lemah pada mata pelajaran tertentu.
· Mengadakan belajar bersama/study group.
· Memberikan informasi tentang kiat-kiat belajar yang efektif untuk mencapai sukses.
 Daftar Pustaka :
i. Judhanto.Reni, 2009, Rasa Peduli dan Perhatian, Dalam http://renijudhanto.blogspot.co.id/2009/05/rasa-peduli-dan-perhatian.html
ii. Rahman. Redni, 2012, Arti Dari Kepedulian, Dalam https://rednirahman.wordpress.com/2012/05/01/arti-dari-kepedulian/
iii. Kristianti. Yuliana, 2016, Pentingnya Kepedulian Terhadap Sesama, Dalam http://yulianakristianti.blogspot.co.id/
v. Aziza. Sonia, 2016, Peduli Terhadap Sesama, Dalam https://prezi.com/i3sjfxkpatvt/peduli-terhadap-sesama/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar