Minggu, 20 November 2016

Berani Mengambil Resiko





Berani Mengambil Resiko
Keberaniaan mengambil resiko adalah menjadikan orang tidak asal ambil resiko atau asal ambil peluang, tapi benar-benar keberaniaan yang didasarkan pada perhitungan yang memadai, bukan ke-nekad-an. Banyak orang gagal karena hal terakhir. Maunya dibilang berani, tapi sesungguhnya nekad. Banyak orang maunya berwirausaha, tapi malah jadi pengangguran. Banyak orang ingin rumah tangganya bahagia, tapi malah sebaliknya, dst. Apa yang dimaksud dengan perhitungan yang memadai sesungguhnya ada pada aspek perencanaan setiap orang. Sekali lagi, ini menegaskan betapa pentingnya perencanaan dan komitmen pelaksanaannya. Orang hebat punya itu. Punya rencana dan punya komitmen pelaksanaan. Sehingga ketika masanya tiba, peluang tak akan lari kemana, resiko tak harus jadi momok yang menakutkan. Keberanian mengambil resiko menjadikan kita menjadi lebih dewasa dalam menghadapi sesuatu. Mampu mengambil tindakan yang tepat sehingga dapat menghasilkan hasil yang optimal. Walaupun terkadang mengambil resiko ada konsekuensinya, kita harus menjadikannya sebagai pelajaran yang berguna bagi masa depan agar dapat mengambil tindakan yang benar menuju keberhasilan.   
Meraih kesuksesan adalah impian semua orang. Bagi mereka yang benar-benar menginginkannya akan bersungguh-sungguh menjalani prosesnya. Mereka berani mengambil risiko, walaupun risiko tersebut sangat menantang kehidupannya. Tentu saja, risiko yang dimaksud bukanlah risiko ringan saja, tapi juga risiko berat.
Namun bagi mereka yang hanya menghayal, mereka menginginkan sesuatu tapi prosesnya mereka lalui dengan santai alias tanpa melakukan pekerjaan atau melalui langkah-langkah kecil sekalipun. Mereka terlalu cepat takut mengambil risiko bahkan tidak ingin menghadapi risiko apapun

·         Agar berani mengambil risiko, paling tidak seseorang mesti memiliki beberapa hal:

Pertama, berbaik sangka kepada Allah
Meyakini adanya takdir buruk yang datang dari Allah adalah bagian dari keimanan. Takdir buruk terjadi atas izin Allah dan ada yang benar-benar menjadi cobaan maupun pelajaran bagi manusia. Namun, ada juga takdir buruk yang justru terjadi karena keteledoran manusia.
Bagi siapapun yang ingin menggapai impiannya, jika dia berani berikhtiar, maka dia mesti yakin bahwa ikhtiarnya benar-benar berada dalam naungan Allah, berada dalam ridha Allah. Keberanian untuk menerima hasil dengan segala macam risiko yang ditimbulkannya termasuk berbaik sangka kepada Allah. Nah, jika apa yang dia dapatkan kelak adalah satu di antara takdir Allah Yang Maha Kuasa di atas segalanya, lantas alasan apalagi yang membuatnya tidak semangat?
Kedua, yakin bahwa kesuksesan punya proses
Hampir tak ada kejadian yang tidak melalui proses. Orang hidup saja melalui proses. Dilahirkan dan begitu seterusnya. Begitu juga orang mati, dia mesti melalui sakaratul maut. Dan begitu seterusnya. Dalam konteks yang lain, hampir tak ada yang mendapatkan kesuksesan tanpa usaha serta tantangan yang bergulat di dalamnya.
Dengan demikian, jika seseorang ingin meraih impian atau menggapai kesuksesan, maka dia mesti melalui proses atau langkah-langkahnya. Dia harus percaya bahwa menggapai kesuksesan itu pasti melalui langkah-langkah. Selain itu, kesuksesan juga butuh waktu pencapaian. Kesuksesan tidak didapatkan seketika saja, dia butuh waktu yang kadang tak sedikit. Jika langkah-langkah yang sudah tersusun mengalami kendala pencapaian, maka itu pertanda impian tersebut butuh langkah-langkah baru yang lebih kreatif dan fleksibel.

Ketiga, percaya bahwa semuanya berisiko
Memiliki impian itu gratis, tapi menjadikannya sebagai sesuatu yang nyata atau mewujudkannya butuh kerja keras dan berisiko tinggi. Satu hal yang mesti dimiliki adalah berani mengambil sekaligus menerima risiko. Mengapa? Karena tidak ada yang diperoleh dalam hidup ini yang tidak berisiko. Risiko membangun bisnis adalah bangkrut atau rugi, risiko menjadi penulis adalah ditolak penerbit, risiko menjadi aktivis literasi ditinggal pembaca, risiko menjadi pemimpin adalah dihina, risiko menjadi pembalap adalah tabrakan, risiko menjadi orang kaya adalah kemiskinan, risiko menjadi orang jujur adalah pengasingan. Begitu seterusnya. Dengan adanya kesadaran bahwa semuanya berisiko, seseorang akan matang secara psikologis. Di samping itu, dia juga akan berusaha sejak dini untuk mencari solusi dari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depan. Dengan adanya risiko, seseorang menjadi antisipatif dalam melakoni kehidupannya.

Keempat, percaya diri atas hasil usaha
Orang sukses adalah dia yang siap menerima hasil akhir dari usaha maksimalnya. Apapun impiannya, jika perwujudannya dilalui dengan langkah-langkah terbaik dan dilalui dengan sungguh-sungguh, apapun hasilnya, itu adalah keberhasilan. Dia sangat percaya bahwa apa yang sudah dilaluinya adalah satu perjuangan yang tak sia-sia. Dia sangat yakin akan mendapatkan hasil terbaik. Dia percaya bahwa apa yang diperolehnya adalah hasil usaha dan pembuktian dari keringatnya sendiri. Dia bangga dengan hasil apapun yang dia dapatkan dari usahanya.

Kelima, percaya akan peluang
Orang sukses selalu meyakini bahwa satu jalan tempuh yang sudah dicoba dan menghasilkan sesuatu yang belum memuaskan bukanlah hasil akhir yang sesungguhnya. Itu justru pertanda bahwa dia mesti menata kembali langkah-langkah sebelumnya, atau jika tidak, dia mesti mencari jalan atau langkah-langkah baru yang lebih jitu. Sebab dia yakin bahwa peluang itu selalu terbukan bagi siapapun yang menginginkan kesuksesan. Bukankah Allah akan memberi pertolongan kepada mereka yang bersungguh-sungguh?

Daftar Pustaka
Anonym. 2011. Orang Hebat Berani Mengambil Resiko. Dalam link http://bilbulsama.blogspot.co.id/2011/03/orang-hebat-berani-mengambil-resiko.html
Kadir, Syamsudin. 2012. Berani Mengambil Resiko. Dalam link https://akarsejarah.wordpress.com/2012/07/30/berani-mengambil-risiko/  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar