Senin, 07 November 2016

Berani Mengambil Risiko

Assalamualaikum.

Saya mau menulis artikel tentang “mengambil resiko”

Resiko adalah tolak ukur seseorang. Orang yg berani mengambil resiko adalah mereka yg berusaha untuk menjaga semangat dalam dirinya ketika melalui langkah-langkah dan menikmati hasil usahanya.
Artinya, orang berhasil bukan hanya sekedar karena melalui langkah-langkah pencapaiannya, tapi juga siap menerima resiko yg ditimbulkannya. Merekalah orang sukses yg sesungguhnya.
Berani mengambil risiko, berarti sudah memulai awal proses tersebut. Kamu yang berani mengambil risiko sudah membuktikan bahwa kamu yakin dengan kemampuan. Ternyata, banyak orang sukses yang rahasia kesuksesannya ada pada keberaniannya dalam mengambil risiko. Keberanian ini bukan berarti tanpa perhitungan. Mereka pasti sudah memperhitungkan matang-matang segala sesuatunya. Sebagai contoh yang paling mudah, begini. Kamu ingin berangkat dari Jakarta menuju Surabaya. Ada dua jalan, yaitu melalui jalan darat dengan naik kereta, atau melalui udara dengan naik pesawat. Kedua cara itu sama-sama memiliki risiko. Naik kereta, dalam segi keselamatan, dianggap lebih aman. Tapi, kamu perlu waktu lama untuk sampai di tujuan. Semakin tinggi risiko yang kamu ambil, semakin banyak punya keuntungan yang kamu dapatkan. Lihat saja keuntungan naik pesawat. Meskipun risikonya lebih tinggi, kamu dapat lebih cepat sampai tujuan, tidak lelah dalam perjalanan panjang, dan dapat melewati perjalanan dengan nyaman. Lagipula, risiko itu belum tentu benar-benar terjadi, lho. Kamu hanya perlu mengantisipasi jika bisnismu benar-benar terkena dampak risiko, dan menentukan langkah jika risiko itu benar-benar harus dihadapi.

Agar Berani Mengambil Risiko, Seseorang Harus Memiliki Beberapa Hal:
Pertama, berbaik sangka kepada Allah
Meyakini adanya takdir buruk yang datang dari Allah adalah bagian dari keimanan. Takdir buruk terjadi atas izin Allah dan ada yang benar-benar menjadi cobaan maupun pelajaran bagi manusia. Namun, ada juga takdir buruk yang justru terjadi karena keteledoran manusia. Bagi siapapun yang ingin menggapai impiannya, jika dia berani berikhtiar, maka dia mesti yakin bahwa ikhtiarnya benar-benar berada dalam naungan Allah, berada dalam ridha Allah. Keberanian untuk menerima hasil dengan segala macam risiko yang ditimbulkannya termasuk berbaik sangka kepada Allah. Nah, jika apa yang dia dapatkan kelak adalah satu di antara takdir Allah Yang Maha Kuasa di atas segalanya, lantas alasan apalagi yang membuatnya tidak semangat?

Kedua, yakin bahwa kesuksesan punya proses
Hampir tak ada kejadian yang tidak melalui proses. Orang hidup saja melalui proses. Dilahirkan dan begitu seterusnya. Begitu juga orang mati, dia mesti melalui sakaratul maut. Dan begitu seterusnya. Dalam konteks yang lain, hampir tak ada yang mendapatkan kesuksesan tanpa usaha serta tantangan yang bergulat di dalamnya. Dengan demikian, jika seseorang ingin meraih impian atau menggapai kesuksesan, maka dia mesti melalui proses atau langkah-langkahnya. Dia harus percaya bahwa menggapai kesuksesan itu pasti melalui langkah-langkah. Selain itu, kesuksesan juga butuh waktu pencapaian. Kesuksesan tidak didapatkan seketika saja, dia butuh waktu yang kadang tak sedikit. Jika langkah-langkah yang sudah tersusun mengalami kendala pencapaian, maka itu pertanda impian tersebut butuh langkah-langkah baru yang lebih kreatif dan fleksibel.

Ketiga, percaya bahwa semuanya berisiko
Memiliki impian itu gratis, tapi menjadikannya sebagai sesuatu yang nyata atau mewujudkannya butuh kerja keras dan berisiko tinggi. Satu hal yang mesti dimiliki adalah berani mengambil sekaligus menerima risiko. Mengapa? Karena tidak ada yang diperoleh dalam hidup ini yang tidak berisiko. Risiko membangun bisnis adalah bangkrut atau rugi, risiko menjadi penulis adalah ditolak penerbit, risiko menjadi aktivis literasi ditinggal pembaca, risiko menjadi pemimpin adalah dihina, risiko menjadi pembalap adalah tabrakan, risiko menjadi orang kaya adalah kemiskinan, risiko menjadi orang jujur adalah pengasingan. Begitu seterusnya. Dengan adanya kesadaran bahwa semuanya berisiko, seseorang akan matang secara psikologis. Di samping itu, dia juga akan berusaha sejak dini untuk mencari solusi dari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depan. Dengan adanya risiko, seseorang menjadi antisipatif dalam melakoni kehidupannya.

Resiko

Tertawa adalah mengambil resiko terlihat bodoh.
Menangis adalah mengambil resiko terlihat sentimental.
Menjangkau yang lain adalah mengambil resiko terlibat.
Mengungkapkan perasaan adalah mengambil resiko menunjukkan diri yang
sesungguhnya.
Menunjukkan gagasan dan impian anda di depan orang banyak adalah mengambil resiko
merasa malu.
Mencinta adalah mengambil resiko tidak dicinta.
Hidup adalah mengambil resiko mati.
Berharap adalah mengambil resiko putus asa.
Berusaha adalah mengambil resiko gagal.
Tapi resiko harus dihadapi, karena bahaya terbesar dalam hidup ini adalah tidak mengambil resiko sama sekali.
Orang yang tidak berani mengambil resiko tidak akan melakukan apa-apa, tidak punya apa-apa, dan bukan siapa-siapa.
Mereka mungkin menghindari penderitaan dan kesengsaraan, tapi mereka tidak bisa belajar, merasakan, mengubah, tumbuh, mencintai, atau hidup.
Dalam keadaan terikat oleh kepastian, mereka adalah para budak. Mereka telah mengekang kebebasan mereka sendiri.
Hanya orang yang berani mengambil resiko adalah orang yang bebas

Macam-Macam Risiko
a.Menurut sifatnya dibedakan ke dalam :
1.      Risiko murni, risiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan
terjadinya tanpa sengaja. Misal : kebakaran, bencana alam, pencurian,
penggelapan, dan sebagainya.
2.       Risiko spekulatif, risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang
bersangkutan agar memberikan keuntungan bagi pihak tertentu. Misal:
utang piutang, perdagangan berjangka, dan sebagainya.
3.      Risiko fundamental, risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan
kepada seseorang dan yang menderita cukup banyak. Misal : banjir,
angin topan, dan sebagainya. Risiko khusus, risiko yang bersumber
pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui
penyebabnya, seperti kapal kandas, pesawat jatuh, dan sebagainya.
4.       Risiko dinamis, risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan
masyarakat di bidang ekonomi, ilmu, dan teknologi, seperti risiko
penerbangan luar angkasa.

b. Menurut sumber/penyebab timbulnya:
1.      Risiko intern, risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri,
seperti kerusakan aktiva karena kesalahan karyawan, kecelakaan
kerja.
2.      Risiko ekstern, risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti

pencurian, persaingan dalam bisnis, fluktuasi harga, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar