Kepemimpinan bukan hanya tentang posisi atau jabatan, tetapi lebih kepada keterampilan dan sifat-sifat yang memungkinkan seseorang memimpin dan mempengaruhi orang lain secara efektif. Beberapa konsep kunci dalam kepemimpinan melibatkan visi dan tujuan yang jelas, kepemimpinan situasional yang dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi, empati terhadap anggota tim, kepemimpinan transformasional untuk menginspirasi, dan kepercayaan dan integritas tinggi.
Kamis, 16 November 2023
Sinergi Produktif: Membangun Kerjasama Tim untuk Kesuksesan Bersama
Kerjasama tim merupakan kolaborasi antar individu dengan tujuan bersama untuk mencapai kesuksesan. Tim yang efektif terdiri dari anggota yang bekerja secara sinergis, membagi tugas dan tanggung jawab, serta berkomunikasi dengan baik.
Merangkai Kesuksesan: Memahami dan Menerapkan Prinsip-Prinsip Profesionalisme dalam Karir dan Kehidupan Sehari-hari
Profesionalisme merujuk pada seperangkat norma, nilai, sikap, dan perilaku yang diperlukan untuk berhasil dalam lingkungan kerja atau bidang tertentu. Komponen-komponen utama profesionalisme melibatkan norma, nilai, sikap, dan perilaku yang mencakup kompetensi, etika, dan tanggung jawab yang tinggi.
Meniti Kesuksesan Profesional: Pentingnya Karakter, Pendidikan Karakter, dan Dampaknya pada Reputasi dan Karir
Profesional didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki keahlian, pengetahuan, keterampilan, dan komitmen untuk menjalankan tugas tertentu dengan cara yang etis dan bertanggung jawab. Terdapat empat elemen kunci yang dimiliki seorang profesional, yaitu keahlian, pengetahuan, keterampilan, dan komitmen.
Profesionalisme Terapan: Membangun Kualitas dan Reputasi dalam Karir
Para profesional sukses dan dihormati umumnya memiliki beberapa karakteristik umum, seperti integritas yang tinggi, kejujuran, tanggung jawab, kepemimpinan, kemampuan komunikasi yang baik, kreativitas, kesadaran terhadap pelanggan, manajemen waktu yang efisien, penghargaan terhadap keanekaragaman, pemahaman hukum dan peraturan, kemampuan bekerja dalam tim, adaptabilitas terhadap perubahan, dan penampilan fisik yang profesional.
Memahami Pentingnya Karakter dalam Kehidupan Sehari-hari: Pendidikan, Peran Model, dan Pengaruhnya pada Masyarakat
Karakter melibatkan serangkaian sifat, nilai, dan perilaku yang membentuk kepribadian individu atau kelompok. Kondisi kebatinan dan mindset seseorang memainkan peran penting dalam perilaku, pengambilan keputusan, dan adaptasi terhadap situasi.
Kamis, 09 November 2023
Mengajarkan Etika Publik Melalui Pendidikan Anti Korupsi: Menuju Layanan Publik yang Transparan dan Adil
Pendidikan anti korupsi
merupakan upaya penting dalam mengajarkan etika publik kepada masyarakat,
terutama generasi muda, untuk mencegah dan mengurangi tindakan korupsi. Namun,
implementasi program pendidikan anti korupsi masih menghadapi beberapa tantangan.
Salah satu tantangan
utama adalah minimnya implementasi program pendidikan anti korupsi oleh
pemerintah daerah. Evaluasi program ini perlu dilakukan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan program tersebut. Metode evaluasi yang dapat digunakan adalah
Evaluasi Program CIPP, yang melibatkan penilaian terhadap konteks, input,
proses, dan produk dari program pendidikan anti korupsi.
Penelitian menunjukkan
bahwa program pendidikan anti korupsi masih minim diimplementasikan oleh
pemerintah daerah. KPK juga mengalami kesulitan dalam menjalankan program ini
di lingkungan sekolah. Evaluasi program ini perlu dilakukan untuk penyempurnaan
dan perbaikan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode Evaluasi Program
CIPP. Kurikulum pendidikan antikorupsi harus diintegrasikan ke dalam kurikulum
yang sudah ada. Banyak pendapat mengenai pelajaran yang cocok untuk
mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi, seperti PPKn, agama, sejarah, dan
olahraga. Namun, seharusnya semua guru memiliki tanggung jawab untuk
mengajarkan nilai-nilai antikorupsi pada peserta didik. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil
untuk mengintegrasikan etika publik dalam pendidikan anti-korupsi:
1.
Membangun
institusi adil: Salah satu tindakan pencegahan yang bisa dilakukan melalui
institusi keagamaan. Agama melalui para pemimpinnya dapat memberikan contoh dan
mengajarkan nilai-nilai etika publik kepada umatnya.
2.
Mengintegrasikan
nilai-nilai anti-korupsi dalam pembelajaran: Nilai-nilai dasar anti-korupsi
merupakan sikap dasar yang harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap individu
agar dapat terhindar dari korupsi. Pendidikan agama Islam di sekolah menengah
atas dapat mengintegrasikan nilai-nilai anti-korupsi dalam pembelajarannya.
3.
Menanamkan
sikap anti-korupsi sejak dini: Pendidikan anti-korupsi berguna untuk menanamkan
semangat anti-korupsi pada setiap anak bangsa. Dunia pendidikan, mulai dari
jenjang paling bawah hingga perguruan tinggi, menjadi salah satu fokus dalam
rangka pemberantasan korupsi.
4.
Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia aparatur: Rendahnya pendidikan moral dan etika
para pejabat publik dan Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan permasalahan
utama dari penyebab korupsi. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi belum
memberikan hasil yang diharapkan. Tingkat korupsi di Indonesia masih tinggi.
Salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
aparatur.
5.
Membentuk moral
dan pengingat agar tidak korupsi: Pendidikan anti-korupsi di semua tingkat atau
level sangat diperlukan. Sektor kesehatan juga banyak korupsi. Tambahan ilmu
pengetahuan agar saat bekerja tidak terjerumus korupsi.
6.
Menciptakan
generasi penerus yang memiliki paradigma anti-korupsi: Integrasi Kurikulum
Anti-korupsi merupakan salah satu perspektif keilmuan yang berangkat dari
fenomena permasalahan riil dengan pendekatan budaya sebagai alternatif solusi
pembelajaran yang lebih menekankan pada pembangunan karakter anti-korupsi.
7.
Membangun
infrastruktur etika: Infrastruktur etika menjadi suatu kebutuhan manakala
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) sampai saat ini masih belum sesuai harapan. Masalah yang muncul berkaitan
lemahnya etika dan integritas birokrasi, seperti ditunjukkan dengan belum
optimalnya implementasi peraturan perundangan pencegahan korupsi, belum
terwujudnya sistem akuntabilitas yang efektif, serta masih lemahnya pengawasan
masyarakat dan komitmen pemimpin.
8.
Memantapkan pemahaman 9 nilai
anti-korupsi: Kejujuran, kedisiplinan, kepedulian, tanggung jawab, kerja keras,
kesederhanaan, keadilan, kerjasama, dan keberanian adalah 9 nilai anti-korupsi
yang perlu ditanamkan dalam diri setiap individu.
Kesimpulannya, pendidikan
anti-korupsi memainkan peran kunci dalam membentuk etika publik, terutama pada
generasi muda. Tantangan utama termasuk minimnya implementasi oleh pemerintah
daerah, memerlukan evaluasi program menggunakan metode CIPP. Integrasi nilai-nilai
anti-korupsi dalam kurikulum dan tanggung jawab bersama guru adalah langkah
penting. Membangun institusi adil, menanamkan sikap anti-korupsi sejak dini,
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur juga esensial dalam
upaya pencegahan korupsi. Infrastruktur etika, pemahaman 9 nilai anti-korupsi,
dan menciptakan generasi penerus berparadigma anti-korupsi menjadi aspek
penting dalam perjuangan melawan korupsi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Fikri Hadin, R. F. (2016).
DESAIN BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
DI PERGURUAN TINGGI. JURNAL MORAL KEMASYARAKATAN, 162-172.
Arfa, A. M. (2023). MEMERANGI
KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI: MEMBENTUK INTEGRITAS, KESADARAN, DAN
KEMAMPUAN KRITIS DALAM MASYARAKAT . JENDELA PENGETAHUAN, 128-142.
Hambali, G. (2020). Evaluasi
Program Pendidikan Antikorupsi dalam Pembelajaran. INTEGRITAS: Jurnal
Antikorupsi, 31-44.
Hj. Sedarmayanti, N. N. (2012).
STRATEGI PENGUATAN ETIKA DAN INTEGRITAS BIROKRASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN
KORUPSI GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN. Jurnal Ilmu Administrasi,
337-362.
Nadri Taja, H. A. (2016).
MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 39-51.
Senin, 30 Oktober 2023
PRESENTASI KELAS (20 OKTOBER 2023)
PRESENTASI KELAS
Kamis, 19 Oktober 2023
Pengaturan Priotas dalam Manajemen Waktu
Disusun oleh: Alderosse Achmad Syafiie (@B35-ALDEROSSE)
Assalamuaikum
wr wb. Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Disini penulis
ingin membagikan materi tentang pengaturan priotas dalam manajemen waktu. Pengaturan
prioritas dalam manajemen waktu adalah suatu pendekatan untuk mengelola waktu
dengan lebih efisien dan efektif. Kemampuan untuk tetap fokus pada prioritas
adalah kunci mempertahankan produktivitas yang akan membawa menuju kunci
kesuksesan.
Mengapa
manajemen waktu sangat penting?
Manajemen
waktu sangat penting karena memiliki dampak yang signifikan pada produktivitas
dari efisiensi seseorang atau organisasi. Ada beberapa alasan mengapa manajemen
waktu sangat penting:
1. Dengan
mengelola waktu dengan baik, seseorang dapat fokus pada tugas-tugas yang
penting dan mendesak. Hal ini membantu meningkatkan produktivitas karena waktu
digunakan secara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak dalam
waktu yang lebih singkat.
2. Manajemen
waktu yang baik membantu mengurangi stres karena seseorang dapat mengatur
jadwal dengan baik dan menghindari penumpukan pekerjaan. Dengan mengatur waktu
dengan baik, seseorang dapat menghindari situasi terburu-buru dan merasa lebih
terorganisir.
3. Dengan
mengelola waktu dengan baik, seseorang memiliki lebih banyak waktu untuk fokus
pada detail dan kualitas pekerjaan. Hal ini membantu meningkatkan kualitas
kerja karena seseorang dapat memberikan perhatian yang lebih baik pada setiap
tugas yang dilakukan.
4. Manajemen
waktu yang baik membantu menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi. Dengan mengatur waktu dengan baik, seseorang dapat
mengalokasikan waktu untuk kegiatan di luar pekerjaan, seperti bersantai atau
menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal ini membantu meningkatkan kepuasan
kerja karena seseorang merasa memiliki waktu yang cukup untuk menjalani
kehidupan yang seimbang.
Lantas
bagaimana kita mengatur skala prioritas dalam manajemen waktu? Ada 4 kuadran prioritas
yang bisa kita terapkan, yaitu:
1. Penting
dan mendesak
Kudaran
pertama dalam menentukan prioritas adalah, para pembaca perlu mengkategorikan
sesuatu yang sifatnya penting dan mendesak. Sesuatu yang sifatanya penting dan
mendesak, wajib didahulukan daripada kepentingan yang lainnya. Bagaimana kita
bisa mengidentifikasi suatu hal apakah dalam kategori penting dan mendesak?
Jawabannya ada dalam diri masing-masing. Sebagai contoh, tugas-tugas mendesak
dan penting yang perlu diselesaikan segera. Misalnya seperti deadline tugas,
masalah krisis, dll.
2. Penting
dan tidak mendesak
Kita
bisa melihat tugas-tugas yang penting namun tidak terlalu mendesak. Ini adalah tempat
untuk perencanaan dan pengembangan jangka panjang. Contoh: Perencanaan karir,
belajar, perbaikan proses, dll.
3. Tidak
penting dan mendesak
Situasi
dimana sebuah tugas atau aktivitas tidak memiliki pentingnya, tetapi ada
tekanan waktu atau urgensi yang mengharuskan tugas tersebut diselesaikan. Contoh
kegiatan tidak penting tapi mendesak ialah menanggapi email spam, telepon tak
terduga, meeting yang tidak produktif, dll.
4. Tidak
penting dan tidak mendesak
situasi di mana suatu tugas atau aktivitas tidak memiliki urgensi atau dampak yang signifikan dalam jangka pendek maupun panjang. Contoh kegitannya ialah menyusun catatan lama, menghabiskan waktu di sosial media tanpa tujuan, menonton video lucu tanpa batasan, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Syelviani, M. (2020). PENTINGNYA MANAJEMEN WAKTU
DALAM MENCAPAI EFEKTIVITAS BAGI MAHASISWA (Studi Kasus Mahasiswa Program
Studi Manajemen Unisi). Jurnal ANALISIS MANAJEMEN, 66-32
https://makna.in/dev/4-kuadran-skala-prioritas/.
https://greatnusa.com/artikel/pengertian-manajemen-waktu/
Kamis, 05 Oktober 2023
REVIEW KONTEN YOUTUBE
Disusun Oleh: Alderosse Achmad Syafiie (@B35-ALDEROSSE)
1. Pengembangan Karir
Karir
didefinisikan sebagai perjalanan yang melibatkan serangkaian pekerjaan, posisi,
dan tanggung jawab yang dilakukan seseorang sepanjang hidupnya. Karir juga
melibatkan pengembangan karir, yang merupakan upaya sadar untuk meningkatkan
kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang relevan dengan tujuan profesional
seseorang. Pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai komponen penting dalam
pengembangan karir, termasuk gelar pendidikan tinggi, sertifikasi, dan
pelatihan keterampilan. Pentingnya pengalaman kerja juga disoroti, karena
berbagai pekerjaan dan peran dapat memperluas keterampilan dan pengetahuan
seseorang serta memperkuat profesionalisme. Mengembangkan jaringan dan hubungan
profesional juga ditekankan sebagai hal yang penting dalam pengembangan karir. Keterampilan
komunikasi dan manajemen waktu dianggap sebagai aspek penting dalam
pengembangan karir, membantu seseorang berinteraksi dengan atasan, klien, dan
mengelola tugas dengan efisien. Fleksibilitas dan adaptasi dalam menghadapi
perubahan dalam dunia kerja juga dijelaskan sebagai keterampilan yang penting. Pembicara
mengingatkan bahwa pengembangan karir adalah proses yang berkelanjutan yang
melibatkan evaluasi berkala terhadap tujuan, kemajuan, dan rencana karir.
Dengan pengembangan karir yang tepat, seseorang dapat mencapai kepuasan dan
kesuksesan dalam dunia kerja.
2.
Potensi Diri
Potensi diri
merujuk pada kemampuan, keterampilan, bakat, pengetahuan, minat, dan sumber
daya pribadi yang dimiliki oleh individu untuk mengembangkan diri dan mencapai
tujuan mereka. Beberapa poin penting yang dibahas dalam video ini adalah:
Kepribadian
dan Identitas: Potensi diri terkait erat dengan pemahaman tentang siapa diri,
nilai-nilai, dan tujuan hidup kita.
Pengembangan
Keterampilan: Potensi diri dapat ditingkatkan melalui pengembangan keterampilan
dan peningkatan kompetensi dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan formal,
pelatihan, dan pengalaman praktis.
Bakat dan
Minat: Memahami bakat dan minat pribadi adalah kunci dalam menggali potensi
diri. Identifikasi dan pengasahan bakat dapat meningkatkan motivasi dan
kesuksesan dalam aktivitas yang sesuai dengan minat.
Pengetahuan
dan Pembelajaran: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman adalah cara untuk
mengoptimalkan potensi diri. Ini dapat dicapai melalui pendidikan formal,
membaca, belajar dari pengalaman, atau mengikuti pelatihan.
Pengelolaan
Waktu dan Rencana: Pengelolaan waktu yang baik dan rencana yang jelas untuk
mencapai tujuan sangat penting dalam mengembangkan potensi diri. Rencana yang
baik membantu mengalokasikan sumber daya dengan lebih efisien.
Tujuan dan
Motivasi: Memiliki tujuan yang jelas dan merasa termotivasi untuk mencapainya
adalah kunci dalam mengoptimalkan potensi diri. Motivasi dan tekad membantu untuk
mencapai potensi yang maksimal.
Mengatasi
Hambatan: Dalam perjalanan mencapai potensi diri, akan ada hambatan, tantangan,
dan rintangan. Kemampuan untuk menghadapi tantangan dan belajar dari kegagalan
adalah penting dalam mencapai potensi diri yang optimal.
Pengembangan
Hubungan: Hubungan sosial yang sehat dan dukungan dari orang lain dapat
membantu individu mencapai potensi diri. Hubungan yang positif dapat memberikan
dukungan emosional dan inspirasi.
Keseimbangan
Hidup: Pencarian keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, kesehatan, dan waktu
pribadi juga bagian penting dari pengembangan potensi diri. Keseimbangan ini
membantu untuk tetap sehat dan berfungsi dengan baik dalam berbagai aspek
kehidupan.
3. Pengembangan Diri
Pengembangan
diri adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, dan kualitas pribadi seseorang. Konsep ini mencakup beberapa poin
penting yang menjelaskan pentingnya pengembangan diri:
1. Pendidikan
dan Pembelajaran
2. Keterampilan
dan Kompetensi
3. Kesadaran
Diri
4. Pengelolaan
Waktu dan Tujuan
5. Kesehatan
Fisik dan Mental
6. Hubungan
Sosial
7. Pemberdayaan
Diri
8. Kreativitas
dan Ekspresi Pribadi
9. Pertumbuhan
Emosional
10. Pengalaman
Hidup
Pesan utama
dari video ini adalah bahwa pengembangan diri ialah proses seumur hidup yang
melibatkan usaha berkelanjutan, refleksi diri, dan komitmen untuk terus belajar
dan berkembang. Dengan fokus pada pengembangan diri, seseorang dapat mencapai
potensi maksimal dan mencapai kebahagiaan serta kesuksesan dalam hidupnya
4. Berpikir Positif
Konsep
berpikir positif sebagai sikap mental yang melibatkan keyakinan pada
kemungkinan sukses, fokus pada solusi daripada masalah, dan keyakinan bahwa
setiap pengalaman, baik sukses maupun kegagalan, adalah peluang untuk belajar
dan berkembang. Beberapa aspek penting dalam konsep berpikir positif meliputi:
1. Optimisme
2. Sikap
Terbuka
3. Rasa
Syukur
4. Fokus
pada Solusi
5. Kebijaksanaan
Emosional
6. Pemberdayaan
7. Pertumbuhan
dan Pembelajaran
8. Dukungan
Sosial
9. Penerimaan
Terhadap Kenyataan
10. Dampak
Positif pada Kesehatan
Pesan utama
dari pembicara adalah bahwa berpikir positif bukanlah tentang mengabaikan
masalah atau kenyataan yang sulit, tetapi tentang menghadapinya dengan cara
yang lebih konstruktif dan optimis. Ini melibatkan pengembangan keterampilan
mental sepanjang hidup untuk mengatasi tantangan dengan lebih baik dan mencapai
kebahagiaan yang lebih besar.
5. Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi
efektif adalah keterampilan yang berharga dalam kehidupan pribadi dan
profesional. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif,
setiap individu dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan
baik, menghindari kesalahpahaman, dan mencapai tujuan komunikasi dengan lebih
baik.
Kamis, 28 September 2023
Rasa Syukur Dalam Konsep Berpikir Positif
Oleh: Alderosse Achmad Syafiie (@B35-ALDEROSSE)
Menurut Susetyo (1998), berpikir
positif adalah kemampuan seseorang untuk
fokus pada aspek positif diri sendiri, orang lain, dan keadaan saat ini.
Berpikir positif tidak datang dengan
sendirinya tetapi merupakan suatu keterampilan yang harus diperoleh. Berpikir
positif dibagi beberapa aspek, salah satu aspek ialah rasa syukur. Rasa syukur
merupakan respon positif yang diungkapkan ketika sesuatu diterima dari orang
lain atau suatu pengalaman terjadi.
Seligman (2005) berpendapat bahwa rasa syukur
merupakan salah satu kajian
psikologi positif yang berarti
mengucapkan terima kasih atas pemberian yang diberikan. Wood & Geraghty
(2010) mendefinisikan rasa syukur sebagai kecenderungan disposisional, yang
dianggap sebagai ciri kepribadian. Rasa syukur digambarkan sebagai bagian dari
orientasi hidup yang lebih luas untuk memperhatikan dan mengapresiasi hal-hal
positif di dunia (Wood dan Geraghty, 2010). Gratitude bisa dilihat sebagai konsep
yang berharga dan bermakna bagi setiap agama hindu, islam, budha, kristen, dan
yahudi (emmon, 2003).
Menurut McCullough (2002)
Gratitude memiliki empat aspek, antara lain Intensity, Frequency, Span, dan
Density. Intensity menunjukan individu yang bersyukur ketika mengalami
peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens, Frequency ialah
seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur setiap harinya dan Gratitude
bisa menimbulkan dan mendukung tindakan walaupun kebaikan kecil, Span
mencakup rasa Gratitude dari peristiwa kehidupan seperti tentang pekerjaan, kesehatan,
dan pendidikan. Sedangkan Density mencakup individu dengan perasaan
bersyukur dapat menuliskan nama-nama orang yang telah membuat Gratitude,
termasuk teman, sahabat, orang tua, maupun pasangan. Orang yang mengalami rasa
syukur akan cenderung mengenali dan merespons pengalaman atau anugerah
positif yang diterimanya.
Berdasarkan ini, Syukur dianggap sebagai
emosi moral yang mencakup perasaan empati, bersalah, dan malu jika individu
sebagai penerima kebaikan tidak membalas sesuai kewajibannya.
Menurut Prabowo (2017) Gratitude
dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu gratitude state yang berpusat pada
keadaan dan gratitude trait dengan berdasarkan sifat. Gratitude state
merupakan keadaan dimana individu memiliki perasaan subjektif berupa kekaguman,
rasa terima kasih, dan menghargai segala sesuatu yang telah ia terima. Contohnya,
seseorang yang mensyukuri kesehatan dan keberadaan orang disekitarnya, terutama keluarga. Gratitude
trait kecenderungan individu untuk merasa bersyukur dalam hidupnya,
sehingga akan lebih sering bersyukur
pada situasi tertentu. Misalnya, seorang individu memiliki pandangan atas
peritiwa Covid-19, sehingga membentuk dirinya agar mampu menerima keadaan dan
berfokus kegiatan yang bermanfaat.
Memelihara Kebersyukuran
(Gratitude)
Robert Emmons dan Michael
McCullough (2003) mengeksplorasi sejumlah cara untuk meningkatkan dan
mempertahankan sikap bersyukur, antara lain dengan membuat jurnal mingguan
pribadi tentang perasaan bersyukur (gratitude journal) dengan membuat catatan
tentang rasa syukur.Bandingkan peristiwa dalam kondisi netral.atau negatif
(stres hidup).
Menulis jurnal rasa
syukur sebenarnya tidak terlalu sulit dan setiap orang mungkin mempunyai cara
yang berbeda-beda. Intinya, kita menuliskan hal-hal yang kita syukuri, apapun
bentuknya, bagaimana pun kita melakukannya, apapun frekuensinya. Ungkapan
syukur dalam bahasa Perancis adalah je sui reconnissant, yang mencakup tiga
konsep, i recognition (saya kenali secara intelektual), i recognition (saya
kenali secara mental) dan i appremination (saya hargai secara emosional). Oleh
karena itu, esensi terpenting dari jurnal rasa syukur adalah menggabungkan
ketiga elemen tersebut (Emmons, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang
yang mengontrol gratitude melalui jurnal gratitude;
1. Lebih optimistis,
2. Lebih Energik,
3. Lebih bisa menjaga
hubungan dengan orang lain,
4. Tidur lebih nyenyak.
Kesimpulan
Memiliki Gratitude (rasa
syukur) sangatlah penting, dengan memiliki rasa syukur kita bisa merasakan
perasaan bahagia dan apa adanya. Memelihara rasa syukur dengan membuat gratitude
jurnal mempunyai dampak yang efektif dalam meningkatkan kualitas hubungan
sosial seseorang dan menghasilkan perbaikan berkelanjutan dalam kesejahteraan
subjektif.
Daftar Pustaka
Adinda,
R. (2022). Positive Thinking [Berpikir Positif] : Pengertian, Manfaat
& Cara Berpikir. Retrieved from gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-seller/berpikir-positif/
Akmal, M.
(2018). KONSEP SYUKUR (GRATEFULNES). Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
Islam, 1-20.
Soerjoatmodjo,
G. W. (2020, Oktober 30). Memelihara Kewarasan dengan Gratitude Journaling.
Retrieved from buletin.k-pin.org: https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/730-memelihara-kewarasan-dengan-gratitude-journaling
Thresia
Putrianna Lumban Gaol, I. D. (2022). HUBUNGAN ANTARA GRATITUDE DENGAN
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNESA DI MASA PANDEMI
COVID-19. Jurnal Penelitian Psikologi, 180-194.