Tampilkan postingan dengan label @P04-RAHMATIKA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label @P04-RAHMATIKA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Januari 2020

Proaktif

Proaktif
Oleh : Rahmatika Chasania Meilani
(@P04-RAHMATIKA)

Abstrak
Bersikap proaktif lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif berarti bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri, baik di masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang. Bersikap proaktif juga berarti mampu membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang berlaku. 
Pemimpin Yang Proaktif akan mampu membuat keputusan secara bijak dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut, tanpa terpengaruh suasana hati atau keadaan.  Bila dihadapkan dengan kondisi yang kurang kondusif ataupun keadaan dimana semua orang melakukannya, Pemimpin yang Proaktif tidak reaktif, tidak ikut-ikutan, dan tidak menyalahkan orang lain atas kondisi tersebut.
Pemimpin Yang Proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan. Mereka bertekad menjadi pendorong yang kreatif dalam hidup mereka sendiri, dan mereka menjadi inspirasi bagi orang lain. 

Kata Kunci : Reaktif, Proaktif

       I.            Pendahuluan
·         Sikap Menurut KBBI
Apa itu sikap? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sikap adalah segala perbuatan dan tindakan yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan yang dimiliki. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap segala sesuatu, bisa berupa objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mempunyai tiga komponen utama, yaitu kesadaran, perasaan, dan perilaku.

    II.            Permasalahan
Bagaimana bersikap terhadap lingkungan? Apa yang dimaksud dengan Reaktif dan Proaktif? Ciri-ciri sikap reaktif dan proaktif?

 III.            Pembahasan
a.      Reaktif Menurut KBBI
Apa itu reaktif? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), reaktif adalah sifat cenderung, tanggap, atau segera bereaksi terhadap sesuatu yang timbul atau muncul. Reaktif merupakan reaksi negatif seseorang terhadap lingkungan. Orang reaktif sering merasa menjadi korban. Mereka tidak bisa mengambil peluang yang ada, belum sepenuhnya sadar akan tanggung jawabnya, dan suka menyalahkan orang lain. 
Selain itu, ciri-ciri sikap reaktif juga tidak memiliki visi ke depan, tidak aktif, dan tidak memiliki keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sikap reaktif dipengaruhi dan digerakkan oleh lingkungan fisik mereka, perasaan, dan masa lalu.
Ciri-Ciri Sikap Reaktif
Bahasa orang reaktif membebaskan dari tanggung jawab. Biasanya, orang reaktif menggunakan bahasa reaktif seperti “Saya tidak bisa..”, “Seandainya..”. Orang reaktif percaya bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan dan lakukan, karena mereka merasa tidak punya pilihan.
Ciri-ciri orang yang reaktif antara lain:
Ø  Sangat mudah tersinggung
Ø  Cenderung menyalahkan orang lain
Ø  Cepat marah (lalu menyesal)
Ø  Selalu merasa menjadi korban atas situasi yang menimpa dirinya
Ø   Berubah hanya kalau perlu

b.      Proaktif Menurut KBBI
Sedangkan kebalikan dari sikap reaktif adalah sikap proaktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proaktif adalah tindakan yang lebih aktif. Kata proaktif berarti lebih daripada sekedar mengambil inisiatif. Pengertian proaktif sering dikatakan sebagai lawan kata dari tindakan reaktif. Arti kata proaktif ini sering digunakan di dalam konteks pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. 
Kata ini mengandung arti, bahwa sebagai manusia, kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Jadi, ciri-ciri sikap proaktif lebih kepada keaktifan individu dalam merespon segala hal yang terjadi di dalam hidupnya. 
Contoh cara berpikir proaktif tercerminkan pada orang-orang yang sangat proaktif dalam mengenali tanggung jawab mereka. Selain itu, mereka juga tidak menyalahkan keadaan, masa lalu, dan kondisi. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, yang berdasar nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka yang berdasar perasaan dan masa lalu mereka.
Sikap proaktif sangat penting sekali dalam berbisnis, karena seseorang mampu menangkap peluang yang ada, memiliki visi yang jelas kedepan, selalu aktif dan memikirkan apa yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sikap proaktif telah disebutkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif dalam buku The 7 Habits Of Highly Effective People, “Jadilah proaktif”. Proaktif berkaitan dengan mengambil tanggung jawab untuk hidup Anda. Anda tidak bisa terus menyalahkan segala sesuatu pada lingkungan atau orang lain. Orang proaktif sadar bahwa mereka mampu merespon sesuai keinginannya.
Ciri-ciri Sikap Proaktif
Lalu, apa saja tanda bahwa kita telah berpikir proaktif? Berikut adalah ciri-ciri sikap proaktif:
Ø  Tidak mudah tersinggung pada apa yang membuat pada sesuatu yang tidak sesuai
Ø  Bertanggung jawab terhadap tindakannya sendiri dan memilih berfikir sebelum bertindak.
Ø  Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain.
Ø  Fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah dan tidak mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
Ø  Tidak menyalahkan keadaan ataupun kondisi lingkungan jika seandainya ada yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Ø  Mampu mengambil keputusan yang tepat walaupun pada situasi yang sangat sulit.
Ø  Orang proaktif biasanya menggunakan bahasa proaktif, seperti: “Saya bisa”, “Saya akan”, karena mereka berpikir positif pada setiap keadaaan.

 IV.            Kesimpulan dan Saran
Jadilah Proaktif
Tidak ada bisnis apapun yang tidak menghadapi kompetisi, selalu ada persaingan. Untuk memenangkan persaingan itu diperlukan sikap proaktif. Orang proaktif cenderung mampu beradaptasi dengan segala kondisi, dan mampu memanfaatkan peluang untuk meraih kesuksesan. Sebaliknya, orang reaktif cenderung mengeluh terhadap segala masalah yang menimpa dirinya, dan sulit untuk maju. 
Pendekatan berpikir proaktif yaitu, dari dalam ke luar, artinya mulai dari diri sendiri, lebih menuntut diri sendiri dahulu daripada menuntut orang lain. Sedangkan pendekatan berpikir Reaktif adalah mulai dari luar ke dalam, artinya lebih menuntut orang lain dulu daripada menuntut diri sendiri, menyalahkan masa lalu dan menyalahkan keadaan.
Sikap proaktif akan berdampak untuk kemajuan kelompok dan perkembangan pribadi yang bertanggung jawab (karena didasari oleh sistem nilai dan mengenal tanggung jawab masa depan), sedangkan sikap reaktif tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Dampak dari sikap  reaktif hanya memperkeruh suasana, menghambat perkembangan diri dan kelompok. Seperti sebotol cola yang dikocok, saat tutupnya terbuka, air cola menyembur ke segala arah dan merusak hal-hal di dekatnya. Sikap reaktif bukan hal yang Anda butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Menjadi Proaktif adalah bukti bahwa anda mampu mengendalikan, memimpin diri Anda sendiri. Dan jika anda tidak mampu memimpin diri Anda sendiri dengan bersikap Reaktif, anda sudah gagal sebelum mulai memimpin orang lain.

Adil


Adil
Oleh : Rahmatika Chasania Meilani
(@P04-RAHMATIKA)


Abstrak
Adil adalah persoalan sehari-hari dalam hidup kita. Adil juga perkara besar yang diurus negara. Adil adalah isu sepanjang masa dalam sejarah manusia. 
Adil itu sangat mudah. Tapi adil juga rumit dan mahal. Kita meyebutkan kata 'adil' dalam Pancasila, dasar negara kita itu. Di sila ke-2 Pancasila kita itu, kata adil disandingkan dengan kata beradab, cita-cita kemanusiaan yang ingin kita wujudkan dalam kehidupan bernegara kita. Adil dan beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kita mencita-citakan kemanusiaan yang seperti itu setelah pengakuan dan penghambaan kita terhadap kekuasaan, Tuhan di pasal sebelumnya. Pasal yang pertama. Kita mendahulukan ketuhanan sebelum kemanusiaan kita.

Kata Kunci : Adil

       I.            Pendahuluan
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku. Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama.
Penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri, saat di mana berperilaku adil terasa berat dan sulit. Kedua, keadilan adalah milik seluruh umat manusia tanpa memandang suku, agama, status jabatan ataupun strata sosial. Ketiga, di bidang yang selain persoalan hukum, keadilan bermakna bahwa seseorang harus dapat membuat penilaian obyektif dan kritis kepada siapapun. Mengakui adanya kebenaran, kebaikan dan hal-hal positif yang dimiliki kalangan lain yang berbeda agama, suku dan bangsa dan dengan lapang dada membuka diri untuk belajar serta dengan bijaksana memandang kelemahan dan sisi-sisi negatif mereka.

    II.            Permasalahan
 Apakah yang dimaksud dengan adil? Mengapa keadilan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari? Siapa sajakah yang berlaku adil? Manfaat perilaku adil dalam kehidupan sehari-hari dan dimata agama?

 III.            Penyelsaian
Pengertian adil adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. kata ADIL adalah suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, tidak ada pilih kasih dan masih banyak lagi persepsi yang lainnya. Menurut bahasa adil mempunyai arti meletakkan sesuatu pada tempatnya atau dapat diartikan tidak berat sebelah, tidak memihak dengan kata lain berlaku adil adalah memperlakukan hak dan berpegang pada kebenaran. Adila1 sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak: keputusan hakim itu --;2 berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; 3sepatutnya; tidak sewenang-wenang.
al-Khotib al-Badawi berpendapat bahwa pengertian adil dalam ilmu hadis adalah rawi yang menjalankan segala kewajiban, menepati segala yang diperintahkan, menjaga hal-hal yang dilarang, menjauhi hal-hal yang keji oleh syara', bersungguh-sungguh dalam menjalankan taqwa dan kewajiban dan menjaga ucapannya yang dapt merusak agama dan muru'ah.

 IV.            Kesimpulan dan Saran
Perilaku adil, sebagaimana disinggung di muka, merupakan salah satu tiket untuk mendapat kepercayaan orang; untuk mendapatkan reputasi yang baik. Karena dengan reputasi yang baik itulah kita akan memiliki otoritas untuk berbagi dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dengan orang lain. Tanpa itu, kebaikan apapun yang kita bagi dan sampaikan hanya akan masuk ke telinga kiri dan keluar melalui telinga kanan. Karena, perilaku adil itu identik dengan konsistensi antara perilaku dan perkataan.

Senin, 09 Desember 2019

Kerja Sama


Kerja Sama
Oleh : Rahmatika Chasania Meilani
(@P04-RAHMATIKA)



Abstrak
Kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial antara orang-perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan dengan kelompoknya (in group) dan kelompok lainnya (out group). Kerja sama yang baik akan memotivasi setiap individu untuk melakukan bentuk usaha / upaya yang terbaik didalam tim nya.

Kata Kunci : Kerja Sama

       I.            Pendahuluan
Kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial antara orang-perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan dengan kelompoknya (in group) dan kelompok lainnya (out group). Menurut Charles H. Cooley kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan kesadaran terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya.

    II.            Permasalahan
Apakah kerja sama yang baik itu? Faktor-faktor pendorong kerja sama? Motivasi seseorang atau suatu kelompok melakukan kerja sama? Manfaat kerjasama?

 III.            Pembahasan
A.       Kerjasama yang baik itu ialah:
1        Masing-masing anggota saling menghargai dan menghormati pendapat tiap- tiap anggota jika berkumpul menyelesaikan suatu tugas.
2        Tiap-tiap anggota memiliki kemampuan untuk memikat perhatian klient
3        Kelompok team memiliki pesona tersendiri atau ada yang menonjol dari kelompoknya.
4        Anggota kelompok memiliki etos kerja, komitment dan tanggung jawab yang besar dalam berorganisasi.
5        Meningkatkan profesionalitas dalam bekerjasama merancang sesuatu project kerja.

B.       Faktor-faktor pendorong bentuk kerjasama
Motivasi seseorang atau suatu kelompok melakukan kerja sama dengan pihak lain, dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini.
1        Orientasi perorangan terhadap kelompoknya sendiri yang meliputi arah, tujuan, atau kepentingan-kepentingan lain. Untuk mencapainya setiap anggota kelompok mengharapkan dan mengandalkan bantuan dari anggota kelompoknya. Misalnya kerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok.
2        Ancaman dari luar (musuh bersama) yang dapat mengancam ikatan kesetiaan atau persaudaraan yang secara tradisional dan institusional telah tertanam di setiap anggotam kelompoknya. Misal, adanya semangat membela tanah air dari setiap ancaman dan gangguan dari negara lain.
3        Rintangan dari luar. Untuk mencapai cita-cita kelompoknya kadang-kadang muncul kekecewaan atau rasa tidak puas karena apa yang diinginkan tidak tercapai. Hal inilah yang menimbulkan sifat agresif dan membutuhkan kerja sama di antara anggotanya.
4        Mencari keuntungan pribadi. Dalam kerja sama, seseorang kadang berharap mendapatkan keuntungan yang diinginkan, hal inilah yang mendorong untuk bekerja sama. Motivasi ini biasanya tidak baik sehingga terkadang dapat menimbulkan perpecahan.
5        Menolong orang lain. Kerja sama dilakukan semata-mata hanya untuk meringankan beban penderitaan orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Misalnya kerja sama mengumpulkan dana untuk korban bencana alam.

C.       Adapun beberapa manfaat kerjasama tersebut antara lain:
1      Kerja sama diyakini dapat mendorong timbulnya persaingan di dalam proses pencapaian tujuan, yang mana kemudian hal tersebut akan memicu peningkatan produktivitas setiap individu dalam kelompok. Ya, ini tentu menjadi satu keuntungan yang akan memberi dampak positif dalam suatu kelompok.
2      Kerja sama yang baik akan memotivasi setiap individu untuk melakukan bentuk usaha / upaya yang lebih baik dan bekerja lebih aktif serta produktif dan efisien. Membuat segala kegiatan menjadi lebih berkualitas.
3      Melalui kerja sama, akan tercipta suatu sinergi yang kemudian akan membuat berkurangnya biaya operasionalisasi yang disebabkan karena peningkatan terhadap daya saing yang terjadi di dalam kelompok.

Semangat


Semangat
Oleh : Rahmatika Chasania Meilani
(@P04-RAHMATIKA)



Abstrak
Semangat  dan gairah adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang. Bagaimana mungkin kamu akan tetap bersemangat dalam menjalani hari-harimu tanpa adanya tujuan yang jelas. Tetapkan apa tujuanmu di masa depan. Ini akan membuatmu tetap semangat dalam menjalani harimu. Jadi, sebelum kamu tidur di malam hari, usahakan untuk merencanakan apa yang akan kamu lakukan esok hari. Ini akan membuat harimu lebih terarah dan teratur. Sehingga kita tidak akan merasa bingung lagi, apa yang seharusnya kita lakukan hari ini. 

Kata Kunci : Semangat

       I.            Pendahuluan
Semangat  dan gairah adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang. Semangat, dalam pengertian umum, digunakan untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya. Menurut KBBI Semangat adalah roh kehidupan yang menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati (menurut kepercayaan orang dulu dapat memberi kekuatan.)

    II.            Permasalahan
Lalu bagaimana cara supaya kita memiliki karakter yang bersemangat ? Bagaimana cara yang bisa digunakan untuk membuat hidup jadi lebih bersemangat? Seberapa penting memiliki karakter semangat dalam kehidupan sehari-hari?

 III.            Pembahasan
Berikut beberapa cara yang bisa digunakan untuk membuat hidup jadi lebih bersemangat.
1           Nikmati cahaya matahari
Kekurangan sinar matahari merupakan salah satu alasan mengapa orang merasa mudah lelah. Penelitian menunjukkan bahwa cahaya matahari bisa merangsang berbagai senyawa kimia di otak untuk meningkatkan mood. Untuk mendapatkan energi yang lebih banyak, sering-seringlah berjemur di bawah sinar matahari pagi. Hal ini akan membuat Anda lebih bersemangat karena bisa menghirup udara pagi yang segar, dan lebih bersyukur karena masih bisa menikmati hari ini. 
2           Jalan-jalan pagi
Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa jalan kaki di pagi hari selama 10 menit bisa meningkatkan energi seseorang, dan menurunkan ketegangan tubuh sehingga jadi lebih rileks.
3           Bergerak dengan penuh energi
Untuk menghasilkan energi lebih banyak, cobalah untuk melakukan berbagai gerakan yang dinamis. Ketimbang meminta asisten rumah tangga di kantor untuk memfotokopi dokumen di lantai bawah, lebih baik Anda sendiri yang turun untuk melakukannya. Aktivitas ringan ini akan membantu mencegah tubuh terasa lesu karena terlalu lama duduk dan berakhir dengan rasa kantuk.
4           Dengarkan lagu favorit Anda
Musik bisa merangsang pendengaran untuk mempengaruhi suasana hati dan meningkatkan energi.
5           Ngobrol dengan teman
Dengan melakukan hal ini, Anda tak hanya bisa menyerap energi dari interaksi dengan teman. Anda juga bisa menangkap emosi mereka, sehingga energi positif dan semangat mereka bisa menular dan membangkitkan semangat Anda kembali.
6           Membersihkan meja kerja
Meja kerja yang berantakan akan menurunkan gairah untuk bekerja, karena Anda merasa ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Saat bosan dan tak bersemangat untuk bekerja, coba rapikan meja kerja Anda di kantor. "Saat merasa tak bisa menjalani pekerjaan dengan bersemangat, saya merapikan meja kerja. Sesaat kemudian saya merasa bahagia," ungkap Gretchen. Merapikan meja kerja akan membantu Anda untuk menciptakan kesan seolah-olah pekerjaan Anda sudah selesai.
7           Mencoret daftar pekerjaan yang sudah dilakukan
Kita biasanya membuat semacam "to-do-list" untuk dilakukan sepanjang hari. Dari menyiapkan bahan presentasi untuk meeting di kantor, memesan air mineral dalam galon, membuat janji untuk konsultasi dengan dokter, sampai mengantar si kecil membeli bahan-bahan untuk tugas sekolah. Tanpa disadari, daftar pekerjaan seperti ini bisa membuat Anda merasa terbebani. Lain kali, coba berikan prioritas untuk pekerjaan yang harus dilakukan lebih dulu. Setelah selesai satu pekerjaan, coret pekerjaan tersebut dari daftar Anda. Jika ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan sepulang dari kantor, pindahkan pekerjaan tersebut pada bagian terbawah dari daftar Anda.

 IV.            Kesimpulan dan Saran
Tak masalah seberat apapun beban yang kamu pikul saat ini, sesulit apapun situasi yang kamu hadapi sekarang, tetaplah untuk fokus kepada apa yang sedang kamu rencanakan. Yakinlah kepada diri sendiri bahwa kamu bisa melewati ini semua. Saat kamu merasa jenuh dengan usaha yang sedang kamu lakukan, ingatlah bahwa ini akan sangat indah sekali saat kamu bisa mncapai apa yang menjadi tujuanmu. Dan ingatlah bahwa tidak akan ada yang bisa menghentikan impianmu, kecuali diri kamu sendiri. Never give up! 

Senin, 25 November 2019

Mengendalikan Diri (Self control)


Mengendalikan Diri (Self control)
Oleh : Rahmatika Chasania Meilani
(@P04-RAHMATIKA)



Abstak
Self control atau kontrol diri merupakan salah satu kompetensi pribadi yang perlu dimiliki oleh setiap individu. Perilaku yang baik, konstruktif, serta keharmonisan dengan orang lain dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk mengendalikan dirinya. Self control yang berkembang dengan baik pada diri individu akan membantu individu untuk menahan perilaku yang bertentangan dengan norma sosial. Tangney, dkk (2004,) menyatakan bahwa “Central to our concept of self control is the ability to override or change one’s inner responses, as well as to interrupt undesired behavioral tendencies and refrain from acting on them”. Pusat dari konsep pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengesampingkan atau mengubah tanggapan batin, serta untuk menekan kecenderungan perilaku yang tidak diinginkan dan menahan diri dari tindakan menyimpang.
Tingkah laku individu ditentukan oleh dua variabel yakni variabel internal dan variabel eksternal. Sekuat apapun stimulus dan penguat eksternal, perilaku individu masih bisa dirubah melalui proses kontrol diri (Skinner dalam Alwisol, 2009). Artinya meskipun kondisi eksternal sangat mempengaruhi, dengan kemampuan kontrol diri individu dapat memilih perilaku mana yang akan ditampilkan.

Kata Kunci : self-control, Pengendalian Diri

       I.            Pendahuluan
Chalhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan pengendalian diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Golfried dan Merbaum, mendefinisikan pengendalian diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsukuensi positif. Selain itu, pengendalian diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011:22)
Menurut Mahoney & Thoresen, pengendalian diri merupakan jalinan yang secara utuh (intergrative) yang dilakukam individu terhadap lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi.

    II.            Permasalahan
Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersifat hangat, dan terbuka 
Berdasarkan konsep Averill, terdapat 3 jenis kemampuan mengendalikan diri yang meliputi 3 aspek. Averill menyebut pengendalian diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (behavioral control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol kepuasan (decisional control) (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011: 29-31)
Menurut Gilliom et al (dalam Singgih D. Gunarsa, 2009), ada beberapa sub-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan pengendalian diri ( self-control ) dalam diri individu. Keseluruhan sub-faktor tersebut termasuk dalam faktor emotion regulation (terdiri dari active distraction , passive waiting , information gathering , comfort seeking , focus on delay object/task , serta peak anger ).

 III.            Pembahasan
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kontrol diri (self control) adalah kemampuan seseorang untuk membimbing tingkah lakunya sendiri, mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya yang berhubungan dengan orang lain, lingkungan, pengalaman yang bersifat fisik maupun psikologis untuk memperoleh tujuan di masa depan dan dinilai secara sosial.

Macam-macam Kontrol Diri
Menurut Skinner (dalam Hassassana, 2015), berdasarkan konstruknya, kontrol diri dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1.      Objective Control
Objective control atau sering disebut actual control adalah kontrol diri yang dimunculkan oleh individu secara nyata dalam suatu situasi tertentu.
2.      Subjective Control
Subjective control atau sering disebut perceived control yaitu keyakinan yang dimiliki oleh individu bahwa individu tersebut memiliki kontrol diri.
3.      Experiences Control
Experiences control yaitu perasaan yang dimiliki oleh individu pada saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan pada saat yang sama individu akan berusaha mencapai suatu hasil tertentu atau menghindari hasil yang tidak diinginkan.

Ciri-Ciri Kontrol Diri
Menurut Ghufron & Risnawati (dalam Wulandari, 2015) mengatakan ciri-ciri kontrol diri diantaranya yaitu;
·         Kemampuan mengontrol perilaku;
·         Kemampuan mengontrol stimulus;
·         Kemampuan mengantisipasi peristiwa;
·         Kemampuan menafsirkan peristiwa;
·         Kemampuan mengambil keputusan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontrol diri yaitu :
1. Orientasi Religius
Bergin (dalam Dewi, 2014), orientasi religius dapat memiliki beberapa konsekuensi positif, termasuk variabel kepribadian seperti kecemasan, kontrol diri, keyakinan irasional, depresi dan sifat kepribadian lain. Orientasi religius berkorelasi positif dengan kontrol diri, disamping itu ada hubungan antara religius dan kepribadian positif.
2. Pola Asuh Orang Tua
Disiplin yang diterapkan orangtua merupakan hal yang penting dalam kehidupan, karena dapat mengembangkan self control dan self direction, sehingga seseorang bisa mempertanggungjawabkan dengan baik segala tindakan yang dilakukannya. Hurlock (dalam Hassassana, 2015).
3. Faktor Kognitif
Menurut Mischee, dkk (dalam Dewi, 2014), kemampuan individu untuk mengendalikan diri dipengaruhi oleh perencanaan yang baik dalam bertindak. Individu dapat melakukan berbagai usaha untuk mengendalikan dirinya dengan cara berusaha untuk tidak melihat stimulus melainkan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian stimulus. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi kontrol diri adalah orientasi religius, pengaruh pola asuh orang tua, dan faktor kognitif.

 IV.            Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan paparan para ahli, dapat disimpulkan self control merupakan kemampuan individu yang bermanfaat untuk mencegah, mengatur, dan mengelola dorongan dalam diri agar tidak melanggar standar moral yang berlaku untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar. Self control dapat membuat individu menampilkan perilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungannya sehingga tidak akan menimbulkan keresahan dalam berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain.

Daftar Pustaka
Pradana, Ksatria; Sasalarasati; Fahmaromansyah; Putra, Billy. 2017. Apa Yang Dimaksud Dengan Pengendalian Diri atau Self-Control - Dicitia. https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-pengendalian-diri-atau-self-control/8224 (Diakses 25 November 2019)