Dalam keadaan tertentu kita kadang sulit untuk mengendalikan
diri sendiri di mana banyak hal yang sangat membuat kita ingin marah dan
berontak terhadap sesuatu hal yang membuat kita ingin marah. Semua itu timbul
karena emosi yaitu perasaan yang timbul dalam diri kita sendiri secara alami
itu bisa berupa amarah, sedih, senang, benci, cinta, bosan, dan sebagainya yang
merupakan efek atau respon yang terjadi dari sesuatu yang kita alami. Berbicara
soal emosi maka kita harus tahu kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan
kemampuan manusia untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi,
mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain),
mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres dan keadaan yang melanda
kita.
Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri sendiri
dan mengendalikan dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri dan
kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan kecakapan sosial. Ketrampilan
yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk
memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang
lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif,
memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.
Berita baiknya, Anda bisa mengendalikan emosi diri sendiri.
Tujuh cara di bawah ini akan membantu Anda melakukannya.
1. Menenangkan diri
Dari perspektif manajemen marah, marah bisa dilihat sebagai
sebuah siklus agresi (aggression cycle) yang terdiri dari eskalasi, eksplosi,
dan pasca-eksplosi. Oleh karena itu, saat Anda marah, tenangkan diri sehingga
siklus agresi Anda berantakan. Dengan pikiran tenang, Anda bisa berpikir logis
dan mencari solusi.
Untuk menenangkan diri, Anda bisa melakukan cara-cara
berikut:
Tarik napas dalam-dalam – Saat menarik napas, fokuskan
pikiran Anda pada napas yang masuk ke hidung atau bayangkan pemandangan yang indah.
Lakukan berulang sehingga Anda bisa menurunkan emosi sedikit demi sedikit.
Hitung 1 s.d 10 – Dalam hati, hitung dari satu sampai
sepuluh secara perlahan untuk meredakan emosi. Jika perlu, lakukan beberapa
kali.
Alihkan perhatian – Anda bisa mengalihkan perhatian pada
hal-hal lain seperti menonton TV atau pergi ke toilet.
2. Berempati
Pemicu marah terkadang hal sepele. Untuk menghindari masalah
sepele ini menjadi besar, berempatilah. Empati adalah keadaan mental yang
membuat Anda merasakan keadaan atau pikiran orang lain.
Kembali kepada contoh pengendara yang menyalip Anda,
berempatilah kepada dia. Mungkin dia sedang buru-buru atau memang karakternya
sudah begitu. Dengan berempati, Anda tidak akan mengeluarkan sumpah serapah dan
nama hewan.
Contoh lain, jika isteri Anda ngomel-ngomel, berempatilah
kepada dia. Mungkin saja dia capai memasak, membereskan rumah, dan mengurus
anak sehingga kondisi mentalnya tidak stabil.
Anda mungkin akan sedikit susah berempati ini karena merasa
diri lebih superior. Namun, kuatkanlah melakukannya karena memang tujuan Anda
adalah meredam marah.
3. Mengingat dampak
negatif yang akan terjadi
Emosi yang meluap-luap biasanya membuat yang bersangkutan
gelap mata. Jika sudah demikian, dia akan memukul, berteriak, memaki, atau
merusak barang-barang yang ada. Nah, untuk menghindari keadaan ini, ingatlah
dampak negatif yang akan terjadi jika Anda tidak bisa melawan emosi.
Sebagai contoh, Anda bertengkar hebat dengan isteri Anda.
Saat amarah akan meledak (misalnya Anda akan memukul), ingat dampak negatif
yang akan terjadi seperti isteri Anda akan lebam mukanya, mertua membenci Anda,
atau Anda dilaporkan isteri Anda ke polisi karena melakukan kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT).
4. Menganggap hari
terakhir Anda hidup
Jika Anda masih sulit mengontrol emosi, anggap hari saat
Anda marah adalah hari terakhir Anda hidup. Dengan menganggap seperti itu,
emosi Anda akan mereda dengan sendirinya karena Anda ingin mati dengan membawa
kebaikan, bukan membawa emosi.
5. Memaafkan dan
melupakan
Anda sering mengungkit-ungkit masalah lama sehingga emosi
Anda meluap lagi? Mulai sekarang, maafkan mereka yang telah memberi Anda
masalah (misalnya menyakiti, membohongi, merendahkan, atau menjelekkan Anda)
dan lupakan.
Cara ini adalah cara favorit saya dalam menghilangkan emosi.
Dengan memaafkan dan melupakan, saya bisa berfokus pada hal-hal penting yang
berdampak positif pada kehidupan saya. Selain itu, saya juga terhindar dari
balas dendam.
6. Membaca ta’awudz
Jika Anda beragama Islam, baca ta’awudz (a-‘udzu billahi
minas syaithanir rajiim) untuk menahan diri ketika Anda sedang marah. Dengan
membaca ta’awudz tersebut, Anda memohon perlindungan kepada Allah SWT dari
gangguan setan yang merupakan sumber amarah.
7. Berolahraga
Cara lain yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi emosi
adalah berolahraga seperti berjalan kaki, bermain sepak bola, lari, atau
berenang. Apa pun jenisnya, olahraga bisa menstimulasi zat-zat kimia dalam otak
yang membuat Anda lebih rileks dan bahagia. Selain itu, olahraga akan menguras
energi Anda secara positif sehingga melenturkan ketegangan syaraf Anda.
Berikut adalah Cerita Pendek tentang Mengendalikan diri
Pernah di kisahkan suatu hari setelah usai mengikuti
pertempuran yang hebat, Jengis Khan beristirahat sejenak melepas lelah di tepi
air terjun kecil ditemani burung rajawali yang selalu mengikutinya. Sengaja ia
mencari tempat yang agak sepi dan jauh dari serdadunya agar ia dapat
beristirahat dengan tenang tanpa diganggu. Beberapa saat kemudian ia mulai
merasa haus dan segera membawa wadah yang terbuat dari tanah liat (kalau
sekarang mungkin semacam mangkok atau gelas kali ya) untuk menampung air dari
air terjun dekat tempatnya berteduh.
Ketika ia hendak menampung air dengan mangkuknya itu
tiba-tiba saja burung rajawali peliharaannya itu menyambar mangkuk tersebut
hingga jatuh. Kaget Jengis Khan dibuatnya, karena tak pernah hal ini dilakukan
sebelumnya oleh rajawalinya yang setia.
“hmm.. kayaknya dia hanya ingin bercanda,” pikirnya dalam
hati
Kembali ia mengambil mangkuk yang terjatuh itu dan mencoba
kembali menampung air dengannya. Kemudian untuk kedua kalinya sang burung
rajawali peliharaannya menjatuhkan mangkuk yang dipegang sang panglima. Kali
ini sang rajawali menghentaknya dengan sangat keras sehingga mangkuk tersebut
terpental cukup jauh. Jengis Khan menjadi jengkel karenanya, kalau sekali
mungkin ini bisa dianggap bercanda, namun untuk yang kedua kalinya maka ini
seperti pelecehan baginya. Dengan murka dirinya mengancam akan menyembelih
burung rajawalinya jika hal itu dilakukannya lagi.
Lalu Jengis Khan memungut kembali mangkuk yang terbuat dari
tanah liat itu untuk kembali mencoba menampung air dengannya. Baru saja
ditengadahkan mangkuknya di bawah kucuran air terjun, sang rajawali tanpa
terduga kembali menyambar mangkuknya dengan sangat keras hingga terpental jauh
dan terpecah.
Tak lagi menahan kesabarannya, diayunkan pedang perangnya ke
arah burung rajawalinya hingga putuslah leher sang rajawali dan terlepaslah
jiwa dari raganya. Puas melampiaskan kemarahannya, Jengis Khan mencoba menaiki
ujung tebing yang merupakan tempat sumber mata air itu berada untuk meminumnya
dan sekaligus melihat-lihat keadaan sekitar. Begitu ia sampai di atas, betapa
kagetnya ia melihat ada bangkai binatang yang membusuk tergenang tepat di
sumber mata air tersebut, seketika ia menyadari bahwa sang rajawali sejak tadi
sebenarnya hendak memberitahukan kepadanya bahwa air yang ingin diminumnya
sudahlah tercemar bangkai yang membusuk dan bukan tak mungkin akan bisa
membunuhnya.
Dengan sedih ia menatap ke arah mayat burung rajawali yang
baru saja ditebasnya. Betapa sedih dan menyesalnya ia atas perbuatannya.
Dihampirinya jasad sang rajawali, dilepasnya baju perang yang dipakainya untuk
digunakan membungkus jasad sang rajawali dan kemudia dimakamkan dengan
terhormat menggunakan upacara kemiliteran.
Sebagai panglima perang, Jengis Khan begitu hebat nan
perkasa mengalahkan musuh-musuhnya, namanya tersohor di seluruh dunia. Bahkan
hingga kini sejarah kehebatannya dan lekang di makan usia. Namun kehebatannya
menaklukkan dan menguasai orang lain bukanlah jaminan baginya untuk dapat
mengalahkan dan menguasai dirinya. Ia menyadari bahwa sangatlah penting baginya
dan seluruh pasukannya untuk dapat menguasai dirinya sebelum menguasai orang
lain.
Kesimpulan
Melalui kisah tersebut kita belajar tentang pentingnya
mengendalikan diri. Karena kebijaksanaan seseorang amatlah terlihat dari
sepandai apa ia mampu mengendalikan dirinya. Pengendalian diri merupakan salah
satu aspek terpenting dalam hidup, karena musuh terbesar bagi manusia (selain
syaitan laknatullah ‘alaih) bukanlah orang lain atau sesuatu di luar dirinya,
melainkan musuh terbesar bagi manusia adalah apa yang terdapat dalam dirinya,
dalam pikirannya, dalam hatinya.
Mengendalikan diri berarti mengendalikan hati dari berbagai
noda hitam yang menutupi, mengendalikan pikir dari berbagai macam prasangka
negatif yang menghampiri, juga mengendalikan raga dari melakukan segala
perbuatan yang berpotensi merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Daftar Pustaka:
Komar, A. 2014. Belajar Dari Jengis Khan (Mengendalikan
diri). http://www.kompasiana.com/akayaka/belajar-dari-jengis-khan-pengendalian-diri_54f845dca33311641e8b5641.
(Diakses 23-11-2016)
Anonim. 2011. Mengendalikan Diri Sendiri. http://superkomplit.blogspot.co.id/2011/03/mengendalikan-diri-sendiri.html.
(Diakses 23-11-2016)
Yudiono, H. 2015. 7 Cara Efektif Mengendalikan Diri. http://www.tipspengembangandiri.com/cara-mengendalikan-emosi/.
(Diakses 23-11-2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar