Pentingnya Memiliki Prinsip dalam Hidup
S
|
eseorang
yang memiliki prinsip artinya memiliki ketegasan sikap dalam hidupnya.
ebaliknya, orang yang tidak memiliki prinsip artinya hidupnya tanpa pedoman,
tanpa ikap, tanpa pendirian, akan mudah terbawa arus dan akhirnya kehidupannya
pun dapat dipastikan tidak akan mengalami kemajuan. Prinsip dalam hidup itu
sama halnya dengan arah mata angin dalam menjelajahi dunia yang maha luas ini.
Kalau seseorang hidup tanpa memiliki prinsip maka hidupnya akan tidak tentu
arah dan akan bingung untuk mengambil langkah dalam melanjutkan kehidupannya.
Prinsip
dalam hidup itu meski tanpa disadari keberadaannya pasti semua orang
memilikinya. Misalnya saja seseorang berteman dengan orang yang pergaulannya di
luar batas tapi walaupun mereka berteman dia tidak terbawa arus mengikuti gaya
hidup temannya tersebut, itu berarti prinsip hidupnya adalah berteman dengan
siapa saja aslkan tidak terbawa arus pergaulan. Prinsip dalam hidup ada juga
yang menyebutnya dengan Moto. Moto artinya slogan yaitu prinsip yang dipegang agar
seseorang, komunitas atau lembaga berada dalam jalur yang tetap dan konsisten
dalam prinsip dianut bersama. Orang hidup harus punya moto, slogan atau
prinsip. Hidup tanpa prinsip adalah hidup tak terarah, akan mudah terbawa arus,
mudah terbawa pengaruh, terombang-ambing oleh gelombang yang tak menentu.
Orang-orang yang sukses hidupnya umumnya mempunyai moto atau prinsip yang
dipegangnya dan dipertahankannya bahkan hingga mati.
Berpegang
teguhlah kepada prinsip-prinsip yang kita pegang. Dan pastikan kita
menerapkannya pada kehidupan kita. Memengang teguh prinsip yang salah akan
membuat kita melakukan kesalahan setiap hari. Pastikan prinsip hidup kita benar
sebelum anda mulai menggengamnya erat-erat. Lakukanlah terus menerus prinsip
hidup anda, tapi jangan jadi orang yang kaku. Kerana setiap kejadian yang
berbeda memerlukan sikap yang berbeda. Teruslah belajar, teruslah
merenung, teruslah mempertajam prinsip hidup kita. teruslah berlatih, teruslah
berkarya, teruslah memperkuat diri anda sehingga kita sanggup menggenggam
prinsip hidup anda.
Sa'id Hawwa merupakan sosok ulama yang cukup vokal dalam menyuarakan kebenaran (al-Islam). Ulama yang hidup di Mesir ini telah banyak menghasilkan tulisan-tulisan keislaman yang sangat berkualitas dan dibutuhkan ummat. Pemikiran-pemikirannya senantiasa merujuk pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Dalam bukunya yang berjudul "Min Ajli Khuthwatin ila al-Amam'ala Thariqi al-Jihad al-Mubarak". Menurut Sa'id Hawwa, ada sepuluh ketentuan yang bersifat badihi (prinsipil). Berikut ini ke-sepuluh prinsip tersebut yang diringkas dari buku "10 Aksioma tentang Islam" - terjemahan dari buku "Min Ajli Khuthwatin ila al-Amam'ala Thariqi al-Jihad al-Mubarak".
Sa'id Hawwa merupakan sosok ulama yang cukup vokal dalam menyuarakan kebenaran (al-Islam). Ulama yang hidup di Mesir ini telah banyak menghasilkan tulisan-tulisan keislaman yang sangat berkualitas dan dibutuhkan ummat. Pemikiran-pemikirannya senantiasa merujuk pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Dalam bukunya yang berjudul "Min Ajli Khuthwatin ila al-Amam'ala Thariqi al-Jihad al-Mubarak". Menurut Sa'id Hawwa, ada sepuluh ketentuan yang bersifat badihi (prinsipil). Berikut ini ke-sepuluh prinsip tersebut yang diringkas dari buku "10 Aksioma tentang Islam" - terjemahan dari buku "Min Ajli Khuthwatin ila al-Amam'ala Thariqi al-Jihad al-Mubarak".
Prinsip Pertama
Islam adalah
satu-satunya sistem hidup yang dibebankan pada seluruh ummat manusia, di barat
atau di timur, di utara atau di selatan, berkulit kuning, merah, putih atau
hitam. Allah swt telah mengumumkan bahwa Dia tidak akan menerima sistem hidup (ad-Dien)
selain Islam dengan firman-Nya:
Sesungguhnya dien (sistem hidup) yang diridhai di sisi Allah ialah Islam. (Qs.Ali Imran:19)
Barangsiapa yang mencari dien (sistem hidup) selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (dien itu) darinya. (Qs.Ali Imran:85)
Sesungguhnya dien (sistem hidup) yang diridhai di sisi Allah ialah Islam. (Qs.Ali Imran:19)
Barangsiapa yang mencari dien (sistem hidup) selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (dien itu) darinya. (Qs.Ali Imran:85)
Yang
dimaksud dengan Islam adalah risalah yang diturunkan Allah swt melalui Nabi
Muhammad saw. Risalah ini merupakan penutup seluruh risalah Allah swt, dan
demikian risalah atau agama yang diturunkan Allah sebelumnya melalui para
Nabi-Nya yang terdahulu tidak berlaku lagi. Karena itu seluruh manusia
diwajibkan untuk memeluk Islam sampai Hari Kiamat. Barangsiapa yang tidak
mengimani Islam, sedangkan seruan Islam telah sampai kepadanya, maka ia
dianggap sebagai ahli neraka.
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak mendengar seseorang tentangku dari ummat ini, apakah ia Yahudi atau Nasrani, kemudian ia tidak beriman dengan apa yang diutus kepadaku melainkan ia akan tergolong dari ahli neraka. (HR.Muslim)
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak mendengar seseorang tentangku dari ummat ini, apakah ia Yahudi atau Nasrani, kemudian ia tidak beriman dengan apa yang diutus kepadaku melainkan ia akan tergolong dari ahli neraka. (HR.Muslim)
Prinsip Kedua
Islam adalah
satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap semua persoalan manusia. Ia
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi keyakinan, ibadat,
syari'at dan syi'ar-syi'ar. Islam merupakan neraca dan satu-satunya tolok ukur
untuk semua sisi kehidupan manusia. Dari Islamlah terefleksinya petunjuk yang
benar dan lurus serta selamat dalam segala hal.
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Qs.an-Nahl:89)
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Qs.an-Nahl:89)
Al-Qur'an
menerangkan segala persoalan, apakah melalui nash-nashnya atau melalui
kesimpulan-kesimpulan yang tepat tentang nash-nash tersebut berdasarkan hadits,
qiyas, ijma' ulama, istihsan, istishab, istislah, 'urf, hukum-hukum yang diakui
oleh akal, syara' atau hukum adat menurut batas-batas yang dibenarkan oleh nash
tersebut.
Prinsip Ketiga
Bila
seseorang masuk Islam, berarti ia telah menyerah secara mutlak kepada Allah swt
dalam semua persoalan yang mencakup semua aspek kehidupan, termasuk yang
berhubungan dengan jiwa, akal, hati, ruh, perasaan, emosi, perbuatan,
pemikiran, kepercayaan dan peribadatan. Termasuk dalam hal konstitusi dan
undang-undang kehakiman. Di samping itu Islam berarti penolakan total terhadap
seluruh bentuk penyekutuan dengan selain Allah. Allah swt berfirman:
....Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.... (Qs.al-Baqarah:256)
....Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.... (Qs.al-Baqarah:256)
Prinsip Keempat
Dalam Islam
pemikiran eksperimental merupakan salah satu fenomena proses pembentukan
pribadi Muslim atau karakteristik Islam. Oleh karena itu segala sesuatu yang
telah dicapai oleh akal yang sehat dan melalui proses percobaan adalah sesuatu
yang dapat diterima dari sudut pandangan Islam dan diberi jaminan kepercayaan
terhadap kesahannya. Rasulullah pernah bersabda:
Hikmah (ilmu pengetahuan) itu merupakan hak orang Mu'min. Maka di mana saja ia jumpai, ia lebih berhak terhadapnya.
Hikmah (ilmu pengetahuan) itu merupakan hak orang Mu'min. Maka di mana saja ia jumpai, ia lebih berhak terhadapnya.
Namun jika
pemikiran-pemikiran eksperimental itu sudah tidak murni lagi, telah diwarnai
oleh sistem hidup yang tidak Islami, maka kita berkewajiban untuk
membersihkannya terlebih dahulu, dan mewarnainya dengan nilai-nilai Islam yang
bersih, sebelum kita menggunakannya.
Prinsip Kelima
Islam adalah
satu sistem yang sempurna dan lengkap, karena ia mencakup seluruh sistem
politik, sosial, ekonomi dan moral. Oleh karena itu mengabaikan atau melupakan
sebagian dari sistem Islam berarti menghalangi perjalanan seluruh sistem itu
sendiri. Begitu juga menegakkan politik yang tidak berdasarkan pada pilar-pilar
Islam merupakan satu kendala dan sekaligus tantangan terhadap Islam.
Seluruh
sektor kehidupan kaum Muslimin harus selalu berlandaskan pada nilai-nilai dan
syari'at Islam, ekonominya, politiknya, sosialnya, pendidikannya, militernya
dan sektor-sektor lainnya. Tidak dibenarkan melaksanakan Islam secara parsial
(tentunya selama kondisi dan kemampuan memungkinkannya).
Apakah patut
kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian
yang lain? Maka tidak ada balasan bagi yang berbuat demikian dari kamu, kecuali
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka akan dikembalikan
kepada siksa yang amat berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu perbuat. (Qs.al-Baqarah:85)
Barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir. (Qs.al-Maidah:44)
Barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir. (Qs.al-Maidah:44)
Prinsip Keenam
Seluruh kaum
Muslimin dibebani kewajiban menegakkan kalimatullah agar Islam menjadi
satu-satunya Dien yang tegak di bumi ini. Allah berfirman:
Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah dan kalimatullah itulah yang tinggi. (Qs.at-Taubah:40)
Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah dan kalimatullah itulah yang tinggi. (Qs.at-Taubah:40)
Barangsiapa
yang berperang untuk menjadikan kalimatullah yang tertinggi sekali, maka ia
berjuang di jalan Allah. (al-Hadits)
Salah satu
tujuan Allah mengutus Rasul-Nya adalah agar Islam sebagai dienullah menang
terhadap dien-dien (sistem hidup) lainnya. Karena itu semua pengikut Muhammad
berkewajiban untuk mewujudkan kemenangan Islam dengan berjihad di jalan-Nya.
Dia-lah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien yang haq, agar dimenangkan-Nya terhadap semua dien. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Qs.al-Fath:28)*
Orang-orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. (Qs.at-Taubah:20)*
Dia-lah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien yang haq, agar dimenangkan-Nya terhadap semua dien. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Qs.al-Fath:28)*
Orang-orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. (Qs.at-Taubah:20)*
Prinsip Ketujuh
Kaum
Muslimin dalam satu negara, bahkan di seluruh dunia harus merupakan satu
sekutu, satu blok dan satu jama'ah. Sekutu ini adalah sekutu iman dan politik.
Apa pun bentuknya yang memisahkan dan mengesampingkan hal ini adalah satu
kekufuran dan kesesatan yang amat besar. Sekutu dan blok tersebut harus
mempunyai imam tersendiri.
Kepemimpinan
dan persatuan bagi ummat Islam sangat penting sekali. Para sahabat Rasulullah
saw telah mendahulukan pemilihan khalifah ketimbang mengubur jenazah Rasulullah
saw. Dalam satu kesempatan Rasulullah saw bersabda:
Tidak boleh bagi tiga orang berada di manapun di bumi ini, kecuali memilih salah satu seorang di antara mereka itu sebagai pemimpin. (Musnad Imam Ahmad, jilid II, hal.177)*
Tidak boleh bagi tiga orang berada di manapun di bumi ini, kecuali memilih salah satu seorang di antara mereka itu sebagai pemimpin. (Musnad Imam Ahmad, jilid II, hal.177)*
Mu'min
dengan mu'min lainnya itu ibarat satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya
ada yang sakit, maka anggota tubuh lainnya ikut merasa sakit. Demikian
Rasulullah pernah mengingatkan ummatnya.
Umar bin
Khattab pernah berkata, "Tidak ada Islam tanpa jama'ah, tidak ada
jama'ah tanpa imamah, tidak ada imamah tanpa ketaatan, dan tidak ada ketaatan
tanpa bai'at. Barangsiapa yang keluar dari jama'ah maka ia telah keluar dari
Islam."*
Prinsip Kedelapan
Dalam
kondisi kekuasaan politik Islam dan kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia
sedang mengalami kehancuran dan kelumpuhan seperti sekarang, maka merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim untuk cepat-cepat melantik seorang imam yang akan
memimpin perjuangan, atau untuk mempersiapkan diri menghadapi peperangan, atau
melakukan persiapan yang matang untuk memilih seorang yang akan memimpin
mereka. Hal ini merupakan salah satu masalah yang sangat mendesak untuk segera
dilaksanakan.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs.al-Anfaal:60)
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs.al-Anfaal:60)
Dalam
memperjuangkan kebenaran (al-Islam) diperlukan kesungguhan, sumber daya manusia
dengan kuantitas dan kualitas yang memadai, sarana dan prasarana serta
pengorganisasian yang rapi. Sayyidina Ali ra pernah mengatakan, "Kejahatan
yang terorganisir dapat megalahkan kebenaran yang tidak terorganisir."
Agar perjuangan dapat terorganisir maka diperlukan kepemimpinan, yang manhaj
kepemimpinannya berpegang kepada al-Qur'an dan as-Sunnah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Qs.ash-Shaff:4)
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Qs.ash-Shaff:4)
Prinsip Kesembilan
Menyertai
dan bergabung dengan jama'ah Islam dan imamnya adalah suatu kewajiban besar di
dalam Islam. Kewajiban ini secara langsung tidak memberikan peluang untuk
mengelakkan diri dari keterlibatannya dengan jama'ah dan imamnya, kecuali dalam
kondisi dimana orang-orang Islam tidak mempunyai jama'ah dan imamnya. Maka
dalam keadaan seperti itu, seorang Muslim harus memisahkan diri dari
perkumpulan sesat dan tetap berpegang kepada yang haq.
Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim serta Abu Daud, dari Hudzaifah
al-Yamani, diriwayatkan sebagai berikut:
Orang-orang yang bertanya pada Rasulullah saw tentang kebaikan, tetapi saya bertanya tentang kejahatan, sebab saya takut akan terlibat dengannya. Saya bertanya: "Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam masa Jahiliyah dan diliputi oleh suasana kejahatan, lalu Allah mendatangkan pada kita kebaikan ini, maka apakah sesudah kebaikan itu akan ada kejahatan?"
"Ada," jawab Rasulullah.
"Apakah sesudah kejahatan itu akan ada kebaikan?" Saya bertanya lagi.
Rasulullah menjawab, "Yaitu segolongan ummat yang mengikuti sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu, dan cegahlah."
Saya bertanya lagi, "Kemudian setelah kebaikan tersebut masih adakah kejahatan lagi?"
Rasulullah menjawab, "Masih, yaitu para penda'wah yang menyeru manusia ke pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, niscaya mereka akan dilemparkan ke dalam neraka."
Lalu saya bertanya kepada Rasulullah, "Apa yang harus saya lakukan jika saya menghadapi keadaan yang demikian itu?"
Jawab Rasulullah, "Hendaklah kamu teguh pendirian dengan jama'ah Islamiah dan imamahnya."
"Bagaimana kalau sudah tidak ada lagi jama'ah Islamiah dan imamahnya?" Saya terus bertanya.
Rasulullah menjawab, "Tinggalkan golongan-golongan itu semua, walaupun kamu akan menggigit sebatang pohon kayu, sampai kamu mati dalam keadaan demikian."
Orang-orang yang bertanya pada Rasulullah saw tentang kebaikan, tetapi saya bertanya tentang kejahatan, sebab saya takut akan terlibat dengannya. Saya bertanya: "Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam masa Jahiliyah dan diliputi oleh suasana kejahatan, lalu Allah mendatangkan pada kita kebaikan ini, maka apakah sesudah kebaikan itu akan ada kejahatan?"
"Ada," jawab Rasulullah.
"Apakah sesudah kejahatan itu akan ada kebaikan?" Saya bertanya lagi.
Rasulullah menjawab, "Yaitu segolongan ummat yang mengikuti sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu, dan cegahlah."
Saya bertanya lagi, "Kemudian setelah kebaikan tersebut masih adakah kejahatan lagi?"
Rasulullah menjawab, "Masih, yaitu para penda'wah yang menyeru manusia ke pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, niscaya mereka akan dilemparkan ke dalam neraka."
Lalu saya bertanya kepada Rasulullah, "Apa yang harus saya lakukan jika saya menghadapi keadaan yang demikian itu?"
Jawab Rasulullah, "Hendaklah kamu teguh pendirian dengan jama'ah Islamiah dan imamahnya."
"Bagaimana kalau sudah tidak ada lagi jama'ah Islamiah dan imamahnya?" Saya terus bertanya.
Rasulullah menjawab, "Tinggalkan golongan-golongan itu semua, walaupun kamu akan menggigit sebatang pohon kayu, sampai kamu mati dalam keadaan demikian."
Persoalannya
sekarang, apakah bumi yang kita diami ini telah kehilangan jama'ah dan imamnya,
sedang Rasulullah saw bersabda:
Akan selalu ada di kalangan ummatku, satu golongan yang mendukung kebenaran, golongan yang selalu menentang dan membelakangi mereka tidak akan memberikan kemudharatan apa-apa kepada mereka sehingga Hari Kiamat.
Akan selalu ada di kalangan ummatku, satu golongan yang mendukung kebenaran, golongan yang selalu menentang dan membelakangi mereka tidak akan memberikan kemudharatan apa-apa kepada mereka sehingga Hari Kiamat.
Imam Ali ra
mengatakan, "Tidak akan sunyi bumi ini dari seorang pemimpin yang
berdiri untuk Allah dengan hujjah-hujjahnya."
Prinsip Kesepuluh
Ummat Islam,
sebenarnya merupakan satu jama'ah atau satu partai, dan maju mundurnya jama'ah
ini tergantung pada pencapaian ilmu, karakteristik, dan komitmen ummat terhadap
Islam. Oleh karena itu segenap kaum Muslimin harus terikat pada rencana atau
program yang telah disusun. Dan rencana atau program yang disusun secara
spontanitas pun harus tunduk kepada kaidah-kaidah yang ketat, dan tidak boleh
membelakangi ke arah tercapainya tujuan.
Karakteristik
ummat Islam dan jama'ahnya adalah sesuai dengan ayat 36-43 surat asy-Syura.
Karakteristik ummat Islam ialah beriman, bertawakkal, menjauhkan diri dari
dosa-dosa kecil maupun besar dan perbuatan keji, mengontrol diri dari marah,
menyambut seruan Allah dalam semua hal, mendirikan shalat, berinfaq di jalan
Allah dan berlaku adil sesama manusia. Sedangkan ciri-ciri khusus dari jama'ah
Islamiah ialah adanya syura dan selalu menentang kezaliman.
Daftar pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar