Minggu, 10 September 2017

Apakah Kejujuran Mencerminkan Keimanan?








 @D05-Yulia, @ProyekB02
  Oleh : Yulia Puspitasari










Jujur adalah sebuah kata sederhana yang memiliki nilai dan makna luar biasa. Jujur sangat sering dihubungkan dengan keimanan seseorang. Keimanan seseorang pun tidak dapat diukur melalui berapa kali melakukan ibadah haji melainkan seberapa besar mempercayai atas ketentuan Allah dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu setiap dari kita mempunyai pengalaman mengenai jujur semisal, jujur mengenai perasaan pada orang tuanya, kerabatnya atau bahkan kekasih nya.
Contoh singkat dari pengalaman pribadi mengenai jujur. Sewaktu pergi ketempat wisata alam yang mungkin tidak ditemui oleh penduduk kota yang biasanya hanya melihat deretan rumah-rumah yang tak berjarak dan suara bising motor. Namun mengungkapkan kekaguman terhadap alam yang indah, suara kicauan burung yang merdu. Lalu mengeluarkan kalimat “Masyaallah” yg biasanya kalimat ini menunjukan ekspresi melihat sesuatu hal yang baik atau menakjubkan. Hal itu merupakan gerak refleks kejujuran dan tentunya dapat dilihat kadar keimanan seseorang atas apa yang dipercayainya yaitu kuasa Allah.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’”

Namun, tidak diperkenankan untuk berkata terlalu jujur semisal mengenai aib pribadi maupun keluarga, itu menjadi kewajiban kita untuk menjaganya dan tidak diperkenankan untuk disebar luaskan. Jadi,berkata jujur sesuai dengan kondisi atau keadaanya.

Karena asal amalan hati berawal dari kejujuran baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla akan menghukum orang yang berdusta dengan menahan dan menghalanginya dari maslahat dan manfaat. dan begitu pula Allah Azza wa Jalla akan membalas orang yang jujur dengan memberinya taufiq dalam melakukan amal shalih di dunia dan akhirat

Gambar :  
  
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar