Selasa, 10 Oktober 2017

ANDA INGIN SUKSES? BUKA ARTIKEL INI! (NO KLIKBAIT)

BEPRINSIPLAH!

Oleh Rizky Aditya Pradana
@DO4-Rizky


Di antara keistimewaan manusia yang tidak dimiliki makhluk-makhluk lain di dunia ini adalah bahwa diri manusia dan kehidupannya senantiasa mengalami perubahan (perkembangan). Lebah madu, selama berjuta-juta tahun, selalu membangun sarangnya dari materi sejenis lilin dan berbentuk segi enam, tanpa sedikitpun mengalami perubahan dalam bentuk dan modelnya. Namun dalam kehidupan manusia selalu saja terjadi perubahan dinamika. Sejak zaman purbakala hingga modern, dari masa mengonsumsi makanan mentah hingga saat ditemukannya api, dari zaman prasejarah hingga zaman awal terciptanya tulisan dan hingga abad ke-21 selalu terjadi dinamika dan perubahan dalam kehidupan manusia. Tiada satupun generasi yang mampu membayangkan kemajuan-kemajuan yang akan terjadi dan perubahan-perubahan yang akan dialami generasi setelahnya. Maka dari itu, membangun prinsip berdasarkan pandangan samawi adalah sangat mungkin bagi orang-orang yang hidup. Karenanya, setiap orang dalam kehidupannya bertanggung jawab untuk membangun prinsipnya. Caranya? Dengan selalu memerhatikan sikap, perbuatan, dan kata-kata yang diucapkannya. (Tehrani, 2014)

“Adalah tanggung jawab kalian menjaga diri kalian” –QS. Al-Maidah (5): 105

Memiliki prinsip hidup lekat kaitannya dengan menjadi diri sendiri. Tanpa prinsip hidup, kita tidak akan bisa mengatur hidup kita sendiri. Orang yang tidak memiliki prinsip hidup selalu mengikuti orang lain dalam kehidupannya dan tidak memiliki ketegasan dalam berpendirian.

Mari kita sedikit berkisah,
Juned adalah seorang anak muda yang memutuskan untuk menekuni usaha jual beli ikan. Ia menyewa sebuah lapak di pasar. Pada hari pertama, ia mulai fokus berjualan ikan segar di pasar. Ia pun memasang papan pengumuman bertuliskan,
“DI SINI JUAL IKAN SEGAR”

Tak lama datanglah seorang pengunjung pertama di lapaknya. Pengunjung tersebut lantas menanyakan tentang papan pengumuman yang dipasang Juned di depan lapaknya.

“Anda ini ada-ada saja. Kenapa anda tuliskan kata DI SINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau anda berjualan ikan DI SINI bukan DI SANA?”

Juned membaca ulang papan pengumumannya,

“Benar juga, ya!” pikir Juned.

Lalu Juned menghapus kata “DI SINI”, sehingga tinggal tulisan “JUAL IKAN SEGAR”.

“Nah, gini baru benar,” gumam Juned.

Tak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisan di papan pengumumannya, “Mengapa kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?”

Juned membaca ulang papan pengumumannya,

“Benar juga ya,” pikir Juned.

Lalu dihapusnya kata “SEGAR”, sehingga tinggal tulisan “JUAL IKAN”.

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ketiga yang lagi-lagi menanyakan tulisannya,

“Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?”

“Haha iya juga ya,” pikir Juned.

Lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan “IKAN”.

Selang beberapa waktu kemudian, datanglah pengunjung keempat, yang juga menanyakan plakatnya, 

“Mengapa kau tulis kata IKAN? Semua orang juga tahu kali bang kalo ini itu ikan, bukan kerupuk.”

Lagi-lagi Juned setuju, “Benar juga”

Lalu diturunkannya papan pengumuman itu.

“Menuruti semua pendapat orang lain hanya akan menyita energi kita”

Menurut Rif’an (2011), kita tak akan pernah bisa memuaskan semua orang dengan tindakan kita. Pasti ada orang yang kontra dengan setiap keputusan yang kita ambil. Bila kita tetap memaksakan ingin memuaskan semua orang, kita tidak akan mendapatkan apa-apa.

Orang yang berprinsip tidak akan termakan dengan omongan orang lain, dia akan tetap yakin terhadap prinsipnya. Tidak ada orang yang dapat meraih kesuksesannya tanpa berprinsip. Chairul Tanjung adalah contoh dari sekian banyak orang sukses yang memiliki prinsip dalam hidupnya. Chairul Tanjung berasal dari keluarga kalangan menengah ke bawah, dimana Chairul Tanjung bersama orangtua dan keenam saudaranya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke kamar losmen yang sempit. Hal ini dikarenakan usaha ayahnya yang harus ditutup secara paksa karena berseberangan secara politik dengan penguasa pada masa itu. Namun, Chairul Tanjung tidak ingin hidup seperti itu seterusnya, beliau tetap bersekolah hingga berhasil lulus sebagai mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Beliau sempat berdagang kecil-kecilan untuk membayar uang kuliahnya karena kondisi finansial yang tidak menguntungkan pada saat itu. Demi membiayai kebutuhan kuliahnya, ia pernah berdagang buku-buku kuliah, fotokopi hingga jasa pembuatan kaos. Ia juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah Senen, Jakarta Pusat walaupun pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Namun siapa sangka, saat ini Chairul Tanjung dikenal sebagai orang terkaya urutan ke-937 di dunia versi majalah Forbes. Itu semua dicapai karena Beliau memiliki prinsip dalam hidupnya untuk menjadi orang yang sukses.

“Setiap orang mempunyai potensi yang besar sekali. Sangatlah mungkin mengubah diri kita menjadi lebih baik, bahkan kita pun dapat mengubah dunia”

Marilah kita tentukan prinsip untuk hidup kita sendiri agar kita bisa memperbaiki hidup kita bahkan mengubah dunia. Namun ada satu hal yang perlu diingat, berprinsiplah dengan baik dan untuk kebaikan agar hidup kita selalu dikelilingi dengan kebaikan pula.

DAFTAR PUSTAKA

Tehrani, Mahdi Hadawi. 2014. Pemuda Dambaan Surga: Nasihat Bagi Generasi Muda. Jakarta: Penerbit Citra.

Rif’an Ahmad Rifa’i. 2011. Man Shabara Zhafira. Jakarta: PT. Gramedia.

Vashdev, Gobind. 2012. Happiness Inside. Jakarta: Penerbit Noura Books.

DAFTAR LINK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar