“Risiko adalah tolak ukur
seseorang. Orang yang berani mengambil risiko adalah mereka yang berusaha untuk
menjaga semangat dalam dirinya ketika melalui langkah-langkah dan menikmati
hasil usahanya. Artinya, orang berhasil bukan sekadar karena melalui langkah-langkah
pencapainnya, tapi juga siap menerima risiko yang ditimbulkannya. Merekalah
orang sukses yang sesungguhnya.”
Dalam dunia usaha atau profesi apa pun, sayangnya, tak sedikit
orang yang berani mengambil risiko, tetapi bukan risiko yang diperhitungkan
sebelumnya. Bukan risiko yang benar-benar risiko. Risiko yang mereka
perhitungkan justru yang tidak membutuhkan tenaga dan pengorbanan apa-apa.
Orang sering menyebutnya sebagai risiko cemeng.
Sementara itu, di satu sisi, ada juga orang yang tidak berani mengambil
risiko sama sekali. Mereka memilih untuk tinggal di rumah dan hanya terus
membayangkan benda yang mereka inginkan di toko seberang rumahnya tadi. Mereka
itulah orang-orang yang tidak akan pernah maju. Seperti layaknya seorang yang
berjalan di tempat, orang tipe seperti itu tidak akan pernah mencapai tujuan
yang diinginkannya.
Meraih kesuksesan adalah impian semua orang. Bagi mereka yang
benar-benar menginginkannya akan bersungguh-sungguh menjalani prosesnya. Mereka
berani mengambil risiko, walaupun risiko tersebut sangat menantang
kehidupannya. Tentu saja, risiko yang dimaksud bukanlah risiko ringan saja,
tapi juga risiko berat.
Namun bagi mereka yang hanya menghayal, mereka menginginkan
sesuatu tapi prosesnya mereka lalui dengan santai alias tanpa melakukan
pekerjaan atau melalui langkah-langkah kecil sekalipun. Mereka terlalu cepat
takut mengambil risiko bahkan tidak ingin menghadapi risiko apapun.
Lalu, adakah langkah penting bagi seseorang yang ingin menggapai
kesuksesan dalam dunia apapun jika dia mesti memperolehnya dengan
risiko-risiko? Tentu saja ada. Hampir tak ada masalah yang tak ada solusinya.
Dalam dunia usaha juga begitu, tak ada impian yang ingin diwujudkan tanpa jalan
atau langkah-langkahnya.
Agar berani mengambil risiko, paling tidak seseorang mesti
memiliki beberapa hal :
Pertama, berbaik sangka kepada Allah
Meyakini adanya takdir buruk yang datang dari Allah adalah bagian
dari keimanan. Takdir buruk terjadi atas izin Allah dan ada yang benar-benar
menjadi cobaan maupun pelajaran bagi manusia. Namun, ada juga takdir buruk yang
justru terjadi karena keteledoran manusia.
Bagi siapapun yang ingin menggapai impiannya, jika dia berani
berikhtiar, maka dia mesti yakin bahwa ikhtiarnya benar-benar berada dalam
naungan Allah, berada dalam ridha Allah. Keberanian untuk menerima hasil dengan
segala macam risiko yang ditimbulkannya termasuk berbaik sangka kepada Allah.
Nah, jika apa yang dia dapatkan kelak adalah satu di antara takdir Allah Yang
Maha Kuasa di atas segalanya, lantas alasan apalagi yang membuatnya tidak
semangat?
Kedua, yakin bahwa kesuksesan punya proses
Hampir tak ada kejadian yang tidak melalui proses. Orang hidup
saja melalui proses. Dilahirkan dan begitu seterusnya. Begitu juga orang mati,
dia mesti melalui sakaratul maut. Dan begitu seterusnya. Dalam konteks yang
lain, hampir tak ada yang mendapatkan kesuksesan tanpa usaha serta tantangan
yang bergulat di dalamnya.
Dengan demikian, jika seseorang ingin meraih impian atau menggapai
kesuksesan, maka dia mesti melalui proses atau langkah-langkahnya. Dia harus
percaya bahwa menggapai kesuksesan itu pasti melalui langkah-langkah. Selain
itu, kesuksesan juga butuh waktu pencapaian. Kesuksesan tidak didapatkan
seketika saja, dia butuh waktu yang kadang tak sedikit. Jika langkah-langkah
yang sudah tersusun mengalami kendala pencapaian, maka itu pertanda impian
tersebut butuh langkah-langkah baru yang lebih kreatif dan fleksibel.
Ketiga, percaya bahwa semuanya berisiko
Memiliki impian itu gratis, tapi menjadikannya sebagai sesuatu yang
nyata atau mewujudkannya butuh kerja keras dan berisiko tinggi. Satu hal yang
mesti dimiliki adalah berani mengambil sekaligus menerima risiko. Mengapa?
Karena tidak ada yang diperoleh dalam hidup ini yang tidak berisiko. Risiko
membangun bisnis adalah bangkrut atau rugi, risiko menjadi penulis adalah
ditolak penerbit, risiko menjadi aktivis literasi ditinggal pembaca, risiko
menjadi pemimpin adalah dihina, risiko menjadi pembalap adalah tabrakan, risiko
menjadi orang kaya adalah kemiskinan, risiko menjadi orang jujur adalah
pengasingan. Begitu seterusnya. Dengan adanya kesadaran bahwa semuanya
berisiko, seseorang akan matang secara psikologis. Di samping itu, dia juga
akan berusaha sejak dini untuk mencari solusi dari kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi ke depan. Dengan adanya risiko, seseorang menjadi antisipatif dalam
melakoni kehidupannya.
Keempat, percaya diri atas hasil usaha
Orang sukses adalah dia yang siap menerima hasil akhir dari usaha
maksimalnya. Apapun impiannya, jika perwujudannya dilalui dengan
langkah-langkah terbaik dan dilalui dengan sungguh-sungguh, apapun hasilnya,
itu adalah keberhasilan. Dia sangat percaya bahwa apa yang sudah dilaluinya
adalah satu perjuangan yang tak sia-sia. Dia sangat yakin akan mendapatkan
hasil terbaik. Dia percaya bahwa apa yang diperolehnya adalah hasil usaha dan
pembuktian dari keringatnya sendiri. Dia bangga dengan hasil apapun yang dia
dapatkan dari usahanya.
Kelima, percaya akan peluang
Orang sukses selalu meyakini bahwa satu jalan tempuh yang sudah
dicoba dan menghasilkan sesuatu yang belum memuaskan bukanlah hasil akhir yang
sesungguhnya. Itu justru pertanda bahwa dia mesti menata kembali
langkah-langkah sebelumnya, atau jika tidak, dia mesti mencari jalan atau
langkah-langkah baru yang lebih jitu. Sebab dia yakin bahwa peluang itu selalu
terbukan bagi siapapun yang menginginkan kesuksesan. Bukankah Allah akan
memberi pertolongan kepada mereka yang bersungguh-sungguh?
Menanti hasil adalah aktivitas yang kadang membutuhkan banyak
tenaga. Kecemasan selalu menjadi selingan dominan di dalamnya. Ya, itulah yang
saya alami. Saya percaya Anda pernah mengalami apa yang saya alami. Tapi dalam
penantian yang dilapis kecemasan tersebut selalu ada inspirasi yang hadir,
termasuk untuk membuat tulisan sederhana sekalipun.
Daftar Pustaka :
Kadir, Syamsudin. 2012. Berani Mengambil Risiko https://akarsejarah.wordpress.com/2012/07/30/berani-mEngambil-risiko/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar