Oleh: Alderosse Achmad Syafiie (@B35-ALDEROSSE)
Menurut Susetyo (1998), berpikir
positif adalah kemampuan seseorang untuk
fokus pada aspek positif diri sendiri, orang lain, dan keadaan saat ini.
Berpikir positif tidak datang dengan
sendirinya tetapi merupakan suatu keterampilan yang harus diperoleh. Berpikir
positif dibagi beberapa aspek, salah satu aspek ialah rasa syukur. Rasa syukur
merupakan respon positif yang diungkapkan ketika sesuatu diterima dari orang
lain atau suatu pengalaman terjadi.
Seligman (2005) berpendapat bahwa rasa syukur
merupakan salah satu kajian
psikologi positif yang berarti
mengucapkan terima kasih atas pemberian yang diberikan. Wood & Geraghty
(2010) mendefinisikan rasa syukur sebagai kecenderungan disposisional, yang
dianggap sebagai ciri kepribadian. Rasa syukur digambarkan sebagai bagian dari
orientasi hidup yang lebih luas untuk memperhatikan dan mengapresiasi hal-hal
positif di dunia (Wood dan Geraghty, 2010). Gratitude bisa dilihat sebagai konsep
yang berharga dan bermakna bagi setiap agama hindu, islam, budha, kristen, dan
yahudi (emmon, 2003).
Menurut McCullough (2002)
Gratitude memiliki empat aspek, antara lain Intensity, Frequency, Span, dan
Density. Intensity menunjukan individu yang bersyukur ketika mengalami
peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens, Frequency ialah
seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur setiap harinya dan Gratitude
bisa menimbulkan dan mendukung tindakan walaupun kebaikan kecil, Span
mencakup rasa Gratitude dari peristiwa kehidupan seperti tentang pekerjaan, kesehatan,
dan pendidikan. Sedangkan Density mencakup individu dengan perasaan
bersyukur dapat menuliskan nama-nama orang yang telah membuat Gratitude,
termasuk teman, sahabat, orang tua, maupun pasangan. Orang yang mengalami rasa
syukur akan cenderung mengenali dan merespons pengalaman atau anugerah
positif yang diterimanya.
Berdasarkan ini, Syukur dianggap sebagai
emosi moral yang mencakup perasaan empati, bersalah, dan malu jika individu
sebagai penerima kebaikan tidak membalas sesuai kewajibannya.
Menurut Prabowo (2017) Gratitude
dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu gratitude state yang berpusat pada
keadaan dan gratitude trait dengan berdasarkan sifat. Gratitude state
merupakan keadaan dimana individu memiliki perasaan subjektif berupa kekaguman,
rasa terima kasih, dan menghargai segala sesuatu yang telah ia terima. Contohnya,
seseorang yang mensyukuri kesehatan dan keberadaan orang disekitarnya, terutama keluarga. Gratitude
trait kecenderungan individu untuk merasa bersyukur dalam hidupnya,
sehingga akan lebih sering bersyukur
pada situasi tertentu. Misalnya, seorang individu memiliki pandangan atas
peritiwa Covid-19, sehingga membentuk dirinya agar mampu menerima keadaan dan
berfokus kegiatan yang bermanfaat.
Memelihara Kebersyukuran
(Gratitude)
Robert Emmons dan Michael
McCullough (2003) mengeksplorasi sejumlah cara untuk meningkatkan dan
mempertahankan sikap bersyukur, antara lain dengan membuat jurnal mingguan
pribadi tentang perasaan bersyukur (gratitude journal) dengan membuat catatan
tentang rasa syukur.Bandingkan peristiwa dalam kondisi netral.atau negatif
(stres hidup).
Menulis jurnal rasa
syukur sebenarnya tidak terlalu sulit dan setiap orang mungkin mempunyai cara
yang berbeda-beda. Intinya, kita menuliskan hal-hal yang kita syukuri, apapun
bentuknya, bagaimana pun kita melakukannya, apapun frekuensinya. Ungkapan
syukur dalam bahasa Perancis adalah je sui reconnissant, yang mencakup tiga
konsep, i recognition (saya kenali secara intelektual), i recognition (saya
kenali secara mental) dan i appremination (saya hargai secara emosional). Oleh
karena itu, esensi terpenting dari jurnal rasa syukur adalah menggabungkan
ketiga elemen tersebut (Emmons, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang
yang mengontrol gratitude melalui jurnal gratitude;
1. Lebih optimistis,
2. Lebih Energik,
3. Lebih bisa menjaga
hubungan dengan orang lain,
4. Tidur lebih nyenyak.
Kesimpulan
Memiliki Gratitude (rasa
syukur) sangatlah penting, dengan memiliki rasa syukur kita bisa merasakan
perasaan bahagia dan apa adanya. Memelihara rasa syukur dengan membuat gratitude
jurnal mempunyai dampak yang efektif dalam meningkatkan kualitas hubungan
sosial seseorang dan menghasilkan perbaikan berkelanjutan dalam kesejahteraan
subjektif.
Daftar Pustaka
Adinda,
R. (2022). Positive Thinking [Berpikir Positif] : Pengertian, Manfaat
& Cara Berpikir. Retrieved from gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-seller/berpikir-positif/
Akmal, M.
(2018). KONSEP SYUKUR (GRATEFULNES). Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
Islam, 1-20.
Soerjoatmodjo,
G. W. (2020, Oktober 30). Memelihara Kewarasan dengan Gratitude Journaling.
Retrieved from buletin.k-pin.org: https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/730-memelihara-kewarasan-dengan-gratitude-journaling
Thresia
Putrianna Lumban Gaol, I. D. (2022). HUBUNGAN ANTARA GRATITUDE DENGAN
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNESA DI MASA PANDEMI
COVID-19. Jurnal Penelitian Psikologi, 180-194.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar