Tampilkan postingan dengan label @B05-AISHA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label @B05-AISHA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 November 2023

Mengatasi Tantangan Moral di Lingkungan Pendidikan

 



Saat ini, seringkali kita mendengar bahwa Indonesia sedang mengalami krisis moral. Degradasi moral telah menggejala dalam kehidupan masyarakat, demikian halnya dengan para pelajar dan mahasiswa. Sebagian dari mereka banyak yang melakukan tindakan-tindakan tidak bermoral. Moral merupakan peraturan atau standar social yang mengatur tingkah laku orang-orang di dalam suatu kebudayaan. Dengan demikian, moral berkaitan dengan prinsip baik dan buruk yang diwujudkan dalam perilaku sebagai gambaran dari keadaan jiwa, tabiat seseorang; dan komponen-komponen moral yang setidaknya terdiri atas pertimbangan moral (keadaan batini) dan perilaku moral (keadaan lahiri). Untuk membentuk moral seseorang menjadi baik diperlukan serangkaian usaha-usaha konkrit yang bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan.

 

Pendidikan moral adalah proses penanaman, pengembangan dan pembentukan akhlak yang mulia dalam diri seseorang dengan tujuan mencapai kesempurnaan moral. Selain itu, tujuan lain dari pendidikan moral yaitu membentuk kesempurnaan jiwa, dimana tindakan moral yang dilakukan seseorang sudah menyatu dalam dirinya, sehingga berprilaku baik tanpa melalui proses berfikir. Adapun faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam pendidikan moral antara lain.\

a. Pembiasan (codisioning) yang didalamnya diperlukan adanya re inforcement, baik berupa reward maupun punishment terhadap perilaku moral. Dari adanya pembiasan ini, internalisasi nilai moral yang di ajarkan oleh pendidik akan dapat diwujudkan dalam diri peserta didik. Mereka akan menyadari perilaku moral mana yang harus di amalkan dan mana yang harus dihindari, sehingga memunculkan suatu kebiasaan yang selanjutnya akan membentuk watak atau tabiat.

b. Pengembangan berfakir kritis terhadap alasan dan tujuan perilaku moral, yang didalamnya diperlukan adanya diskusi yang intens mengenai pertimbangan moral (alasan melakukan suatu perilaku moral), serta tujuan dan akibat dari tindakan moral. Dari adanya pemikiran kritis akan dimungkinkan mengembangkan perilaku moral dari suatu perilaku moral yang hanya berpusat untuk dirinya menuju pada perhatian kepada orang lain. Dimana perilaku moral yang dilakukan tidak hanya didasarkan pada pertimbangan suatu akibat (menguntungkan dan merugikan), tetapi memperhatikan aturan atau kesepakatan sosial, serta nilai universal yang dijunjung oleh masyarakat.  


Dalam lingkungan pendidikan, ajaran moral tentunya tidak lepas dari berbagai permasalahan yang dapat menyebabkan kesenjangan (moralitas) antara kondisi ideal output lembaga pendidikan dan kenyataan yang dijumpai dan dianggap kurang optimal. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Formulasi pendidikan moral dan lemahnya sistem evaluasi pendidikan moral

Jika dilihat dari pelaksanaan pendidikan moral di sekolah maupun perguruan tinggi, maka bisa diketahui bahwa penanaman dan pembentukan nilai-nilai moral cenderung dibekukan dalam suatu bentuk mata pelajaran atau mata kuliah, yang mana kualifikasi tercapainya terdapat pada nilai dengan menekankan kemampuan seseorang dalam menjawab soal-soal tentang pendidikan moral. Padahal, nyatanya hal itu belum tentu menjamin tercapainya perkembangan moral yang baik sebab untuk menilai perkembangan moralitas seseorang diperlukan penilaian terhadap realisasi perilaku moral dalam setiap lingkungan kehidupan. Akan tetapi, perilaku moral peserta didik tidak tercakup dalam sistem evaluasi pendidikan, bahkan tidak menjadi acuan dalam kelulusan. Dari hal tersebut dapat dipahami alasan perkembangan moral peserta didik tidak mencapai taraf moral yang baik. Hal ini dikarenakan perhatian mereka tidak tertuju untuk merealisasikan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam kehidupan nyata, tetapi lebih konsentrasi pada penguasaan materi dan kemampuan menjawab soal-soal formal dalam ujian.

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan tidak membebankan keberhasilan pendidikan moral pada mata pelajaran atau mata kuliah, tetapi harus disertai pula hidden kurikulum (kurikulum tersimpan) yang disusun oleh masing-masing tenaga pendidik.

2. Lemahnya unsure conditioning dalam pendidikan moral

Permasalahan moral selanjutnya adalah lemahnya unsur conditioning. Dari hal ini, dapat dipahami latar belakang terjadinya kesenjangan (dalam moralitas) antara kondisi ideal output pendidikan dan kenyataan yang ada. Seperti yang diketahui, pendidikan moral berupaya untuk menanamkan dan membentuk perkembangan moral peserta didik hingga masuk ke tahap yang sempurna. Dalam proses tersebut dibutuhkan adanya pembiasan (conditioning) terhadap tahap perilaku moral yang diajarkan. Hal itu dapat didukung dengan pemberian reinforcement berupa reward untuk mereka yang tindakan yang bermoral dan punishment untuk mereka yang melakukan tindakan yang tidak bermoral.  Dengan begitu, akan terjadi proses internalisasi nilai moral dalam peserta anak. Jika pembiasan tersebut tidak berjalan dengan baik dalam diri peserta didik, maka dapat mengakibatkan tidak tercapainya integrasi nilai moral dalam kehidupan mereka. Di lingkungan pendidikan, upaya pembiasaan dalam membentuk perilaku moral yang diharapkan kurang mendapat perhatian yang maksimal. Sebagai contoh, perilaku yang kurang baik seperti berbohong cenderung tidak mendapatkan teguran, seolah menganggapnya sebagai hal yang wajar. Dengan begitu, perilaku tersebut menjadi pembiasaan dalam kehidupannya.

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan pembentukan perilaku moral oleh keluarga sebagai lembaga pertama dan orang tua sebagai pendidik primer/utama. Orang tua sangat perlu menanamkan nilai-nilai positif kepada anak sejak dini sebagai bekalnya menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kalau anak sudah terbiasa melakukan perbuatan baik di rumah/dilingkungan keluarganya, maka kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam akan mengikuti seterusnya pada perilaku anak di luar lingkungan keluarga misalnya di sekolah, di kantor, di lingkungan bermain dan sebagainya.

3. Kurang mendukungnya unsure modeling

     Peserta didik cenderung mengikuti figure yang mereka sukai, semakin tinggi tingkat kesukaan mereka terhadap suatu figure, maka semakin berpengaruh perilaku figure melalui proses modeling. Di lingkungan pendidikan, segala tindakan (perilaku moral) pendidik akan cenderung ditiru oleh murid yang mengidolakannya, sehingga pendidik tersebut harus mampu menjadi teladan bagi anak didiknya. Namun, berdasarkan pengamatan, ternyata peserta didik lebih banyak menjadikan para selebritis (artis, politis, birokasi) sebagai figure idola mereka. Ini berarti perilaku moral yang baik dari pendidik selaku figure teladan dalam proses penanaman dan pengembangan moral cenderung kurang mendapatkan respon positif. Hal tersebut bisa saja menyebabkan terjadinya pertentangan dalam proses modeling apabila figure yang mereka tiru tidak memiliki moral yang baik.

     Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan membangun hubungan dan ikatan yang erat antara pendidik dan peserta didik. Dengan begitu, secara sadar maupun tidak sadar nantinya peserta didik akan menjadikan pendidik sebagai role modelnya dalam kehidupan.

 

Kesimpulan                                                    

Moral seseorang dapat dikembangkan ke arah yang lebih sempurna. Upaya ini tentunya harus ditempuh melalui proses pendidikan moral. Pendidikan moral tersebut berupaya mengarahkan peserta didik untuk mengikuti tahapan perkembangan moral dengan baik. Proses penanaman dan pembinaan serta pengembangan peserta didik di lembaga pendidikan merupakan langkah awal membentuk moral sejak dini. Dengan menerapakan pembiasaan, peniruan dan pemberian contoh yang baik serta pemahaman terhadap pertimbangan dan perilaku moral diharapkan lembaga pendidikan dapat mengeluarkan output yang sesuai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 M. Kurtines, Wiliam. 1992. Moralitas, Perilaku, dan Perkembangan Moral. Jakarta:UI.

Hamidah, Nur. 2023. Menghadapi Tantangan Pembenahan Moral dan Karakter Bangsa.


 

                                                                                                                                                 

                                                                                                                                                

Kamis, 19 Oktober 2023

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

 


   Kepemimpinan transformasional adalah suatu pendekatan kepemimpinan yang berfokus pada menginspirasi dan memotivasi anggota kelompok atau organisasi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pengembangan potensi secara maksimal. Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan juga sebagai kepemimpinan dimana para pemimpin menggunakan stimulasi intelektualnya, dengan cara memberikan pembaharuan, memberi teladan, mendorong kinerja bawahan, mengharmoniskan lingkungan kerja, memberdayakan bawahan, bertindak atas sistem nilai, serta mampu menghadapi situasi yang rumit.

    Seorang pemimpin transformasional harus mampu menyalurkan sumber daya organisasi secara optimal sebagai rangka mencapai tujuan yang sesuai. Sumber daya tersebut mencakup sumber daya manusia, alat dan mesin produksi, fasilitas, dana, dan faktor eksternal organisasi.

    Prinsip Kepemimpinan Transformasional merupakan acuan atau pedoman yang dijadikan ciri tersendiri bagi pemegangnya. Terdapat beberapa prinsip untuk menegakkan kepemimpinan model transformasional yaitu sebagai berikut :

a.       Pandai mengungkapkan perasaan

Pemimpin harus pandai menjelaskan visi misi dengan terang dan jelas, agar bawahan paham apa tujuan dan bagaimana cara untuk mencapainya.

b.      Kemampuan membangun semangat

Pemimpin harus memiliki diri yang hangat dan aura semangat. Bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk bawahannya, sehingga memberikan kemudahan untuk mengontrolnya

c.       Inovasi

Seorang pemimpin harus siap dengan adanya perubahan serta fleksibel dalam menghadapinya. Melalui inovasi yang ditawarkan, perusahaan atau organisasi akan tetap bertahan walaupun diterpa perubahan zaman.

d.      Saling tolong menolong

Gaya kepemimpinan transformasional lebih mengutamakan sikap saling menolong dan saling melengkapi. Selain itu, sikap terbuka juga perlu dimiliki oleh pemimpin pada gaya ini, karena komunikasi yang terjalin antara pemimpin dan bawahan dilakukan secara dua arah, sehingga saran dan kritik harus diterima masing-masing pihak.

    Sementara itu, komponen–komponen Kepemimpinan Transformasional merupakan kapling-kapling yang saling melengkapi. Apabila tidak terpenuhi, akan dianggap gagal. Dengan begitu, komponen harus lengkap jika ingin meraih hasil yang ditargetkan. Terdapat empat komponen yang harus ada dalam kepemimpinan transfomasional, yaitu :

a.       Idealized influence (pengaruh ideal)

Pemimpin yang ulet, tekun, dan cerdas, serta mampu menunjukkan visi dan misi, juga memberikan contoh moral yang baik. Hal tersebut dapat menumbuhkan simpati dan empati bawahan terhadap pemimpin. Sosok yang ideal merupakan role model dalam perusahaan.

b.      Intellectual simulation (simulasi intelektual)

Pemimpin selalu dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan baru yang bermunculan akibat perubahan. Oleh karena itu, pemimpin dituntut untuk memiliki strategi dan terobosan baru atau inovasi yang dapat digunakan sebagai perlindungan agar suatu perusahaan dapat bertahan.

c.       Individual consideration (pertimbangan individual)

Pemimpin transformasional mempertimbangkan apa saja yang dibutuhkan bawahannya. Disini pemimpin berperan sebagai pengawas yang mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahannya.

d.      Inspiration motivation (motivasi inspirasi)

Pemimpin yang mempunyai standar yang di atas rata-rata dapat mengarahkan bawahan agar memaksimalkan potensi dan meningkatkan kinerjanya dalam perusahaan. Untuk itu, pemimpin harus bisa memotivasi bawahan agar selalu konsisten dalam proses pencapaian tersebut.


KESIMPULAN

Kepemimpinan transformasional yang mengedepankan inovasi, siap bertahan dalam berbagai perubahan, dan memahami bawahan merupakan sosok yang sangat diharapkan. Dengan demikian, melahirkan suatu manajemen yang berjalan selaras dengan visi dan misi perusahaan. Pemimpin yang bisa menciptakan visi menjadi aksi, serta merealisasikan ide yang ada dalam pikiran menjadi kenyataan, diharapkan lahir melalui gaya kepemimpinan transformasional. Hubungan baik antara pimpinan dan bahawan akan terus terjalin melalui sikap terbuka dan saling percaya.

 

Rabu, 04 Oktober 2023

MEMAKSIMALKAN POTENSI DIRI MELALUI IDENTIFIKASI KARAKTER DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF, SERTA PENGEMBANGAN KARIR

 

MEMAKSIMALKAN POTENSI DIRI MELALUI IDENTIFIKASI KARAKTER DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF, SERTA PENGEMBANGAN KARIR

Aisha Rivani Aprilia 

33123010005      

Program Studi D3 Manajemen



KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Salah satu kemampuan yang sangat diperlukan bagi kita adalah kemampuan dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin haruslah efektif. Komunikasi yang efektif dapat menghidarkan kita dari pertikaian dan konflik. Adapun komunikasi yang efektif yaitu proses penyampaian pesan atau informasi secara jelas dan dipahami dengan baik, sehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Terdapat aspek penting dalam menjelaskan betapa diperlukannya komunikasi yang efektif, yakni sebagai berikut.

1.     Keterampilan mendengarkan,

2.    Pemahaman mengenai keadaan komunikan,

3.    Claritas dan kesederhanaan,

4.    Kepatuhan waktu,

5.    Keterampilan menggunakan bentuk komunikasi non-verbal,

6.    Keterbukaan dan kejujuran,

7.    Konteks dan tujuan,

8.    Feedback,

9.    Empati,

10.  Konsistensi.

Keterampilan komunikasi yang efektif dapat menyempurnakan kehidupan, dimana kehidupan ini selalu berkaitan dengan penyampaian pesan, baik personal maupun kelompok. Maka dari itu, memahami dan mengimplementasikan aspek-aspek tersebut patut dilakukan.

                      

BERPIKIR POSITIF

Berpikir positif merupakan kecenderungan seseorang pada sikap optimis, dimana dalam menghadapi segala kondisi dan situasi selalu melibatkan keyakinan, mempertimbangkan peluang, mengutamakan pembelajaran dan perbaikan, serta fokus pada solusi bukan permasalahan. Berikut merupakan uraian mengenai aspek penting berpikir positif.

1.   Optimisme

Seseorang yang memiliki sikap optimis selalu cenderung melihat kemungkinan kesuksesan. Dengan penuh keyakinan, mereka percaya bahwa selalu ada hal-hal baik di masa depan.

2.   Terbuka

Seseorang yang berpikir positif umumnya akan mencoba hal-hal baru, sehingga mendapatkan pengalaman dan pembelajaran. Dimana nantinya berujung pada peluang yang membuatnya tumbuh dan berkembang.

3.   Rasa syukur

Seseorang yang berpikir positif bisa menghargai dan mensyukuri apa yang dimiliki.

4.    Fokus pada solusi

Kehidupan tak akan lepas dari permasalahan. Untuk itu, seseorang yang berpikir positif selalu fokus pada solusi. Kebijaksaan dan tindakan yang konstruktif akan dipilihnya, sehingga permasalahan dapat teratasi dengan baik.

5.   Kecerdasan emosional

Berpikir positif berarti dapat mengelola emosi. Keadaan itu menyangkut bagaimana sikap kita dalam mengatur dan mengelola emosi, terutama emosi negatif seperti marah, kecewa, sedih, dsb.

6.   Pemberdayaan

Kemampuan kendali atas diri kita sendiri. Dimana selalu ada kesiapan dalam berbagai perubahan dalam kehidupan.

7.   Pertumbuhan pembelajaran

Setiap pengalaman yang didapatkan selalu dijadikan pembelajaran untuk belajar, berkembang, dan melihat peluang di masa depan.

8.   Dukungan sosial

Hubungan sosial yang positif dapat memberikan emosional yang baik.

9.   Penerimaan terhadap kenyataan

Perjalanan kehidupan ini tidak selalu sesuai dengan apa yang direncanakan. Tetapi, hal tersebut harus diterima dan dihadapi dengan sikap yang positif.

10. Efek positif pada kesehatan

Kesehatan fisik dan mental pasti akan didapatkan melaui penerapan berpikir positif.

                                                  

PENGEMBANGAN DIRI

    Pengembangan diri merupakan proses dari setiap upaya yang dilakukan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Dengan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan, melalui pembelajaran, pertumbuhan, transfomasi pribadi dalam kehidupan. Konsep pengembangan diri mencakup emosional, intelektual, dan spiritual. Berikut adalah aspek yang dapat menjelaskan pentingnya pengembangan diri.

1.   Pendidikan dan pembelajaran

2.   Keterampilan dan kompetensi

3.   Kesadaran diri

4.   Pengelolaan waktu dan tujuan

5.   Kesehatan fisik dan mental

6.   Hubungan sosial

7.   Pemberdayaan

8.   Kreativitas

9.   Pertumbuhan emosional

10. Pengalaman hidup

    Pengembangan diri melibatkan upaya yang berkelanjutan, refleksi diri, dan komitmen untuk terus belajar dan berkembang. Hal tersebut dapat membantu kita memanfaatkan potensi secara maksimal guna mencapai kesuksesan.

 

POTENSI DIRI                                    

    Potensi diri merupakan kemampuan individu yang dapat digunakan lebih maksimal dalam mengembangkan diri, menuju versi terbaik bagi dirinya. Keterampilan, bakat, minat, dsb merupakan aspek dari potensi diri. Terdapat beberapa point penting dalam konsep potensi diri, yakni sebagai berikut.

1.   Kepribadian dan identitas

2.   Pengembangan keterampilan

3.   Bakat dan minat

4.   Pengetahuan dan pembelajaran

5.   Pengelolaan waktu dan rencana

6.   Tujuan dan motivasi

7.   Mengatasi hambatan

8.   Pengembangan relasi atau hubungan

9.   Keseimbangan

    Memfokuskan diri pada potensi yang dimiliki, upaya dalam mengembangkannya, dan cara untuk memanfaatkannya dapat memberikan pandangan kepada individu untuk merancang dan meraih tujuan yang lebih terarah.

                                                      

PENGEMBANGAN KARIR

    Karir adalah serangkaian pekerjaan dalam perjalanan kehidupan yang diemban seseorang dengan penuh tanggungjawab. Adapun upaya yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan keahlian melalui berbagai macam tahapan ataupun kegiatan disebut dengan pengembangan karir. Untuk melakukan pengembangan karir diperlukan pendidikan dan pelatihan. Hal ini dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kualifikasi seseorang. Dalam dunia karir, terdapat perencanaan yang harus dipersiapkan agar lebih mempermudah proses dalam mencapai tujuan. 


KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mempelajari dan memahami konsep potensi diri melalui identifikasi karakter dan komunikasi yang efektif, serta pengembangan karir dapat membuka cakrawala kita terhadap keadaan dan perubahan yang sedang terjadi. Dengan memaksimalkan potensi diri, lalu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari tentu akan memberikan manfaat bagi diri kita sendiri dan orang-orang yang berada di sekitar kita. Perjalanan yang ditempuh dengan penuh perjuangan dan pengorbanan dapat memberikan pengalaman berharga, sehingga memunculkan jiwa baru yang telah dibentuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri.



Kamis, 28 September 2023

Konsep Pengetahuan dan Pembelajaran Dalam Potensi Diri

 

Konsep Pengetahuan dan Pembelajaran Dalam Potensi Diri


Aisha Rivani Aprilia

33123010005

Program Studi D3 Manajemen

 


Apa yang ada dalam pikiran kalian ketika mendengar kata potensi diri? Untuk menyadari akan keberadaan potensi tersebut, maka langkah awal yang harus dilakukan yaitu mengenali diri sendiri. Bukanlah sesuatu yang mudah memang, tetapi dengan mengenali diri sendiri sangat mungkin potensi yang dimiliki cepat ditemukan. Untuk mengenali diri sendiri tentunya kita harus menjadi diri sendiri dan mendalami norma-norma yang diyakini. Bersamaan dengan prosesnya, renungkan juga tujuan dan pilihan hidup ini. Belajarlah memikirkan hal-hal yang ingin dan tidak ingin dilakukan, lalu sikapi sesuai dengan pedoman. Apabila terjadi kesalahan, jadikan itu sebuah pelajaran yang nantinya dapat memberikan perkiraan di masa depan.

Keinginan menjadi “diri sendiri” seringkali didengar atau bahkan diucapkan. Tetapi, apakah makna dari kalimat ini? arti kalimat ini adalah pemaparan tentang pandangan yang bisa membuka perbandingan diri tentang makna dari kalimat tersebut. Diri sendiri merupakan arti alamiah dan konseptual tentang dari konsep diri, yakni sikap individu dalam menilai dirinya sendiri. Sementara makna dari potensi diri yakni suatu daya yang dimiliki oleh seseorang, tetapi masih terpendam atau belum dimanfaatkan secara maksimal.

Berikut adalah cara yang efektif untuk mengenali potensi diri.

1.     Tulis hal-hal yang kamu sukai

2.     Achievement yang pernah kamu raih

3.      Pujian yang sering kamu dapatkan

Ketiga aspek diatas bisa dijadikan acuan kamu untuk menyadari potensi yang dimiliki. Terdapat banyak manfaat yang bisa kira rasakan apabila mengetahui potensi diri, diantaranya yaitu:

a.      Membantu menentukan pilihan

    Dengan mengetahui potensi diri memungkinkan kita untuk memantapkan diri dalam semua proses pengambilan keputusan karena kita tahu secara persis apa yang tepat buat kita. Ini akan memastikan bahwa tidak adanya kesalahan. Biasanya, orang yang tidak sepenuhnya memahami kepribadiannya cenderung ragu untuk mengambil keputusan.

b.     Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki

    Dibalik kekurangan, pasti ada kelebihan. Kita sebagai manusia, tentunya tidak akan bisa lepas dari hal tersebut. Nah, dengan mengetahui potensi diri, kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada.  Hal ini tentu sangat penting dan bermanfaat. Dengan begitu, kita bisa mencari cara yang tepat untuk memperbaiki kekurangan tersebut serta bisa mengembangkan potensi yang kamu miliki.

c.      Meningkatkan kualitas diri

    Peningkatan kualitas diri dapat dicapai apabila kita sudah mengetahui potensi apa yang dimiliki. Dengan mendalami potensi, peningkatan pastinya akan terjadi.

d.      Dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien

    Dengan mengenali potensi diri kita dapat merancang tujuan hidup yang teratur, sehingga merasa lebih terarah dalam melangkah. Salah satu cara yang biasa dilakukan untuk mencapainya yaitu dengan membuat skala prioritas, dimana kita bisa fokus mengerjakan hal yang paling penting hingga ke yang kurang penting.

Selanjutnya, mengembangkan potensi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat mencapai tujuan hidup yang lebih baik dan sukses. Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan diri, diantaranya yaitu:

1.     Mengikuti pendidikan formal atau informal

    Pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal menyediakan media dalam pengembangan potensi melalui berbagai macam kegiatan, sehingga selalu siap dengan kehidupan yang akan datang, kehidupan yang mungkin belum pernah terbayangkan.

2.     Mengikuti pelatihan atau seminar

    Pelatihan atau seminar dapat memberikan ilmu-ilmu baru, seperti cara menyelesaikan suatu masalah dan mengemukakan pendapat

3.     Membaca buku atau artikel

    Buku ataupun artikel menyediakan banyak ilmu yang bisa memperluas wawasan kita. Di era digital seperti ini, sangat mudah untuk mendapatkan ilmu terutama dari internet. Hanya saja bagaimana cara kita untuk memanfaatkan alat tersebut, sudah tepat atau belum.

4.   Melakukan refleksi diri.

    Refleksi diri adalah sebuah proses melihat kembali pengalaman yang telah dijalani untuk dapat menarik pembelajaran yang didapat, selanjutnya diikuti aksi-aksi untuk memperbaikinya.

    Dengan memutuskan pilihan secara bijak dan cermat, seseorang dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Mengembangkan potensi diri dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keahlian, kepuasan diri, wawasan, kinerja kerja, serta memperluas jaringan relasi.







Daftar Pustaka

Aisyah, Nur. (2019). Self-Motivation. Menggali Potensi Diri. 2-3