Adetha Muhammad Dzulfaqar
PENGERTIAN
ADAPTASI
Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap
lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan
keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginan pribadi . Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti.
Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya
sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua penyesuaian
diri yang alloplastis (allo artinya yang lain, plastis artinya bentuk). Jadi
adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh
lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif” yang mana pribadi mempengaruhi
lingkungan
Menurut Suparlan adaptasi itu sendiri pada
hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap
melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:
1. Syarat
dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan
tempratur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara
menyeluruh dengan tubuh lainnya).
2. Syarat
dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan
takut, keterpencilan gelisah)
. 3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan
hubungan untuk dapat melangsungkan keturun, tidak merasa dikucilkan, dapat
belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan
musuh).
TUJUAN
BERADAPTASI
Aminuddin
menyebutkan bahwa penyesuaian dengan tujuan-tujuan tertentu, di antaranya:
a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
b. Menyalurkan ketegangan sosial.
c. Mepertahankan kelanggengan kelompok atau unit
sosial.
d. Bertahan hidup.
Di dalam
adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Menurut Suyono, pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap
mengenai suatu gejala dan dapat dipaki sebagai contoh dalam hal menggambarkan
atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi tersebut di atas, pola
adaptasi dalam penelitian kali ini adalah sebagai unsur-unsur yang sudah menetap
dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing
adat-istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu
perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat, kurun waktunya
bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan. Dalam buku
Intercultural Communication in Context yang di tulis oleh Judiht N. Martin dan
Thomas K. Nakayama, disebutkan bahwa terdapat sejumlah model yang dapat
menerangkan proses adaptasi seseorang, salah satunya yang sering digunakan
adalah U-Curve atau U-Curve Theory, teori ini berdasarkan riset penelitian yang
dilakukan oleh ahli sosiologi dari Norwegia, Sverre yang menginterview
pelajar/mahasiswa asal Norwegia yang belajar di A.S.
ASPEK
ASPEK PENYESUAIAN DIRI
Menurut
Alberlt & Emmons (2002) penyesuaian diri memiliki 4 (empat) aspek, yang
terdiri dari:
a. Aspek
self-knowledge dan self-insight. Aspek self-knowledge dan self-insight yaitu
kemampuan dalam memahami dirinya sendiri bahwa dirinya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Hal ini dapat diketahui dengan pemahaman emosional pada dirinya,
yang berarti adanya kesadaran akan kekurangan dan disertai dengan sikap yang
positif terhadap kekurangan tersebut maka akan mampu menutupinya.
b. Aspek self-objectifity dan self-acceptance,
bersikap realistik setelah mengenal dirinya sehingga mampu menerima keadaan
dirinya.
c. Aspek
self-development dan self-control, mampu mengarahkan diri, menyaring
rangsangan-rangsangan dari luar, ide-ide, prilaku, emosi, sikap, dan
tingkahlaku yang sesuai. Kendali diri dapat mencerminkan individu tersebut
matang dalam menyelesaikan masalah kehidupannya.
d. Aspek Satisfaction, menganggap bahwa segala sesuatu
yang dikerjakan merupakan pengalaman yang apabila tercapai keinginannya maka
menimbulkan rasa puas dalam dirinya
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI
Faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri
dikelompokkan menjadi dua kelompok menurut Soeparwoto (2004) yang terdiri dari
faktor internal dan faktor eksternal.
A. FAKTOR INTERNAL
1) Motif,
merupakan dorongan-dorongan sosial seperti dorongan untuk berprestasi, dorongan
untuk menjadi lebih unggul didalam lingkungan, dorongan untuk bersosialisasi.
2) Self-concept atau konsep diri, bagaimana individu
memandang dirinya sendiri serta sikap yang dimilikinya, baik terkait degan
dimensi fisik, karakteristik individual dan motivasi diri. Selain itu, meliputi kelebihan-kelebihan yang dimiliki
oleh dirinya, dan juga kekurangan atau kegagalan dirinya. Individu yang
memiliki konsep diri yang positif akan mampu menyesuaiakan diri dan
menyenangkan dibandingkan dengan individu yang memiliki konsep diri yang buruk.
3) Persepsi,
adalah proses pengamatan dan penilaian melalui kognitif maupun afeksi individu
terhadap objek, peristiwa dalam pembentukan konsep baru.
4) Sikap,
merupakan kesiapan atau kesediaan individu untuk bertindak. Individu dengan
sikap yang baik cenderung lebih mudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
dibandingkan dengan individu yang memiliki sikap tidak baik.
5) Intelegensi dan minat, intelegensi sebagai
langkah awal dalam berinteraksi atau proses penyesuaian diri, dengan
intelegensi individu dapat menganalisis dan menalar, selain itu degan adanya
minat terhadap sesuatu akan membatu mempercepat proses penyesuaian diri
individu.
6) Kepribadian, prinsipnya individu yang memiliki
kepribadian ekstrovert cenderung mudah
menyesuaiakan diri dibandingkan dengan individu yang memiliki kepribadian
introvert.
B.
FAKTOR EKSTERNAL
1) Keluarga, keluarga merupakan pintu awal individu
dalam belajar berinteraksi dengan individu lainnya. Pada dasarnya pola asuh
akan menentukan kemampuan penyesuaian diri individu, keluarga yang menganut pola
asuh demokrasi akan memberikan kesempatan lebih kepada individu untuk berproses
dalam penyesuaian diri secara lebih baik.
2) Kondisi Sekolah, sekolah dengan lingkungan
kondusif akan sangat mendukung individu agar dapat bertindak dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya secara selaras.
3) Kelompok Sebaya, kelompok sebaya akan
mempengaruhi proses penyesuaian diri individu, kelompok sebaya dapat menjadi
sarana yang baik dalam proses penyesuana diri. Namun, ada juga yang sebaliknya
sebagai penghambat proses penyesuaian diri individu.
4) Prasangka Sosial, prasangka sosial akan
menghambat proses penyesuaian diri individu apabila masyarakat memberikan label
yang negatif kepada individu seperti nakal, suka melanggar peraturan, menentang
orang tua dan sebagainya.
5) Hukum dan Norma, hukum dan norma akan membentuk
penyesuaian diri yang baik, apabila masyarakat konsekuen dalam menegakkan hokum
dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH ATAU KAMPUS
Hurlock
(2008) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri individu di
sekolah atau kampus, yaitu:
1) Teman-teman sebaya. Individu dengan teman-teman
sebayanya mulai belajar bahwa standar perilaku yang dipelajari mereka di rumah
sama dengan standar teman dan beberapa yang lain berbeda. Oleh karena itu,
individu akan belajar tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang dapat
diterima dan apa yang dianggap sebagai perilaku yang tidak dapat diterima.
2) Guru atau dosen. Secara langsung guru atau dosen
dapat memengaruhi konsep diri individu dengan sikap terhadap tugas-tugas
pelajaran serta perhatian terhadap siswa atau mahasiswa. Guru atau dosen yang
memiliki penyesuaian diri baik biasanya penuh kehangatan dan bersikap menerima siswa
atau mahasiswa.
3) Peraturan sekolah. Peraturan sekolah
memperkenalkan pada individu perilaku yang disetujui dan perilaku yang tidak
disetujui oleh anggota kelompok tempat individu belajar, apa yang dianggap
salah dan benar oleh kelompok social.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar