BEPRINSIPLAH!
Oleh Rizky Aditya
Pradana
@DO4-Rizky
Di antara keistimewaan manusia
yang tidak dimiliki makhluk-makhluk lain di dunia ini adalah bahwa diri manusia
dan kehidupannya senantiasa mengalami perubahan (perkembangan). Lebah madu,
selama berjuta-juta tahun, selalu membangun sarangnya dari materi sejenis lilin
dan berbentuk segi enam, tanpa sedikitpun mengalami perubahan dalam bentuk dan
modelnya. Namun dalam kehidupan manusia selalu saja terjadi perubahan dinamika.
Sejak zaman purbakala hingga modern, dari masa mengonsumsi makanan mentah
hingga saat ditemukannya api, dari zaman prasejarah hingga zaman awal
terciptanya tulisan dan hingga abad ke-21 selalu terjadi dinamika dan perubahan
dalam kehidupan manusia. Tiada satupun generasi yang mampu membayangkan
kemajuan-kemajuan yang akan terjadi dan perubahan-perubahan yang akan dialami
generasi setelahnya. Maka dari itu, membangun prinsip berdasarkan pandangan
samawi adalah sangat mungkin bagi orang-orang yang hidup. Karenanya, setiap
orang dalam kehidupannya bertanggung jawab untuk membangun prinsipnya. Caranya?
Dengan selalu memerhatikan sikap, perbuatan, dan kata-kata yang diucapkannya.
(Tehrani, 2014)
“Adalah tanggung jawab kalian
menjaga diri kalian” –QS. Al-Maidah (5): 105
Memiliki prinsip hidup lekat
kaitannya dengan menjadi diri sendiri. Tanpa prinsip hidup, kita tidak akan
bisa mengatur hidup kita sendiri. Orang yang tidak memiliki prinsip hidup
selalu mengikuti orang lain dalam kehidupannya dan tidak memiliki ketegasan
dalam berpendirian.
Mari kita sedikit berkisah,
Juned adalah seorang anak muda
yang memutuskan untuk menekuni usaha jual beli ikan. Ia menyewa sebuah lapak di
pasar. Pada hari pertama, ia mulai fokus berjualan ikan segar di pasar. Ia pun
memasang papan pengumuman bertuliskan,
“DI SINI JUAL IKAN SEGAR”
Tak lama datanglah seorang pengunjung
pertama di lapaknya. Pengunjung tersebut lantas menanyakan tentang papan
pengumuman yang dipasang Juned di depan lapaknya.
“Anda ini ada-ada saja. Kenapa
anda tuliskan kata DI SINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau anda
berjualan ikan DI SINI bukan DI SANA?”
Juned membaca ulang papan
pengumumannya,
“Benar juga, ya!” pikir Juned.
Lalu Juned menghapus kata “DI
SINI”, sehingga tinggal tulisan “JUAL IKAN SEGAR”.
“Nah, gini baru benar,” gumam
Juned.
Tak lama kemudian datang
pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisan di papan pengumumannya, “Mengapa
kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual
adalah ikan segar, bukan ikan busuk?”
Juned membaca ulang papan
pengumumannya,
“Benar juga ya,” pikir Juned.
Lalu dihapusnya kata “SEGAR”,
sehingga tinggal tulisan “JUAL IKAN”.
Sesaat kemudian datanglah
pengunjung ketiga yang lagi-lagi menanyakan tulisannya,
“Mengapa kau tulis kata JUAL?
Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?”
“Haha iya juga ya,” pikir Juned.
Lalu dihapusnya kata JUAL dan
tinggallah tulisan “IKAN”.
Selang beberapa waktu kemudian,
datanglah pengunjung keempat, yang juga menanyakan plakatnya,
“Mengapa kau
tulis kata IKAN? Semua orang juga tahu kali bang kalo ini itu ikan, bukan kerupuk.”
Lagi-lagi Juned setuju, “Benar
juga”
Lalu diturunkannya papan
pengumuman itu.
“Menuruti semua pendapat orang
lain hanya akan menyita energi kita”
Menurut Rif’an (2011), kita tak
akan pernah bisa memuaskan semua orang dengan tindakan kita. Pasti ada orang
yang kontra dengan setiap keputusan yang kita ambil. Bila kita tetap memaksakan
ingin memuaskan semua orang, kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Orang yang berprinsip tidak akan
termakan dengan omongan orang lain, dia akan tetap yakin terhadap prinsipnya.
Tidak ada orang yang dapat meraih kesuksesannya tanpa berprinsip. Chairul
Tanjung adalah contoh dari sekian banyak orang sukses yang memiliki prinsip
dalam hidupnya. Chairul Tanjung berasal dari keluarga kalangan menengah ke
bawah, dimana Chairul Tanjung bersama orangtua dan keenam saudaranya terpaksa
menjual rumah mereka dan pindah ke kamar losmen yang sempit. Hal ini
dikarenakan usaha ayahnya yang harus ditutup secara paksa karena berseberangan
secara politik dengan penguasa pada masa itu. Namun, Chairul Tanjung tidak
ingin hidup seperti itu seterusnya, beliau tetap bersekolah hingga berhasil lulus
sebagai mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Beliau sempat
berdagang kecil-kecilan untuk membayar uang kuliahnya karena kondisi finansial
yang tidak menguntungkan pada saat itu. Demi membiayai kebutuhan kuliahnya, ia
pernah berdagang buku-buku kuliah, fotokopi hingga jasa pembuatan kaos. Ia juga
pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah
Senen, Jakarta Pusat walaupun pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Namun siapa
sangka, saat ini Chairul Tanjung dikenal sebagai orang terkaya urutan ke-937 di
dunia versi majalah Forbes. Itu semua dicapai karena Beliau memiliki prinsip
dalam hidupnya untuk menjadi orang yang sukses.
“Setiap orang mempunyai potensi
yang besar sekali. Sangatlah mungkin mengubah diri kita menjadi lebih baik,
bahkan kita pun dapat mengubah dunia”
Marilah kita tentukan prinsip
untuk hidup kita sendiri agar kita bisa memperbaiki hidup kita bahkan mengubah
dunia. Namun ada satu hal yang perlu diingat, berprinsiplah dengan baik dan
untuk kebaikan agar hidup kita selalu dikelilingi dengan kebaikan pula.
DAFTAR PUSTAKA
Tehrani, Mahdi Hadawi. 2014. Pemuda Dambaan Surga: Nasihat Bagi Generasi
Muda. Jakarta: Penerbit Citra.
Rif’an Ahmad Rifa’i. 2011. Man Shabara Zhafira. Jakarta: PT.
Gramedia.
Vashdev, Gobind. 2012. Happiness Inside. Jakarta: Penerbit
Noura Books.
DAFTAR LINK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar