@E04-Chrispendi, @Proyek-A06,
Oleh Chrispendi Habiel Aknansyah
Prinsip Hidup Seorang Muslim
Prinsip Hidup Seorang Muslim
Dari kitab Sunan Abi Dawud yang ditulis oleh Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani menerangkan ada 4 buah hadits yang bisa dijadikan pedoman dan prinsip hidup seorang muslim.
1. Landasilah seluruh aktifitas hidup kita dengan nawaitu lillahi ta'ala.
Imam Abu Dawud mengutip hadits nabi Muhammad SAW yang berbunyi,"Sesungguhnya nilai dari amal itu adalah tergantung niatnya, dan setiap orang pasti mendapatkan (pahala) dari apa yang ia niatkan.
Menurut Imam Abu Dawud, hadits ini hendaklah dijadikan dasar dalam segala aktifitas kita. Dengan pegertian bahwa nilai perbuatan itu adalah bergantung pada niatnya. Bisa saja satu pemberian akan mendapat pahala bila diniatkan karena Allah, tetapi bisa juga pemberian itu mendapatkan siksa jika ia memberikannya dengan tujuan untuk menyuap.
Bisa saja dengan tidur siang seseorang mendapatkan pahala. Karena dengan tidurnya, ia niatkan agar nanti malam kondisi badan lebih segar dan tidak ngantuk untuk mengerjakan sholat sunnah atau mendengarkan pengajian.
Akan tetapi, bisa juga dengan tidurnya, ia mendapatkan siksa. Karena dengan tidurnya, nanti malam ia bisa melaksanakan pencurian dengan tidak mengantuk.
Dengan nawaitu lillahi ta'ala, Insya Allah segala aktifitas kita akan bermakna dan sekaligus mendapatkan pahala dari Allah SWT.
2. Tingkatkanlah prestasi hidup kita
Dalam hal ini, Abu Dawud mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, "Sebaik-baik keislaman seseorang, tinggalkanlah apa-apa yang sekiranya tidak bermanfaat bagi dirinya."
Hadits ini dijadikan oleh Imam Abu Dawud sebagai bahan mawas diri (instropeksi) sekaligus meningkatkan prestasi seseorang, yaitu dengan meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat untuk dirinya, keluarga, atau agama.
Sebagai contoh, begadang semalam suntuk tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat, bahkan hanya untuk melakukan maksiat. Ia tidak memperoleh keuntungan dunia, tidak juga memperoleh keuntungan akhirat.
Padahal waktu yang terbuang percuma bisa mencapai 4 atau 5 jam. Bayangkan andai waktu tersebut dimanfaatkan untuk membaca buku/kitab, menghafal Al-Qur'an, mendengarkan pengajian, niscaya ia akan mendapatkan keuntungan akhirat. Atau Waktu tersebuat ia gunakan untuk kerja atau lembur, tentunya ia akan mendapat uang atau keuntungan dunia.
Oleh karena itu, hadits itu mengingatkan kita agar modal waktu yang kita miliki selama 24 jam setiap harinya, benar-benar digunakan untuk kegiatan yang bermanfaaat.
3. Cintailah orang lain seperti mencintai dirimu sendiri
Imam Abu Dawud mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, "Seorang Mukmin tidak akan menjadi Mukmin yang baik sampai ia suka atau cinta terhadap saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri."
Manusia sebagai makhluk sosial tentu saja tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan dan dukungan orang lain. Orang kaya sekalipun tidak mungkin bisa hidup sendiri. Bahkan, semakin bertambah harta dan kekayaan seseorang, justru bertambah pula kebutuhan akan bantuan dari yang miskin.
4. Tinggalkanlah perkara yang subhat apalagi yang haram.
Setiap manusia tentu saja tidak dapat melepaskan diri dari interaksi sosial, bahkan dalam hubungan bisnis maupun hubungan yang lainnya. Dalam hal ini, Imam Abu dawud mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, "Yang halal telah jelas (halalnya), yang haram pun telah jelas (haramnya), tetapi di antara kedunya ada perkara-perkara yang masih subhat (sama, tidak pasti halal tetapi juga tidak pasti haram). barangsiapa yang menjaga diri dari perkara-perkara subhat, sesungguhnya dia sudah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya."
Barangsiapa yang tergelincir dalam perkara subhat, berarti dia telah jatuh kepada perkara haram, seperti halnya seorang penggembala yang menggembala ternaknya di sekitra tanah perbatasan. Sedikit-sedikit ia akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah, setiap pemilik tanah punya batasannya. Ketahuilah, bahwa batasan (larangan) Allah adalah hal yang diharamkan.
Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila baik, seluruh tubuh akan baik. Apabila rusak, seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah hati manusia.
Hadits ini mengingatkan kita bahwa berhati-hatilah dalam mencari harta. Jangankan yang haram, yang subhat pun lebih baik ditingglkan, untuk lebih menjaga kemurnian agama dan harga dirinya.
Dengan meninggalkan yang haram, berarti tidak akan ada pihak yang dirugikan. Dengan demikian, akan terciptalah keamanan, kedamaian, dan ketentraman hidup, karena satu sama lain tidak akan melanggar ketentuan yang ada, dan akan senantiasa menghargai yang lain yang berbeda keahlian dan kemampuannya.
Jika seseorang sudah tidak berfikir halal atau haram dalam pencarian harta dan jabatan, tentu saja ini akan menjadi bencana dan malapetaka yang besar, yaitu maraknya pencurian, penipuan, pemalsuan, suap-menyuap, sogok-menyogok, dan lainnya.
Penulis sangat prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Budaya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme merajalela di mana-mana dari tingkatan atas sampai bawah. Perilaku suap-menyuap, sogok-menyogok terjadi di mana-mana di setiap lorong, di setiap gang, di setiap jengkal tanah pertiwi ini yang mayoritas beragama Islam.
Padahal semua tahu bahwa yang menyuap dan yang disuap dua-duanya masuk ke dalam neraka.
Daftar Pustaka:
Anonim, 2010, PrinsipHidupSeorangMuslim, MataHati, Dalam http://imaduddien-matahati.blogspot.co.id/2010/01/peringatan-prinsip-hidup-seorang-muslim.html
Dari kitab Sunan Abi Dawud yang ditulis oleh Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani menerangkan ada 4 buah hadits yang bisa dijadikan pedoman dan prinsip hidup seorang muslim.
1. Landasilah seluruh aktifitas hidup kita dengan nawaitu lillahi ta'ala.
Imam Abu Dawud mengutip hadits nabi Muhammad SAW yang berbunyi,"Sesungguhnya nilai dari amal itu adalah tergantung niatnya, dan setiap orang pasti mendapatkan (pahala) dari apa yang ia niatkan.
Menurut Imam Abu Dawud, hadits ini hendaklah dijadikan dasar dalam segala aktifitas kita. Dengan pegertian bahwa nilai perbuatan itu adalah bergantung pada niatnya. Bisa saja satu pemberian akan mendapat pahala bila diniatkan karena Allah, tetapi bisa juga pemberian itu mendapatkan siksa jika ia memberikannya dengan tujuan untuk menyuap.
Bisa saja dengan tidur siang seseorang mendapatkan pahala. Karena dengan tidurnya, ia niatkan agar nanti malam kondisi badan lebih segar dan tidak ngantuk untuk mengerjakan sholat sunnah atau mendengarkan pengajian.
Akan tetapi, bisa juga dengan tidurnya, ia mendapatkan siksa. Karena dengan tidurnya, nanti malam ia bisa melaksanakan pencurian dengan tidak mengantuk.
Dengan nawaitu lillahi ta'ala, Insya Allah segala aktifitas kita akan bermakna dan sekaligus mendapatkan pahala dari Allah SWT.
2. Tingkatkanlah prestasi hidup kita
Dalam hal ini, Abu Dawud mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, "Sebaik-baik keislaman seseorang, tinggalkanlah apa-apa yang sekiranya tidak bermanfaat bagi dirinya."
Hadits ini dijadikan oleh Imam Abu Dawud sebagai bahan mawas diri (instropeksi) sekaligus meningkatkan prestasi seseorang, yaitu dengan meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat untuk dirinya, keluarga, atau agama.
Sebagai contoh, begadang semalam suntuk tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat, bahkan hanya untuk melakukan maksiat. Ia tidak memperoleh keuntungan dunia, tidak juga memperoleh keuntungan akhirat.
Padahal waktu yang terbuang percuma bisa mencapai 4 atau 5 jam. Bayangkan andai waktu tersebut dimanfaatkan untuk membaca buku/kitab, menghafal Al-Qur'an, mendengarkan pengajian, niscaya ia akan mendapatkan keuntungan akhirat. Atau Waktu tersebuat ia gunakan untuk kerja atau lembur, tentunya ia akan mendapat uang atau keuntungan dunia.
Oleh karena itu, hadits itu mengingatkan kita agar modal waktu yang kita miliki selama 24 jam setiap harinya, benar-benar digunakan untuk kegiatan yang bermanfaaat.
3. Cintailah orang lain seperti mencintai dirimu sendiri
Imam Abu Dawud mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, "Seorang Mukmin tidak akan menjadi Mukmin yang baik sampai ia suka atau cinta terhadap saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri."
Manusia sebagai makhluk sosial tentu saja tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan dan dukungan orang lain. Orang kaya sekalipun tidak mungkin bisa hidup sendiri. Bahkan, semakin bertambah harta dan kekayaan seseorang, justru bertambah pula kebutuhan akan bantuan dari yang miskin.
4. Tinggalkanlah perkara yang subhat apalagi yang haram.
Setiap manusia tentu saja tidak dapat melepaskan diri dari interaksi sosial, bahkan dalam hubungan bisnis maupun hubungan yang lainnya. Dalam hal ini, Imam Abu dawud mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, "Yang halal telah jelas (halalnya), yang haram pun telah jelas (haramnya), tetapi di antara kedunya ada perkara-perkara yang masih subhat (sama, tidak pasti halal tetapi juga tidak pasti haram). barangsiapa yang menjaga diri dari perkara-perkara subhat, sesungguhnya dia sudah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya."
Barangsiapa yang tergelincir dalam perkara subhat, berarti dia telah jatuh kepada perkara haram, seperti halnya seorang penggembala yang menggembala ternaknya di sekitra tanah perbatasan. Sedikit-sedikit ia akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah, setiap pemilik tanah punya batasannya. Ketahuilah, bahwa batasan (larangan) Allah adalah hal yang diharamkan.
Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila baik, seluruh tubuh akan baik. Apabila rusak, seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah hati manusia.
Hadits ini mengingatkan kita bahwa berhati-hatilah dalam mencari harta. Jangankan yang haram, yang subhat pun lebih baik ditingglkan, untuk lebih menjaga kemurnian agama dan harga dirinya.
Dengan meninggalkan yang haram, berarti tidak akan ada pihak yang dirugikan. Dengan demikian, akan terciptalah keamanan, kedamaian, dan ketentraman hidup, karena satu sama lain tidak akan melanggar ketentuan yang ada, dan akan senantiasa menghargai yang lain yang berbeda keahlian dan kemampuannya.
Jika seseorang sudah tidak berfikir halal atau haram dalam pencarian harta dan jabatan, tentu saja ini akan menjadi bencana dan malapetaka yang besar, yaitu maraknya pencurian, penipuan, pemalsuan, suap-menyuap, sogok-menyogok, dan lainnya.
Penulis sangat prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Budaya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme merajalela di mana-mana dari tingkatan atas sampai bawah. Perilaku suap-menyuap, sogok-menyogok terjadi di mana-mana di setiap lorong, di setiap gang, di setiap jengkal tanah pertiwi ini yang mayoritas beragama Islam.
Padahal semua tahu bahwa yang menyuap dan yang disuap dua-duanya masuk ke dalam neraka.
Daftar Pustaka:
Anonim, 2010, PrinsipHidupSeorangMuslim, MataHati, Dalam http://imaduddien-matahati.blogspot.co.id/2010/01/peringatan-prinsip-hidup-seorang-muslim.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar