Kamis, 09 November 2023

Mengatasi Tantangan Moral di Lingkungan Pendidikan

 



Saat ini, seringkali kita mendengar bahwa Indonesia sedang mengalami krisis moral. Degradasi moral telah menggejala dalam kehidupan masyarakat, demikian halnya dengan para pelajar dan mahasiswa. Sebagian dari mereka banyak yang melakukan tindakan-tindakan tidak bermoral. Moral merupakan peraturan atau standar social yang mengatur tingkah laku orang-orang di dalam suatu kebudayaan. Dengan demikian, moral berkaitan dengan prinsip baik dan buruk yang diwujudkan dalam perilaku sebagai gambaran dari keadaan jiwa, tabiat seseorang; dan komponen-komponen moral yang setidaknya terdiri atas pertimbangan moral (keadaan batini) dan perilaku moral (keadaan lahiri). Untuk membentuk moral seseorang menjadi baik diperlukan serangkaian usaha-usaha konkrit yang bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan.

 

Pendidikan moral adalah proses penanaman, pengembangan dan pembentukan akhlak yang mulia dalam diri seseorang dengan tujuan mencapai kesempurnaan moral. Selain itu, tujuan lain dari pendidikan moral yaitu membentuk kesempurnaan jiwa, dimana tindakan moral yang dilakukan seseorang sudah menyatu dalam dirinya, sehingga berprilaku baik tanpa melalui proses berfikir. Adapun faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam pendidikan moral antara lain.\

a. Pembiasan (codisioning) yang didalamnya diperlukan adanya re inforcement, baik berupa reward maupun punishment terhadap perilaku moral. Dari adanya pembiasan ini, internalisasi nilai moral yang di ajarkan oleh pendidik akan dapat diwujudkan dalam diri peserta didik. Mereka akan menyadari perilaku moral mana yang harus di amalkan dan mana yang harus dihindari, sehingga memunculkan suatu kebiasaan yang selanjutnya akan membentuk watak atau tabiat.

b. Pengembangan berfakir kritis terhadap alasan dan tujuan perilaku moral, yang didalamnya diperlukan adanya diskusi yang intens mengenai pertimbangan moral (alasan melakukan suatu perilaku moral), serta tujuan dan akibat dari tindakan moral. Dari adanya pemikiran kritis akan dimungkinkan mengembangkan perilaku moral dari suatu perilaku moral yang hanya berpusat untuk dirinya menuju pada perhatian kepada orang lain. Dimana perilaku moral yang dilakukan tidak hanya didasarkan pada pertimbangan suatu akibat (menguntungkan dan merugikan), tetapi memperhatikan aturan atau kesepakatan sosial, serta nilai universal yang dijunjung oleh masyarakat.  


Dalam lingkungan pendidikan, ajaran moral tentunya tidak lepas dari berbagai permasalahan yang dapat menyebabkan kesenjangan (moralitas) antara kondisi ideal output lembaga pendidikan dan kenyataan yang dijumpai dan dianggap kurang optimal. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Formulasi pendidikan moral dan lemahnya sistem evaluasi pendidikan moral

Jika dilihat dari pelaksanaan pendidikan moral di sekolah maupun perguruan tinggi, maka bisa diketahui bahwa penanaman dan pembentukan nilai-nilai moral cenderung dibekukan dalam suatu bentuk mata pelajaran atau mata kuliah, yang mana kualifikasi tercapainya terdapat pada nilai dengan menekankan kemampuan seseorang dalam menjawab soal-soal tentang pendidikan moral. Padahal, nyatanya hal itu belum tentu menjamin tercapainya perkembangan moral yang baik sebab untuk menilai perkembangan moralitas seseorang diperlukan penilaian terhadap realisasi perilaku moral dalam setiap lingkungan kehidupan. Akan tetapi, perilaku moral peserta didik tidak tercakup dalam sistem evaluasi pendidikan, bahkan tidak menjadi acuan dalam kelulusan. Dari hal tersebut dapat dipahami alasan perkembangan moral peserta didik tidak mencapai taraf moral yang baik. Hal ini dikarenakan perhatian mereka tidak tertuju untuk merealisasikan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam kehidupan nyata, tetapi lebih konsentrasi pada penguasaan materi dan kemampuan menjawab soal-soal formal dalam ujian.

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan tidak membebankan keberhasilan pendidikan moral pada mata pelajaran atau mata kuliah, tetapi harus disertai pula hidden kurikulum (kurikulum tersimpan) yang disusun oleh masing-masing tenaga pendidik.

2. Lemahnya unsure conditioning dalam pendidikan moral

Permasalahan moral selanjutnya adalah lemahnya unsur conditioning. Dari hal ini, dapat dipahami latar belakang terjadinya kesenjangan (dalam moralitas) antara kondisi ideal output pendidikan dan kenyataan yang ada. Seperti yang diketahui, pendidikan moral berupaya untuk menanamkan dan membentuk perkembangan moral peserta didik hingga masuk ke tahap yang sempurna. Dalam proses tersebut dibutuhkan adanya pembiasan (conditioning) terhadap tahap perilaku moral yang diajarkan. Hal itu dapat didukung dengan pemberian reinforcement berupa reward untuk mereka yang tindakan yang bermoral dan punishment untuk mereka yang melakukan tindakan yang tidak bermoral.  Dengan begitu, akan terjadi proses internalisasi nilai moral dalam peserta anak. Jika pembiasan tersebut tidak berjalan dengan baik dalam diri peserta didik, maka dapat mengakibatkan tidak tercapainya integrasi nilai moral dalam kehidupan mereka. Di lingkungan pendidikan, upaya pembiasaan dalam membentuk perilaku moral yang diharapkan kurang mendapat perhatian yang maksimal. Sebagai contoh, perilaku yang kurang baik seperti berbohong cenderung tidak mendapatkan teguran, seolah menganggapnya sebagai hal yang wajar. Dengan begitu, perilaku tersebut menjadi pembiasaan dalam kehidupannya.

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan pembentukan perilaku moral oleh keluarga sebagai lembaga pertama dan orang tua sebagai pendidik primer/utama. Orang tua sangat perlu menanamkan nilai-nilai positif kepada anak sejak dini sebagai bekalnya menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kalau anak sudah terbiasa melakukan perbuatan baik di rumah/dilingkungan keluarganya, maka kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam akan mengikuti seterusnya pada perilaku anak di luar lingkungan keluarga misalnya di sekolah, di kantor, di lingkungan bermain dan sebagainya.

3. Kurang mendukungnya unsure modeling

     Peserta didik cenderung mengikuti figure yang mereka sukai, semakin tinggi tingkat kesukaan mereka terhadap suatu figure, maka semakin berpengaruh perilaku figure melalui proses modeling. Di lingkungan pendidikan, segala tindakan (perilaku moral) pendidik akan cenderung ditiru oleh murid yang mengidolakannya, sehingga pendidik tersebut harus mampu menjadi teladan bagi anak didiknya. Namun, berdasarkan pengamatan, ternyata peserta didik lebih banyak menjadikan para selebritis (artis, politis, birokasi) sebagai figure idola mereka. Ini berarti perilaku moral yang baik dari pendidik selaku figure teladan dalam proses penanaman dan pengembangan moral cenderung kurang mendapatkan respon positif. Hal tersebut bisa saja menyebabkan terjadinya pertentangan dalam proses modeling apabila figure yang mereka tiru tidak memiliki moral yang baik.

     Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan membangun hubungan dan ikatan yang erat antara pendidik dan peserta didik. Dengan begitu, secara sadar maupun tidak sadar nantinya peserta didik akan menjadikan pendidik sebagai role modelnya dalam kehidupan.

 

Kesimpulan                                                    

Moral seseorang dapat dikembangkan ke arah yang lebih sempurna. Upaya ini tentunya harus ditempuh melalui proses pendidikan moral. Pendidikan moral tersebut berupaya mengarahkan peserta didik untuk mengikuti tahapan perkembangan moral dengan baik. Proses penanaman dan pembinaan serta pengembangan peserta didik di lembaga pendidikan merupakan langkah awal membentuk moral sejak dini. Dengan menerapakan pembiasaan, peniruan dan pemberian contoh yang baik serta pemahaman terhadap pertimbangan dan perilaku moral diharapkan lembaga pendidikan dapat mengeluarkan output yang sesuai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 M. Kurtines, Wiliam. 1992. Moralitas, Perilaku, dan Perkembangan Moral. Jakarta:UI.

Hamidah, Nur. 2023. Menghadapi Tantangan Pembenahan Moral dan Karakter Bangsa.


 

                                                                                                                                                 

                                                                                                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar