Laman

Sabtu, 12 Oktober 2019

PRINSIP HIDUP


PRINSIP HIDUP

PRINSIP DASAR HIDUP YANG BENAR
Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak mendatangkan manfaat bagi manusia yang lain. [Hadist Nabi]
3 Poin penting dalam melakukan sesuatu:
-mulai dari diri sendiri
-mulai dari yang kecil
-mulai dari sekarang
Berusahalah memahami orang lain dengan menempatkan diri kita sendiri pada posisi orang yang bersangkutan
Apabila dinasehati janganlah melihat oleh siapa kita dinasehati dan bagaimana orang tersebut menasehati, tetapi perhatikan apa isi nasehat dan mengapa orang menasehati (jangan siapa & bagaimana, lihat apa & mengapa).
Waktu tidak akan pernah berhenti, maka pergunakanlah sebaik-baiknya! Proyeksikanlah kegiatan-kegiatan kita dalam rencana-rencana, karena gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.
Jangan menyakiti orang lain jika kita sendiri tidak mau disakiti. Yang hina itu bukan orang yang dihina tapi orang yang menghina.
Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara:
-Sehat sebelum sakit;
-Muda sebelum tua;
-Kaya sebelum miskin;
-Lapang sebelum sempit;
-Hidup sebelum Mati;
Dalam menjalani hidup kejarlah hal-hal yang pasti terjadi, insya Allah hal-hal yang mungkin terjadi dapat kita raih.
Apabila kita menghadapi masalah yang penting dan masalah yang mendesak, selesaikanlah masalah yang mendesak terlebih dahulu, sebab hal yang penting belum tentu mendesak.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. [Q.S. Alam Nasyrah: 5-7]
Orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak dikerjakan oleh orang-orang gagal. Mereka (orang-orang sukses) belum tentu suka mengerjakannya. Namun ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka.

B. PENTING KEHIDUPAN YANG BENAR BAGI KEHIDUPAN MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Kita kini hidup di era yang menganut nilai relativisme, suatu masa di mana berlaku ungkapan, “Tidak ada kemutlakan!” Dalam banyak hal, garis pemisah antara kebenaran dan kekeliruan telah menjadi kabur, jika tidak ingin dikatakan terhapus sama sekali. Tetapi, jauh di dalam lubuk hati, kebanyakan dari kita masih tetap dapat membedakan mana yang benar dan yang salah – paling tidak dalam beberapa aspek kehidupan.
Misalnya, tidak ada satu pun di antara kita yang rela seseorang mengambil sesuatu yang menjadi milik kita. Kita tidak suka dibohongi, dan ketidakjujuran cenderung menghancurkan hubungan di tempat kerja, di rumah, dalam jalinan persahabatan, dan dalam organisasi kemasyarakatan. Tak seorangpun dapat menerima apabila kerusakan mesin mobil dijadikan alasan pengalih kecerobohan pengemudi mabuk yang mengakibatkan seseorang cedera atau meninggal dunia. Kita sepakat memandang sebagai hal yang tercela, bila seorang eksekutif menjual rahasia perusahaan demi keuntungan pribadi. Atlet yang “bermain sabun” merekayasa skor pertandingan juga dikategorikan melakukan tindakan yang salah. Dan masih banyak hal salah lainnya yang dapat kita sebutkan. Mungkin tidak semua orang sependapat dalam setiap kasus, namun tampaknya kita semua mempunyai perasaan naluriah mengenai cara yang benar menjalani hidup – apa yang oleh Alkitab disebut sebagai, “kebenaran”.
Memandang perasaan tersebut secara positif, menyebabkan kebanyakan dari kita sependapat bahwa menolong seseorang yang sedang menghadapi masalah kesehatan, keuangan atau masalah-masalah lain adalah hal yang “benar”. Jika kita melihat seseorang sedang berada dalam ancaman serangan secara fisik, adalah tindakan tepat jika kita menolong orang tersebut. Demikian juga, kebajikan dan kasih, serta kalimat penghiburan dan dukungan, kita anggap sebagai hal yang “benar” dan dibutuhkan.

KESIMPULAN
Agar hidup kita bahagia, perlu kita miliki beberapa prinsip hidup:
1. Menempatkan rasa aman dan harapan pada Tuhan.
2. Kita harsu memilki sasaran yang tepat dalam hidup.
3. Kita juga perlu memiliki pola pikir yang benar.
Hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar. Seseorang yang menjalani kehidupan pribadi dan pekerjaannya berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat menjadi inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku terpuji para tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan standar menjalani kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam Amsal 4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.”

DAFTAR PUSTAKA
Dessy. 2008. Prinsip Hidup 90%-10%. Beritanet.com
Robert Thamsy. 2005. Menemukan Resep untuk Hidup yang Benar. Monday Manna
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung.
Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI Bandung
Luluvikar. 2004. Apa Tujuan Hidupmu. http/google/tujuanhidup




Tidak ada komentar:

Posting Komentar