Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan
dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan,
yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal
yang dilarang). Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam
dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai
beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat
disiplin. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam
kehidupannya. Disiplin yang mantap pada hakikatnya akan tumbuh dan terpancar
dari hasil kesadaran manusia. Kedisiplinan adalah hal mentaati tata tertib di
segala aspek kehidupan, baik agama, budaya, pergaulan, sekolah, dan lain-lain.
Dengan kata lain, kedisiplinan merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku individu yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Hal ini berdasarkan pada
pengertian dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (1988: 208), yang berasal dari
kata “disiplin” berarti ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib
dan sebagainya. Ki Hajar Dewantoro menyebutkan bahwa disiplin tak lain adalah
peraturan tata tertib yang dilakukan secara tegas dan ketat. Dari pengertian
dasar tersebut, kemudian berlanjut dengan istilah kedisiplinan
yang dapat diartikan sebagai keadaan yang taat kepada
peraturan tata tertib.
10 Manfaat Mengajarkan
Disiplin pada Anak
1.
Menumbuhkan kepekaan.
Anak tumbuh menjadi pribadi yang
peka/berperasaan halus dan percaya pada orang lain. Sikap-sikap seperti ini
akan memudahkan dirinya mengungkapkan perasaannya kepada orang lain, termasuk
ortunya. Alhasil, anak akan mudah menyelami perasaan orang lain juga.
2.
Menumbuhkan kepedulian.
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan
kepentingan orang lain. Disiplin membuat anak memiliki integritas, selain dapat
memikul tanggung jawab, mampu memecahkan masalah dengan baik dan mudah
mempelajari sesuatu.
3.
Mengajarkan keteraturan.
Anak jadi memiliki pola hidup yang
teratur dan mampu mengelola waktunya dengan
baik.
4.
Menumbuhkan ketenangan.
Penelitian menunjukkan, bayi yang
tenang/jarang menangis ternyata lebih mampu memperhatikan lingkungan sekitarnya
dengan baik. Di tahap selanjutnya, ia bisa cepat berinteraksi dengan orang
lain.
5.
Menumbuhkan sikap percaya diri.
Sikap ini tumbuh saat anak diberi
kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang mampu ia kerjakan sendiri.
6.
Menumbuhkan kemandirian.
Dengan kemandirian anak dapat diandalkan
untuk bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Anak juga dapat mengeksplorasi
lingkungannya dengan baik. Disiplin merupakan
bimbingan pada anak agar sanggup menentukan pilihan bijak.
7.
Menumbuhkan keakraban.
Anak jadi cepat akrab dan ramah terhadap
orang lain, karena kemampuannya beradaptasi lebih terasah.
8.
Membantu perkembangan otak.
Pada usia 3 tahun pertama, pertumbuhan
otak anak sangat pesat. Di usia ini, ia menjadi peniru perilaku yang sangat
piawai. Jika ia mampu menyerap disiplin yang dicontohkan orang tuanya, maka
disiplin sejak dini akan membentuk kebiasaan dan sikap yang positif.
9.
Membantu anak yang “sulit”, misal anak yang hiperaktif, perkembangan terlambat,
atau temper tantrum.
Nah, dengan menerapkan disiplin, maka
anak dengan kebutuhan khusus tsb akan mampu hidup lebih baik.
10.
Menumbuhkan kepatuhan.
Hasil nyata dari penerapan disiplin
adalah kepatuhan. Anak akan menuruti aturan yang diterapkan orang tua atas
dasar kemauan sendiri.
B. Faktor yang
Mempengaruhi Disiplin Siswa dalam Belajar atau Disiplin Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
sikap Disiplin siswa dalam belajar atau Disiplin belajar siswa,
yaitu:
1. Keteladanan
Keteladanan orang tua sangat
mempengaruhi sikap disiplin anak, sebab sikap dan tindak tanduk atau tingkah
laku orang tua sangat mempengaruhi sikap dan akan ditiru oleh anak. Oleh karena
itu, orang tua bukanlah hanya sebagai pemberi kebutuhan anak secara materi,
tapi orang tua juga adalah sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk
menjadi suri tauladan bagi anaknya.
2.
Kewibawaan
Orang tua
yang berwibawa dapat memberi pengaruh yang positif bagi anak, hal ini
sebagaimana yang tertulis dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1983:3) bahwa kewibawaan adalah pancaran kepribadian
yang menimbulkan pengaruh positif sehingga orang lain mematuhi perintah dan
larangannya. Orang yang berwibawa menampakkan sikap dan nilai yang lebih unggul
untuk diteladani.
Pendapat tersebut menyebutkan, bahwa
kewibawaan sangat mempengaruhi sikap seseorang. Kewibawaan yang dimiliki oleh
orang tua sangat menentukan kepada pembentukan kepribadian anak. Anak yang terbiasa
melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk orang tua, maka dalam dirinya itu
sudah tertanam sikap disiplin, dan sebaliknya apabila orang tua sudah tidak
memiliki kewibawaan, akan sulit bagi orang tua tersebut untuk mengarahkan dan
membimbing anak dan yang akan terjadi adalah tindakan-tindakan indisipliner,
dengan demikian kewibawaan sangat mempengaruhi perilaku anak.
3. Anak
Agar disiplin di lingkungan keluarga
dapat berjalan dengan baik, maka sangat diharapkan kerjasama antar semua yang
ada di rumah tersebut. Anak harus menyadari kedudukannya sebagai anak yang
memerlukan orang tua.
4. Hukuman dan ganjaran
Hukuman dan ganjaran, merupakan salah
satu usaha untuk mempengaruhi perilaku. Apabila anak melakukan suatu
pelanggaran atau suatu perbuatan yang tidak terpuji dan tidak mendapat teguran
dari orang tua, maka akan timbul dalam diri anak tersebut suatu kebiasaan yang
kurang baik.
5. Lingkungan
Faktor yang tidak kalah pentingnya dan
berpengaruh terhadap disiplin adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Pada umumnya apabila lingkungan baik, maka akan berpengaruh
terhadap perbuatan yang positif dan begitu pula sebaliknya.
Agar dapat terlaksana sikap disiplin
siswa yang diharapkan, maka ketiga lingkungan tersebut harus saling
membantu, saling menolong, kerjasama, karena masalah pendidikan itu sudah
sewajarnya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, dalam hal ini
guru/sekolah, orang tua/keluarga dan begitu juga masyarakat yang berada di
lingkungannya.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar