Aisha Rivani Aprilia
33123010005
B05-AISHA
Saat ini, seringkali kita mendengar bahwa
Indonesia sedang mengalami krisis moral. Degradasi moral telah
menggejala dalam kehidupan masyarakat, demikian halnya dengan para pelajar dan
mahasiswa. Sebagian dari mereka banyak yang melakukan tindakan-tindakan tidak
bermoral. Moral
merupakan peraturan atau standar social yang mengatur tingkah laku orang-orang
di dalam suatu kebudayaan. Dengan demikian, moral berkaitan dengan prinsip baik
dan buruk yang diwujudkan dalam perilaku sebagai gambaran dari keadaan jiwa,
tabiat seseorang; dan komponen-komponen moral yang setidaknya terdiri atas
pertimbangan moral (keadaan batini) dan perilaku moral (keadaan lahiri). Untuk
membentuk moral seseorang menjadi baik diperlukan serangkaian usaha-usaha
konkrit yang bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan.
Pendidikan moral adalah proses penanaman, pengembangan dan pembentukan akhlak yang mulia dalam diri seseorang dengan tujuan mencapai kesempurnaan moral. Selain itu, tujuan lain dari pendidikan moral yaitu membentuk kesempurnaan jiwa, dimana tindakan moral yang dilakukan seseorang sudah menyatu dalam dirinya, sehingga berprilaku baik tanpa melalui proses berfikir. Adapun faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam pendidikan moral antara lain.\
a. Pembiasan (codisioning) yang didalamnya diperlukan adanya re inforcement, baik berupa reward maupun punishment terhadap perilaku moral. Dari adanya pembiasan ini, internalisasi nilai moral yang di ajarkan oleh pendidik akan dapat diwujudkan dalam diri peserta didik. Mereka akan menyadari perilaku moral mana yang harus di amalkan dan mana yang harus dihindari, sehingga memunculkan suatu kebiasaan yang selanjutnya akan membentuk watak atau tabiat.
b. Pengembangan berfakir kritis terhadap alasan dan tujuan perilaku moral, yang didalamnya diperlukan adanya diskusi yang intens mengenai pertimbangan moral (alasan melakukan suatu perilaku moral), serta tujuan dan akibat dari tindakan moral. Dari adanya pemikiran kritis akan dimungkinkan mengembangkan perilaku moral dari suatu perilaku moral yang hanya berpusat untuk dirinya menuju pada perhatian kepada orang lain. Dimana perilaku moral yang dilakukan tidak hanya didasarkan pada pertimbangan suatu akibat (menguntungkan dan merugikan), tetapi memperhatikan aturan atau kesepakatan sosial, serta nilai universal yang dijunjung oleh masyarakat.
Dalam lingkungan pendidikan, ajaran moral tentunya tidak lepas dari berbagai permasalahan yang dapat menyebabkan kesenjangan (moralitas) antara kondisi ideal output lembaga pendidikan dan kenyataan yang dijumpai dan dianggap kurang optimal. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Formulasi pendidikan moral dan lemahnya sistem evaluasi pendidikan moral
Jika
dilihat dari pelaksanaan pendidikan moral di sekolah maupun perguruan tinggi,
maka bisa diketahui bahwa penanaman dan pembentukan nilai-nilai moral cenderung
dibekukan dalam suatu bentuk mata pelajaran atau mata kuliah, yang mana
kualifikasi tercapainya terdapat pada nilai dengan menekankan kemampuan seseorang
dalam menjawab soal-soal tentang pendidikan moral. Padahal, nyatanya hal itu belum
tentu menjamin tercapainya perkembangan moral yang baik sebab untuk menilai
perkembangan moralitas seseorang diperlukan penilaian terhadap realisasi
perilaku moral dalam setiap lingkungan kehidupan. Akan tetapi, perilaku moral peserta
didik tidak tercakup dalam sistem evaluasi pendidikan, bahkan tidak menjadi
acuan dalam kelulusan. Dari hal tersebut dapat dipahami alasan perkembangan
moral peserta didik tidak mencapai taraf moral yang baik. Hal ini dikarenakan
perhatian mereka tidak tertuju untuk merealisasikan nilai-nilai moral yang
diajarkan dalam kehidupan nyata, tetapi lebih konsentrasi pada penguasaan
materi dan kemampuan menjawab soal-soal formal dalam ujian.
Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan tidak membebankan keberhasilan pendidikan moral pada mata pelajaran atau mata kuliah, tetapi harus disertai pula hidden kurikulum (kurikulum tersimpan) yang disusun oleh masing-masing tenaga pendidik.
2. Lemahnya unsure conditioning dalam pendidikan moral
Permasalahan
moral selanjutnya adalah lemahnya unsur conditioning. Dari hal ini, dapat
dipahami latar belakang terjadinya kesenjangan (dalam moralitas) antara kondisi
ideal output pendidikan dan kenyataan yang ada. Seperti yang diketahui,
pendidikan moral berupaya untuk menanamkan dan membentuk perkembangan moral
peserta didik hingga masuk ke tahap yang sempurna. Dalam proses tersebut
dibutuhkan adanya pembiasan (conditioning) terhadap tahap perilaku moral yang
diajarkan. Hal itu dapat didukung dengan pemberian reinforcement berupa reward
untuk mereka yang tindakan yang bermoral dan punishment untuk mereka yang
melakukan tindakan yang tidak bermoral.
Dengan begitu, akan terjadi proses internalisasi nilai moral dalam
peserta anak. Jika pembiasan tersebut tidak berjalan dengan baik dalam diri peserta
didik, maka dapat mengakibatkan tidak tercapainya integrasi nilai moral dalam
kehidupan mereka. Di lingkungan pendidikan, upaya pembiasaan dalam membentuk
perilaku moral yang diharapkan kurang mendapat perhatian yang maksimal. Sebagai
contoh, perilaku yang kurang baik seperti berbohong cenderung tidak mendapatkan
teguran, seolah menganggapnya sebagai hal yang wajar. Dengan begitu, perilaku
tersebut menjadi pembiasaan dalam kehidupannya.
Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan pembentukan perilaku moral oleh keluarga sebagai lembaga pertama dan orang tua sebagai pendidik primer/utama. Orang tua sangat perlu menanamkan nilai-nilai positif kepada anak sejak dini sebagai bekalnya menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kalau anak sudah terbiasa melakukan perbuatan baik di rumah/dilingkungan keluarganya, maka kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam akan mengikuti seterusnya pada perilaku anak di luar lingkungan keluarga misalnya di sekolah, di kantor, di lingkungan bermain dan sebagainya.
3. Kurang mendukungnya unsure modeling
Peserta didik cenderung mengikuti figure yang mereka sukai, semakin tinggi tingkat kesukaan mereka terhadap suatu figure, maka semakin berpengaruh perilaku figure melalui proses modeling. Di lingkungan pendidikan, segala tindakan (perilaku moral) pendidik akan cenderung ditiru oleh murid yang mengidolakannya, sehingga pendidik tersebut harus mampu menjadi teladan bagi anak didiknya. Namun, berdasarkan pengamatan, ternyata peserta didik lebih banyak menjadikan para selebritis (artis, politis, birokasi) sebagai figure idola mereka. Ini berarti perilaku moral yang baik dari pendidik selaku figure teladan dalam proses penanaman dan pengembangan moral cenderung kurang mendapatkan respon positif. Hal tersebut bisa saja menyebabkan terjadinya pertentangan dalam proses modeling apabila figure yang mereka tiru tidak memiliki moral yang baik.
Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan membangun hubungan dan ikatan yang erat antara pendidik dan peserta didik. Dengan begitu, secara sadar maupun tidak sadar nantinya peserta didik akan menjadikan pendidik sebagai role modelnya dalam kehidupan.
Kesimpulan
Moral seseorang
dapat dikembangkan ke arah yang lebih sempurna. Upaya ini tentunya harus
ditempuh melalui proses pendidikan moral. Pendidikan moral tersebut berupaya
mengarahkan peserta didik untuk mengikuti tahapan perkembangan moral dengan
baik. Proses penanaman dan pembinaan serta pengembangan peserta didik di lembaga
pendidikan merupakan langkah awal membentuk moral sejak dini. Dengan
menerapakan pembiasaan, peniruan dan pemberian contoh yang baik serta pemahaman
terhadap pertimbangan dan perilaku moral diharapkan lembaga pendidikan dapat
mengeluarkan output yang sesuai.
M. Kurtines, Wiliam. 1992. Moralitas, Perilaku, dan Perkembangan Moral. Jakarta:UI.
Hamidah, Nur. 2023. Menghadapi Tantangan Pembenahan Moral dan Karakter Bangsa.
PRESENTASI KELAS
PRESENTASI KELAS
Kepemimpinan transformasional adalah suatu pendekatan
kepemimpinan yang berfokus pada menginspirasi dan memotivasi anggota kelompok
atau organisasi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
pengembangan potensi secara maksimal. Kepemimpinan transformasional dapat
didefinisikan juga sebagai kepemimpinan dimana para pemimpin menggunakan
stimulasi intelektualnya, dengan cara memberikan pembaharuan, memberi teladan,
mendorong kinerja bawahan, mengharmoniskan lingkungan kerja, memberdayakan
bawahan, bertindak atas sistem nilai, serta mampu menghadapi situasi yang
rumit.
Seorang pemimpin transformasional harus mampu menyalurkan
sumber daya organisasi secara optimal sebagai rangka mencapai tujuan yang
sesuai. Sumber daya tersebut mencakup sumber daya manusia, alat dan mesin
produksi, fasilitas, dana, dan faktor eksternal organisasi.
Prinsip Kepemimpinan Transformasional merupakan acuan atau
pedoman yang dijadikan ciri tersendiri bagi pemegangnya. Terdapat beberapa
prinsip untuk menegakkan kepemimpinan model transformasional yaitu sebagai
berikut :
a.
Pandai mengungkapkan perasaan
Pemimpin harus pandai menjelaskan visi misi
dengan terang dan jelas, agar bawahan paham apa tujuan dan bagaimana cara untuk
mencapainya.
b.
Kemampuan membangun semangat
Pemimpin harus memiliki diri yang hangat
dan aura semangat. Bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk bawahannya,
sehingga memberikan kemudahan untuk mengontrolnya
c.
Inovasi
Seorang pemimpin harus siap dengan adanya
perubahan serta fleksibel dalam menghadapinya. Melalui inovasi yang ditawarkan,
perusahaan atau organisasi akan tetap bertahan walaupun diterpa perubahan
zaman.
d.
Saling tolong menolong
Gaya kepemimpinan transformasional lebih mengutamakan
sikap saling menolong dan saling melengkapi. Selain itu, sikap terbuka juga perlu
dimiliki oleh pemimpin pada gaya ini, karena komunikasi yang terjalin antara
pemimpin dan bawahan dilakukan secara dua arah, sehingga saran dan kritik harus
diterima masing-masing pihak.
Sementara itu, komponen–komponen Kepemimpinan
Transformasional merupakan kapling-kapling yang saling melengkapi. Apabila
tidak terpenuhi, akan dianggap gagal. Dengan begitu, komponen harus lengkap jika
ingin meraih hasil yang ditargetkan. Terdapat empat komponen yang harus ada
dalam kepemimpinan transfomasional, yaitu :
a.
Idealized influence (pengaruh ideal)
Pemimpin yang ulet, tekun, dan cerdas,
serta mampu menunjukkan visi dan misi, juga memberikan contoh moral yang baik. Hal
tersebut dapat menumbuhkan simpati dan empati bawahan terhadap pemimpin. Sosok
yang ideal merupakan role model dalam
perusahaan.
b.
Intellectual simulation (simulasi intelektual)
Pemimpin selalu dihadapkan dengan
permasalahan-permasalahan baru yang bermunculan akibat perubahan. Oleh karena
itu, pemimpin dituntut untuk memiliki strategi dan terobosan baru atau inovasi
yang dapat digunakan sebagai perlindungan agar suatu perusahaan dapat bertahan.
c.
Individual consideration (pertimbangan
individual)
Pemimpin transformasional mempertimbangkan
apa saja yang dibutuhkan bawahannya. Disini pemimpin berperan sebagai pengawas
yang mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahannya.
d.
Inspiration motivation (motivasi inspirasi)
Pemimpin yang mempunyai standar yang di atas
rata-rata dapat mengarahkan bawahan agar memaksimalkan potensi dan meningkatkan
kinerjanya dalam perusahaan. Untuk itu, pemimpin harus bisa memotivasi bawahan agar
selalu konsisten dalam proses pencapaian tersebut.
KESIMPULAN
Kepemimpinan transformasional yang mengedepankan inovasi,
siap bertahan dalam berbagai perubahan, dan memahami bawahan merupakan sosok
yang sangat diharapkan. Dengan demikian, melahirkan suatu manajemen yang
berjalan selaras dengan visi dan misi perusahaan. Pemimpin yang bisa
menciptakan visi menjadi aksi, serta merealisasikan ide yang ada dalam pikiran menjadi
kenyataan, diharapkan lahir melalui gaya kepemimpinan transformasional. Hubungan
baik antara pimpinan dan bahawan akan terus terjalin melalui sikap terbuka dan
saling percaya.
MEMAKSIMALKAN POTENSI DIRI MELALUI IDENTIFIKASI KARAKTER DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF, SERTA PENGEMBANGAN KARIR
Aisha Rivani Aprilia
33123010005
Program Studi D3 Manajemen
KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF
Salah satu kemampuan yang sangat diperlukan bagi kita adalah kemampuan
dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin haruslah efektif. Komunikasi yang
efektif dapat menghidarkan kita dari pertikaian dan konflik. Adapun komunikasi
yang efektif yaitu proses penyampaian pesan atau informasi secara jelas dan
dipahami dengan baik, sehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Terdapat aspek
penting dalam menjelaskan betapa diperlukannya komunikasi yang efektif, yakni
sebagai berikut.
1. Keterampilan mendengarkan,
2. Pemahaman mengenai keadaan komunikan,
3. Claritas dan kesederhanaan,
4. Kepatuhan waktu,
5. Keterampilan menggunakan bentuk
komunikasi non-verbal,
6. Keterbukaan dan kejujuran,
7. Konteks dan tujuan,
8. Feedback,
9. Empati,
10. Konsistensi.
Keterampilan komunikasi yang efektif dapat menyempurnakan
kehidupan, dimana kehidupan ini selalu berkaitan dengan penyampaian pesan, baik
personal maupun kelompok. Maka dari itu, memahami dan mengimplementasikan
aspek-aspek tersebut patut dilakukan.
BERPIKIR
POSITIF
Berpikir positif merupakan kecenderungan seseorang pada sikap
optimis, dimana dalam menghadapi segala kondisi dan situasi selalu melibatkan
keyakinan, mempertimbangkan peluang, mengutamakan pembelajaran dan perbaikan,
serta fokus pada solusi bukan permasalahan. Berikut merupakan uraian mengenai
aspek penting berpikir positif.
1. Optimisme
Seseorang yang memiliki sikap optimis selalu cenderung melihat
kemungkinan kesuksesan. Dengan penuh keyakinan, mereka percaya bahwa selalu ada
hal-hal baik di masa depan.
2. Terbuka
Seseorang yang berpikir positif umumnya akan mencoba hal-hal baru,
sehingga mendapatkan pengalaman dan pembelajaran. Dimana nantinya berujung pada
peluang yang membuatnya tumbuh dan berkembang.
3. Rasa syukur
Seseorang yang berpikir positif bisa menghargai dan mensyukuri apa yang
dimiliki.
4. Fokus pada solusi
Kehidupan tak akan lepas dari permasalahan. Untuk itu, seseorang yang
berpikir positif selalu fokus pada solusi. Kebijaksaan dan tindakan yang
konstruktif akan dipilihnya, sehingga permasalahan dapat teratasi dengan baik.
5. Kecerdasan emosional
Berpikir positif berarti dapat mengelola emosi. Keadaan itu menyangkut
bagaimana sikap kita dalam mengatur dan mengelola emosi, terutama emosi negatif
seperti marah, kecewa, sedih, dsb.
6. Pemberdayaan
Kemampuan kendali atas diri kita sendiri. Dimana selalu ada kesiapan
dalam berbagai perubahan dalam kehidupan.
7. Pertumbuhan pembelajaran
Setiap pengalaman yang didapatkan selalu dijadikan pembelajaran untuk
belajar, berkembang, dan melihat peluang di masa depan.
8. Dukungan sosial
Hubungan sosial yang positif dapat memberikan emosional yang baik.
9. Penerimaan terhadap kenyataan
Perjalanan kehidupan ini tidak selalu
sesuai dengan apa yang direncanakan. Tetapi, hal tersebut harus diterima dan
dihadapi dengan sikap yang positif.
10. Efek positif pada kesehatan
Kesehatan fisik dan mental pasti akan
didapatkan melaui penerapan berpikir positif.
PENGEMBANGAN DIRI
Pengembangan diri merupakan proses dari setiap upaya yang
dilakukan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Dengan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan, melalui pembelajaran, pertumbuhan,
transfomasi pribadi dalam kehidupan. Konsep pengembangan diri mencakup
emosional, intelektual, dan spiritual. Berikut adalah aspek yang dapat
menjelaskan pentingnya pengembangan diri.
1. Pendidikan
dan pembelajaran
2. Keterampilan
dan kompetensi
3. Kesadaran
diri
4. Pengelolaan
waktu dan tujuan
5. Kesehatan
fisik dan mental
6. Hubungan
sosial
7. Pemberdayaan
8. Kreativitas
9. Pertumbuhan
emosional
10. Pengalaman hidup
Pengembangan diri melibatkan upaya yang berkelanjutan,
refleksi diri, dan komitmen untuk terus belajar dan berkembang. Hal tersebut
dapat membantu kita memanfaatkan potensi secara maksimal guna mencapai
kesuksesan.
POTENSI DIRI
Potensi diri merupakan kemampuan individu yang dapat
digunakan lebih maksimal dalam mengembangkan diri, menuju versi terbaik bagi
dirinya. Keterampilan, bakat, minat, dsb merupakan aspek dari potensi diri.
Terdapat beberapa point penting dalam konsep potensi diri, yakni sebagai berikut.
1. Kepribadian
dan identitas
2. Pengembangan
keterampilan
3. Bakat
dan minat
4. Pengetahuan
dan pembelajaran
5. Pengelolaan
waktu dan rencana
6. Tujuan
dan motivasi
7. Mengatasi
hambatan
8. Pengembangan
relasi atau hubungan
9. Keseimbangan
Memfokuskan diri pada potensi yang dimiliki, upaya dalam
mengembangkannya, dan cara untuk memanfaatkannya dapat memberikan pandangan
kepada individu untuk merancang dan meraih tujuan yang lebih terarah.
PENGEMBANGAN KARIR
Karir adalah serangkaian pekerjaan dalam perjalanan kehidupan
yang diemban seseorang dengan penuh tanggungjawab. Adapun upaya yang dilakukan
secara sadar untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
keahlian melalui berbagai macam tahapan ataupun kegiatan disebut dengan
pengembangan karir. Untuk melakukan pengembangan karir diperlukan pendidikan
dan pelatihan. Hal ini dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kualifikasi
seseorang. Dalam dunia karir, terdapat perencanaan yang harus dipersiapkan agar
lebih mempermudah proses dalam mencapai tujuan.
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mempelajari dan memahami konsep potensi diri melalui identifikasi karakter dan komunikasi yang efektif, serta pengembangan karir dapat
membuka cakrawala kita terhadap keadaan dan perubahan yang sedang terjadi.
Dengan memaksimalkan potensi diri, lalu mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari tentu akan memberikan manfaat bagi diri kita sendiri dan
orang-orang yang berada di sekitar kita. Perjalanan yang ditempuh dengan penuh perjuangan dan pengorbanan dapat memberikan pengalaman berharga, sehingga memunculkan
jiwa baru yang telah dibentuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
PRESENTASI KELAS
PRESENTASI KELAS
Konsep Pengetahuan dan Pembelajaran Dalam Potensi Diri
Aisha Rivani
Aprilia
33123010005
Program Studi D3
Manajemen
Apa yang ada dalam pikiran kalian ketika mendengar
kata potensi diri? Untuk menyadari akan keberadaan potensi tersebut, maka langkah
awal yang harus dilakukan yaitu mengenali diri sendiri. Bukanlah sesuatu yang
mudah memang, tetapi dengan mengenali diri sendiri sangat mungkin potensi yang
dimiliki cepat ditemukan. Untuk mengenali diri sendiri tentunya kita harus
menjadi diri sendiri dan mendalami norma-norma yang diyakini. Bersamaan dengan
prosesnya, renungkan juga tujuan dan pilihan hidup ini. Belajarlah memikirkan
hal-hal yang ingin dan tidak ingin dilakukan, lalu sikapi sesuai dengan pedoman.
Apabila terjadi kesalahan, jadikan itu sebuah pelajaran yang nantinya dapat
memberikan perkiraan di masa depan.
Keinginan menjadi “diri sendiri” seringkali didengar
atau bahkan diucapkan. Tetapi, apakah makna dari kalimat ini? arti kalimat ini
adalah pemaparan tentang pandangan yang bisa membuka perbandingan diri tentang
makna dari kalimat tersebut. Diri sendiri merupakan arti alamiah dan konseptual
tentang dari konsep diri, yakni sikap individu dalam menilai dirinya sendiri.
Sementara makna dari potensi diri yakni suatu daya yang dimiliki oleh seseorang,
tetapi masih terpendam atau belum dimanfaatkan secara maksimal.
Berikut
adalah cara yang efektif untuk mengenali potensi diri.
1. Tulis hal-hal yang kamu sukai
2. Achievement yang pernah kamu raih
3. Pujian yang sering kamu dapatkan
Ketiga
aspek diatas bisa dijadikan acuan kamu untuk menyadari potensi yang dimiliki.
Terdapat banyak manfaat yang bisa kira rasakan apabila mengetahui potensi diri,
diantaranya yaitu:
a. Membantu menentukan pilihan
Dengan mengetahui potensi diri memungkinkan kita untuk
memantapkan diri dalam semua proses pengambilan keputusan karena kita tahu
secara persis apa yang tepat buat kita. Ini akan memastikan bahwa tidak adanya
kesalahan. Biasanya, orang yang tidak sepenuhnya memahami kepribadiannya
cenderung ragu untuk mengambil keputusan.
b. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
Dibalik kekurangan, pasti ada kelebihan. Kita
sebagai manusia, tentunya tidak akan bisa lepas dari hal tersebut. Nah, dengan
mengetahui potensi diri, kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang
ada. Hal ini tentu sangat penting dan
bermanfaat. Dengan begitu, kita bisa mencari cara yang tepat untuk memperbaiki
kekurangan tersebut serta bisa mengembangkan potensi yang kamu miliki.
c. Meningkatkan kualitas diri
Peningkatan kualitas diri dapat dicapai apabila kita
sudah mengetahui potensi apa yang dimiliki. Dengan mendalami potensi,
peningkatan pastinya akan terjadi.
d. Dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien
Dengan mengenali potensi diri kita dapat merancang
tujuan hidup yang teratur, sehingga merasa lebih terarah dalam melangkah. Salah
satu cara yang biasa dilakukan untuk mencapainya yaitu dengan membuat skala
prioritas, dimana kita bisa fokus mengerjakan hal yang paling penting hingga ke
yang kurang penting.
Selanjutnya, mengembangkan potensi. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat mencapai
tujuan hidup yang lebih baik dan sukses. Terdapat banyak cara yang bisa
dilakukan untuk mengembangkan diri, diantaranya yaitu:
1. Mengikuti
pendidikan formal atau informal
Pendidikan, baik yang bersifat formal maupun
informal menyediakan media dalam pengembangan potensi melalui berbagai macam
kegiatan, sehingga selalu siap dengan kehidupan yang akan datang, kehidupan
yang mungkin belum pernah terbayangkan.
2. Mengikuti pelatihan atau seminar
Pelatihan atau seminar dapat memberikan ilmu-ilmu
baru, seperti cara menyelesaikan suatu masalah dan mengemukakan pendapat
3. Membaca buku atau artikel
Buku ataupun artikel menyediakan banyak ilmu yang
bisa memperluas wawasan kita. Di era digital seperti ini, sangat mudah untuk
mendapatkan ilmu terutama dari internet. Hanya saja bagaimana cara kita untuk
memanfaatkan alat tersebut, sudah tepat atau belum.
4. Melakukan refleksi diri.
Refleksi diri adalah sebuah proses melihat kembali
pengalaman yang telah dijalani untuk dapat menarik pembelajaran yang didapat,
selanjutnya diikuti aksi-aksi untuk memperbaikinya.
Dengan
memutuskan pilihan secara bijak dan cermat, seseorang dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Mengembangkan potensi diri dapat meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, keahlian, kepuasan diri, wawasan, kinerja kerja, serta memperluas
jaringan relasi.
Daftar Pustaka
Aisyah, Nur. (2019). Self-Motivation. Menggali Potensi Diri. 2-3