Oleh : Muhamad Aldy Firdausi Noveri
Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi,
perasaan, temparmen, ciri khas dan juga prilaku seseorang. Sikap perasaan
ekspresi & tempramen tersebut akan terwujud dalam tindakan seseorang kalau
di hadapkan kepada situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan
prilaku yang baku/berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai
situasi yang sedang di hadapi, sehingga jadi ciri khas pribadinya.
- Menurut, Theodore R. Newcombe –
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai
latar belakang terhadap perilaku.
- Lalu menurut, Yinger –
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan
sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian
instruksi.
- Sedangkan menurut, Cuber –
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan
dapat dilihat oleh seseorang.
- Dan menurut, M.A.W Bouwer –
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan,
dorongan, keinginan, opini & sikap-sikap seseorang.
Faktor-faktor pembentukan kepribadian
Berikut ini 3 faktor yang membentuk
kepribadian seseorang, yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan dan juga
faktor budaya. Ini penjelasan singkatnya :
a.
Faktor keturunan
Faktor pertama yang membentuk kepribadian seseorang adalah
faktor keturunan, ini disebabkan karena warisan dari orang tua adalah pembentuk
kepribadian yang pertama pada diri seseorang. Akan tetapi kepribadian ini juga
dapat berubah sesuai dengan perkembangan di lingkungan masyarakat tersebut.
b.
Faktor lingkungan
Faktor pembentuk kepribadian seseorang setelah faktor
keturunan adalah faktor lingkungan. Di mana lingkungan merupakan faktor utama
yang dapat mempengaruhi atau merubah kepribadian seseorang, seseorang yang
berada di lingkungan yang baik pasti ia akan cenderung berbuat baik, bila
dibandingkan dengan seseorang yang berada di lingkungan yang buruk. Misal saja,
ada seseorang yang berada di lingkungan yang banyak orang mabuk, maka bisa-bisa
seseorang tersebut ikut-ikutan untuk mabuk.
c.
Faktor budaya
Setelah
faktor lingkungan, faktor yang membentuk kepribadian seseorang yang ketiga
adalah faktor budaya. Di mana budaya ini merupakan salah satu yang menjadi
pembentuk kepribadian, budaya ada juga yang mengartikan dengan suatu kebiasaan.
Misalkan saja, budaya yang berkembang di suatu daerah tertentu adalah budaya
yang islami, maka apabila ada seseorang yang merupakan pendatang baru tinggal
di sana. Maka orang baru yang juga beragama Islam tersebut akan beradaptasi dan
mengikuti apa yang telah menjadi budaya di daerah tersebut. Otomatis, ia akan
menjadi pribadi yang lebih islami.
Unsur-unsur pembentukan kepribadian
Berikut ini 3 unsur
yang membentuk kepribadian seseorang, di mulai dari pengetahuan, perasaan dan
yang terakhir adalah tipologi kepribadian.
a.
Pengetahuan
Unsur pertama yang
membentuk kepribadian seseorang adalah pengetahuan, pengetahuan merupakan suatu
unsur yang mengisi akal dan alam jiwa pada seseorang yang masih sehat (tidak
mengalami gangguan jiwa/stress), dan secara nyata yang terkandung di dalam otak
manusia.
b.
Perasaan
Unsur yang kedua
setelah pengetahuan adalah perasaan. Pengertian dari perasaan adalah suatu
keadaan yang berada dalam kesadaran manusia, karena pengaruh pengetahuannya
yang kemudian dinilai sebagai keadaan yang positif atau sebaliknya sebagai
keadaan yang negatif.
Adapun motif atau
dorongan naluri, antara lain, dorongan untuk bertahan hidup, dorongan untuk
berbakti, rasa, simpati, cemburu dan lain sebagainya.
c. Tipologi kepribadian
Tipologi atau tipe dari
kerpibadian seseorang dapat dibagi menjadi enam macam, dan daeri ke-enam macam
tersebut semuanya mempunyai karakter, ciri dan kedudukan yang berbeda satu sama
lain. Dan berikut ini ke-enam tipologi kepribadian beserta penjelasannya :
- Realistis : Tipologi
kepribadian yang pertama adalah realistis, pengertiannya yaitu seseorang
yang menyenangi kegiatan fisik yang menuntut keterampilan, kekuatan dan
koordinasi. Sebagai contoh orang yang termasuk tipe realistis adalah
olahragawan.
- Investigatif : Tipologi
kepribadian yang kedua adalah investigatif yang mana tipe ini dimiliki
oleh seseorang yang menyukai suatu kegiatan yang mencakup pemikiran,
pengorganisasian, dan pemahaman. Contohnya adalah programmer komputer.
- Sosial : Tipologi
kepribadian yang ketiga adalah sosial. Tipe ini dimiliki oleh seseorang
yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat banyak,
contohnya membatu korban gempa menjadi relawan, LSM dan lain sebagainya.
- Konvensional : Tipologi
kepribadian yang ke-empat adalah konvensional. Seseorang yang memilik
kepribadian konvensional biasanya menyukai kegiatan yang diatur dengan
peraturan yang jelas. Sebagai contoh adalah polisi, hakim dll.
- Enterfising : Tipologi
kepribadian yang kelima adalah enterfising yang mana kepribadian tipe ini
biasanya dimiliki oleh seseorang yang menyukai kegiatan yang dapat
mempengaruhi orang lain. Contoh, adalah seorang pemimipin, pembuat iklan
di media sosial atau media massa.
- Artistik : Tipologi
kepribadian seseorang yang ke-enam adalah artistik. Tipologi ini terdapat
pada seseorang yang menyukai kegiatan dalam waktu yang sama, dan merupakan
seseorang yang ekspresif, kreatif. Karakternya imajinatif, tidak teratur,
idealis, emosional dan tidak praktis. Contohnya adalah para seniman,
arsitektur dan lain sebagainya.
Tahap perkembangan kepribadian
Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu
tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai
dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita
dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu
sebagai berikut:
- Bagian yang
pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes
yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian
hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic
personality structure) dan capital personality. Kedua unsur ini
merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan
biologis dari orangtuanya.
- Bagian
kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau
anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau
dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
2. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam
membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase
ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase
perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang
karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk
struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak
menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan
tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini.
- Dorongan-dorongan
(drives).
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu
aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk
mewujudkan suatu keinginan. Drives ini dibedakan atas kehendak dan
naftsu-naftsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat
kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian
seseorang. Sedang naftsu-naftsu merupakan kehendak yang terdorong oleh
kebutuhan biologis, misalnya naftsu makan, secksual, amarah, dan yang
lainnya.’
- Naluri (instinct). Naluri
adalah suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat
makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk
mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat
dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar terlebih dahulu
seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
- Getaran
hati (emosi).
Emosi atau getaran hati adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber
perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada
pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
- Perangai. Perangai
adalah perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang
tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan
salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan
diidentifikasi oleh orang lain.
- Intelegensi
(IQ).
Intelegensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh
seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ,
memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah
diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
- Bakat (talent). Bakat
pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang
karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga,
berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat
mendasar dalam pengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada
seseorang. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal
dari ayah dan ibu yang sama.
3.
Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase
ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya
perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut. Pada fase ketiga terjadi
perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku
yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah
kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe
kepribadian, yaitu sebagai berikut:
- Kepribadian
normatif (normative man). Kepribadian ini merupakan tipe
kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang
kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai
hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian
normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap
dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang
ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan
diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang
lain.
- Kepribadian
otoriter (otoriter man). Tipe ini terbentuk melalui proses
sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri
daripada orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak
yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari
lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin
kelompoknya.
- Kepribadian
perbatasan (marginal man). Kepribadian ini merupakan tipe
kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan
perilakunya sering kali mengalami perubahan-perubahan, sehingga
seolah-olah seseorang mempunyai lebih dari satu corak kepribadian.
Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki
dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi
tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat
yang berbeda.
Kesimpulan
Setiap manusia
hendaknya menjadi sadar akan arti penting Kematangan, Kedewasaan, dan Kemandirian,
serta keseimbangan dalam dirinya sendiri sehingga masing-masing akan terhindar
dari cara berpikir, berucap dan bertindak yang merugikan diri dan orang lain,
menghindari konflik diri atau orang lain. Oleh karena itu, jadilah pribadi yang
menarik, dewasa, dan mandiri dengan tetap memperhatikan etika dan kepribadian
dalam masyarakat.