Assamualaikum Wr.Wb
A. Jenis-Jenis
Kontrol Diri
Kontrol diri
yang digunakan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu, meliputi :
a. Behavioral control,
kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara lain dengan mencegah
atau menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk memberikan
reaksi atau membatasi intensitas munculnya situasi tersebut.
b. Cognitive control, kemampuan
individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara
menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam sutu kerangka
kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Dengan
informasi yang dimiliki oleh individu terhadap keadaan yang tidak menyenangkan,
individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan cara
memperhatikan segi-segi positif secara subyektif atau memfokuskan pada
pemikiran yang menyenangkan atau netral.
c. Decision control,
kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan
berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan untuk
memilih berbagai kemungkinan (alternative) tindakan
d. Informational control,
Kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang menekan, kapan
akan terjadi, mengapa terjadi dan apa konsekuensinya. Kontrol informasi ini
dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang dalam memprediksi dan
mempersiapkan yang akan terjadi dan mengurangi ketakutan seseorang dalam
menghadapi sesuatu yang tidak diketahui, sehingga dapat mengurangi stress.
e. Retrospective control,
Kemampuan untuk menyinggung tentang kepercayaan mengenai apa atau siapa yang
menyebabkan sebuah peristiwa yang menekan setelah hal tersebut terjadi.
Individu berusaha mencari makna dari setiap peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan. Hal ini bukan berarti individu mengontrol setiap peristiwa yang
terjadi, namun individu berusaha memodifikasi pengalaman stress tersebut untuk
mengurangi kecemasan.
B. Ciri-ciri control diri
Ciri-ciri
seseorang mempunyai kontrol diri antara lain :
a. Kemampuan untuk mengontrol
perilaku yang ditandai dengan kemampuan menghadapi situasi yang tidak
diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu mengatasi
frustasi dan ledakan emosi.
b. Kemampuan menunda kepuasan dengan
segera untuk mengatur perilaku agar dapat mencapai sesuatu yang lebih berharga
atau lebih diterima oleh masyarakat
c. Kemampuan mengantisipasi
peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa
dengan melakukan penilaian dan penafsiran suatu keadaan dengan cara
memperhatikan segi-segi positif secara subjektif
e. Kemampuan mengontrol keputusan
dengan cara memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
disetujuinya.
Orang yang rendah kemampuan mengontrol diri cenderung akan reaktif dan
terus reaktif (terbawa hanyut ke dalam situasi yang sulit). Sedangkan orang
yang tinggi kemampuan mengendalikan diri akan cenderung proaktif (punya
kesadaran untuk memilih yang positif).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri
a. Kepribadian. Kepribadian
mempengaruhi control diri dalam konteks bagaimana seseorang dengan tipikal
tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada hasil
yang akan diperolehnya. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda (unik)
dan hal inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi.
Ada seseorang yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya
yang menekan secara psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban
memberikan reaksi.
b. Situasi. Situasi merupakan
faktor yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Setiap orang mempunyai
strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut memiliki
karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh
setiap orang, bahkan terkadang situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda
pula sehingga akan mempengaruhi cara memberikan reaksi terhadap situasi
tersebut. Setiap situasi mempunyai karakteristik tertentu yang dapat
mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan oleh seseorang.
c. Etnis. Etnis atau budaya
mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran, dimana setiap
kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara seseorang
berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan. Budaya telah mengajarkan
nilai-nilai yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku
seseorang, sehingga seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan
menampilkan reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan, begitu
pula strategi yang digunakan.
d. Pengalaman. Pengalaman akan
membentuk proses pembelajaran pada diri seseorang. Pengalaman yang
diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang peran
penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa
selanjutnya seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih
kompleks dan pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan,
sehingga pengalaman yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang
sama, sedangkan pengalaman negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap
situasi tersebut.
e. Usia. Bertambahnya usia
pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan dalam berpikir dan
bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih banyak
dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap
situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki control diri
yang lebih baik dibanding orang yang lebih muda.
D. Prinsip-prinsip dalam mengendalikan diri
1. Prinsip kemoralan. Setiap
agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap pemeluknya, misalnya tidak
mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan,
tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang lain. Saat ada
dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, maka kita dapat bersegera
lari ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau
bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Saat terjadi konflik diri
antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita dapat mengacu pada prinsip
moral di atas.
2. Prinsip kesadaran. Prinsip ini
mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat suatu bentuk pikiran atau
perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran
atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran dan
perasaan mereka. Misalnya seseorang menghina atau menyinggung kita, maka kita
marah. Nah, kalau kita tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini
muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan ini. Jika
kesadaran diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi marah ini muncul,
menguasai diri kita dan kemungkinan akan melakukan tindakan yang akan merugikan
diri kita dan orang lain. Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat
langsung menghentikan pengaruhnya. Jika masih belum bisa atau dirasa berat
sekali untuk mengendalikan diri, maka kita dapat melarikan pikiran kita pada
prinsip moral.
3. Prinsip perenungan.
Ketika kita sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi karena amarah
dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan. Kita bisa
menanyakan pada diri sendiri tentang berbagai hal, misalnya apa untungnya saya
marah, apakah benar reaksi saya seperti ini, mengapa saya marah atau apakah
alasan saya marah ini sudah benar. Dengan melakukan perenungan, maka kita akan
cenderung mampu mengendalikan diri. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa
saat emosi aktif maka logika kita tidak jalan, sehingga saat kita melakukan
perenungan atau berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan emosi atau
keinginan kita akan cenderung menurun.
4. Prinsip kesabaran. Pada
dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul, tenggelam. Emosi yang bergejolak
merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya bahwa
kondisi ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini
tidaklah mudah karena perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita
miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam emosi. Salah satu cara yang perlu
kita gunakan adalah kesabaran, menunggu sampai emosi negatif tersebut surut
kemudian baru berpikir untuk menentukan respon yang bijaksana dan bertanggung
jawab (reaksi yang tepat).
5. Prinsip pengalihan perhatian.
Situasi dan kondisi yang memberikan tekanan psikologis sering menghabiskan
waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk menghadapinya.
Apabila berbagai cara (4 prinsip sebelumnya) sudah dilakukan untuk berusaha
menghadapi namun masih sulit untuk mengendalikan diri, maka kita bisa
menggunakan prinsip ini dengan menyibukkan diri dengan pikiran dan aktifitas
yang positif. Ketika diri kita disibukkan dengan pikiran positif yang lain,
maka situasi yang menekan tersebut akan terabaikan. Begitu pula manakala kita
menyibukkan diri dengan aktifitas lain yang positif, maka emosi yang ingin
meledak akibat peristiwa yang tidak kita sukai tersebut akan menurun bahkan
hilang. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal yang positif
maka emosi kita akan ikut berubah kearah yang positif juga.
Daftar Pustaka
·
Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM
Press. Malang “ Jurus Pengendalian Diri.” http://adiwgunawan.com/awg.php?co, http://azrl.wordpress.com/2008/10/26/mengendalikan-diri/ (diakses 30 des 2018)
·
Eileen Rachman.
Eileen & Savitri. Sylvina (2009). Asah empati.http://www.experd.com/news-articles/articles/55.
·
Mangunsong. Frieda
(2010). Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan, http://www.carisuster.com/artikel/7-inspired-kids/51-menanam-empati-tumbuhkan-kecerdasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar