Laman

Kamis, 28 September 2023

Rasa Syukur Dalam Konsep Berpikir Positif

 


Oleh: Alderosse Achmad Syafiie (@B35-ALDEROSSE)

Menurut Susetyo (1998), berpikir positif adalah kemampuan  seseorang untuk fokus pada aspek positif diri sendiri, orang lain, dan keadaan saat ini. Berpikir positif tidak  datang dengan sendirinya tetapi merupakan suatu keterampilan yang harus diperoleh. Berpikir positif dibagi beberapa aspek, salah satu aspek ialah rasa syukur. Rasa syukur merupakan respon positif yang diungkapkan ketika sesuatu diterima dari orang lain atau suatu pengalaman  terjadi. Seligman (2005) berpendapat bahwa rasa syukur  merupakan salah satu  kajian psikologi positif  yang berarti mengucapkan terima kasih atas pemberian yang diberikan. Wood & Geraghty (2010) mendefinisikan rasa syukur sebagai kecenderungan disposisional, yang dianggap sebagai ciri kepribadian. Rasa syukur digambarkan sebagai bagian dari orientasi hidup yang lebih luas untuk memperhatikan dan mengapresiasi hal-hal positif di dunia (Wood dan Geraghty, 2010). Gratitude bisa dilihat sebagai konsep yang berharga dan bermakna bagi setiap agama hindu, islam, budha, kristen, dan yahudi (emmon, 2003).

Menurut McCullough (2002) Gratitude memiliki empat aspek, antara lain Intensity, Frequency, Span, dan Density. Intensity menunjukan individu yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens, Frequency ialah seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur setiap harinya dan Gratitude bisa menimbulkan dan mendukung tindakan walaupun kebaikan kecil, Span mencakup rasa Gratitude dari peristiwa kehidupan seperti tentang pekerjaan, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan Density mencakup individu dengan perasaan bersyukur dapat menuliskan nama-nama orang yang telah membuat Gratitude, termasuk teman, sahabat, orang tua, maupun pasangan. Orang yang mengalami rasa syukur akan cenderung mengenali dan merespons pengalaman atau anugerah positif  yang diterimanya. Berdasarkan  ini, Syukur dianggap sebagai emosi moral yang mencakup perasaan empati, bersalah, dan malu jika individu sebagai penerima kebaikan tidak membalas sesuai kewajibannya.

Menurut Prabowo (2017) Gratitude dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu gratitude state yang berpusat pada keadaan dan gratitude trait dengan berdasarkan sifat. Gratitude state merupakan keadaan dimana individu memiliki perasaan subjektif berupa kekaguman, rasa terima kasih, dan menghargai segala sesuatu yang telah ia terima. Contohnya, seseorang yang mensyukuri kesehatan dan keberadaan orang  disekitarnya, terutama keluarga. Gratitude trait kecenderungan individu untuk merasa bersyukur dalam hidupnya, sehingga  akan lebih sering bersyukur pada situasi tertentu. Misalnya, seorang individu memiliki pandangan atas peritiwa Covid-19, sehingga membentuk dirinya agar mampu menerima keadaan dan berfokus kegiatan yang bermanfaat.

Memelihara Kebersyukuran (Gratitude)

Robert Emmons dan Michael McCullough (2003) mengeksplorasi sejumlah cara untuk meningkatkan dan mempertahankan sikap bersyukur, antara lain dengan membuat jurnal mingguan pribadi tentang perasaan bersyukur (gratitude journal) dengan membuat catatan tentang rasa syukur.Bandingkan peristiwa dalam kondisi netral.atau negatif (stres hidup).

Menulis jurnal rasa syukur sebenarnya tidak terlalu sulit dan setiap orang mungkin mempunyai cara yang berbeda-beda. Intinya, kita menuliskan hal-hal yang kita syukuri, apapun bentuknya, bagaimana pun kita melakukannya, apapun frekuensinya. Ungkapan syukur dalam bahasa Perancis adalah je sui reconnissant, yang mencakup tiga konsep, i recognition (saya kenali secara intelektual), i recognition (saya kenali secara mental) dan i appremination (saya hargai secara emosional). Oleh karena itu, esensi terpenting dari jurnal rasa syukur adalah menggabungkan ketiga elemen tersebut (Emmons, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengontrol gratitude melalui jurnal gratitude;

1. Lebih optimistis,

2. Lebih Energik,

3. Lebih bisa menjaga hubungan dengan orang lain,

4. Tidur lebih nyenyak.

Kesimpulan

Memiliki Gratitude (rasa syukur) sangatlah penting, dengan memiliki rasa syukur kita bisa merasakan perasaan bahagia dan apa adanya. Memelihara rasa syukur dengan membuat gratitude jurnal mempunyai dampak yang efektif dalam meningkatkan kualitas hubungan sosial seseorang dan menghasilkan perbaikan berkelanjutan dalam kesejahteraan subjektif.


 

Daftar Pustaka

 

Adinda, R. (2022). Positive Thinking [Berpikir Positif] : Pengertian, Manfaat & Cara Berpikir. Retrieved from gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-seller/berpikir-positif/

Akmal, M. (2018). KONSEP SYUKUR (GRATEFULNES). Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, 1-20.

Soerjoatmodjo, G. W. (2020, Oktober 30). Memelihara Kewarasan dengan Gratitude Journaling. Retrieved from buletin.k-pin.org: https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/730-memelihara-kewarasan-dengan-gratitude-journaling

Thresia Putrianna Lumban Gaol, I. D. (2022). HUBUNGAN ANTARA GRATITUDE DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNESA DI MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Penelitian Psikologi, 180-194.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar