Laman
▼
Jumat, 23 Desember 2016
Kamis, 22 Desember 2016
Memiliki Prinsip
PRINSIP atau pendirian sangat penting
dalam kehidupan. Orang yang memiliki prinsip artinya memiliki ketegasan sikap
dalam hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki prinsip artinya hidupnya
tanpa pedoman, tanpa sikap, tanpa pendirian, akan mudah terbawa arus dan
akhirnya kehidupannya pun dapat dipastikan tidak akan mengalami kemajuan.
Mengenedalikan Diri
Dalam keadaan tertentu kita kadang sulit untuk mengendalikan diri sendiri
di mana banyak hal yang sangat membuat kita ingin marah dan berontak terhadap sesuatu hal
yang membuat kitaingin marah.
MENGENAL DIRI
Dalam hidup ini, manusia
selalu mencari dan mendambakan sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Memiliki
sesuatu yang berarti, untuk membuat hidupnya terpandang dan terhormat, bangga
dan menaikan gengsinya sebagai makhluk sosial, sehingga memuaskan hasratnya
untuk merasakan bahagia.
Namun sayang sekali, kita sebagai manusia ternyata selalu ingin
menjadikan hidupnya berarti dengan berusaha untuk mencari hal-hal yang bukan
inti. Ada banyak diantara kita misalnya, yang sibuk mencari uang hingga
menelantarkan keluarga. Atau sibuk mengumpulkan kekayaan dan merumitkan tetek
bengek kehidupan, tanpa bisa menikmati bahwa kebahagiaan itu sebenarnya telah
ada dan berasal dari hal-hal sederhana.
Kita cenderung fokus
kepada materi dan hal-hal yang bersifat fana, sehingga melupakan untuk mencari
sesuatu yang paling berarti yang sejati dalam hidupnya. Ada yang demi
mendapatkan materi, kekayaan, dan jabatan yang sifatnya fana itu, ia rela untuk
melakukan segala cara. Bahkan dengan mengorbankan dan pengorbanan nyawa.
Demi memperoleh hal itu, ia bahkan rela menggadaikan nuraninya.
Memang materi dan
hal-hal yang sifatnya fana sering kali berarti bagi hidup manusia. Tetapi semua
itu hanya benar menurut ukuran duniawi, sebagai sesuatu yang berarti dalam
kepalsuan – bukan yang sejati.
Dari dahulu kala,
manusia yang bijaksana telah berusaha dan membuka jalan untuk menemukan sesuatu
yang paling berarti dalam hidupnya. Melalui berbagai cara, dari yang biasa dan
ekstrim. Untuk itu semua, mereka rela untuk mengorbankan waktu dan materi. Karena
materi bukanlah yang sejati dan berarti bagi mereka yang telah mengerti.
Lebih dari itu
sesungguhnya yang paling berarti dalam hidup manusia adalah bisa mengenal diri
yang sesungguhnya, menemukan HATI NURANI-nya dan kemudian mencapai KESADARAN.
Kesadaran untuk terlepas dari kemelekatan. Kesadaran untuk melampaui kebaikan
dan kesalahan. Ketika mencapai kesadaran itulah dikatakan manusia telah bisa
melampaui kelahiran dan kematiannya.
Agama Islam adalah
sebagai jalan dan sarana bagi manusia untuk mengenal dirinya sebagai penuntun
untuk mencapai kesadaran menuju kepada pencapaian tertinggi dalam hidup
manusia. Sesuatu yang paling berarti karena sejati dan abadi.
Zaman ini kita telah
dikejutkan dengan nanotechnology. Kita telah memasuki era dimana kebutuhan
semakin berorientasi kepada yang kecil-kecil. Mulai dari telepon, komputer,
sampai peralatan rumah tangga. Semakin dibuat kecil, ramping dan efisien. Di
era ini kita diajak untuk mengulik sampai ke inti terkecil dari sesuatu yang
besar. Bahwa 1 nanometer adalah 1/1,000,000,000 meter. Suatu dimensi yang
bahkan lebih kecil dari sehelai rambut kita dibelah tujuh. Dan sesuatu yang
kecil itu adalah inti dari sesuatu yang besar. Bahwa Segala yang besar dibangun
dari partikel dan komponen-komponen kecil. Dengan mengubah dan mengendalikan
sesuatu yang inti, yang kecil, partikel yang menyusunnya itu, maka kita bisa
membuat sesuatu yang besar, yang luar biasa!
Maka ilmuan era ini,
mulai berpikir bagaimana membuat mesin berskala nano tersebut. Karena itulah
jawaban dari kemajuan teknologi kedokteran, dirgantara, energi terbarukan,
teknologi pangan dll. Ya, jawaban dari peradaban masa depan adalah perjalanan
kita ke “dalam” atau ke inti dari semua mahluk hidup, yaitu atom-atom,
sel dan molekul, nukleus!
Di era atau momentum
manusia kini, bukan lagi berbicara tentang cara membuat pesawat berbadan lebar
dengan kapasitas 400 penumpang atau lebih, tapi berangan membuat sebuah mesin
yang dapat ditanamkan di pembuluh darah seseorang untuk membantu mengefektifkan
pengobatan.
“The Art of Building
Small” itulah judul kuliah umum dari professor Faringa di depan civitas
akademika Universitas Groningen sebagai penghargaan kepadanya atas hadiah Nobel
yang baru diterimanya.
Intinya adalah, kita telah masuk ke zaman berpikir nano, yakni
berpikir ke dalam (inward), bukan keluar (outward). Berpikir nano adalah
berpikir yang dikendalikan oleh faktor terdalam dari diri kita yang kemudinya
adalah self
awareness dan conscience.
Kesadaran diri! Itulah yang menggerakkan kita, bukan faktor luar!
Segala yang besar
dibangun dari partikel dan komponen-komponen kecil. Tapi, kadang kita lupa,
kita ingin langsung mendapat hasil langsung besar. Kita bahkan terbiasa
menghargai pencapaian yang terlihat besar tanpa perduli kalau hasil besar
adalah buah dari bibit-bibit kecil.
Kalau kita berenang di
kolam kecil, maka kita merasa besar. Padahal, jika kita berenang di tengah
lautan Pasifik, barulah kita merasakan betapa kita hanyalah buih kecil, sangat
tak berarti. Pun, jika kita hanya berkutat di satu lingkungan, satu organisasi,
satu paham, dan merasa kita sudah berada di puncak dunia, maka hal selanjutnya
yang terjadi adalah tergerusnya kita oleh zaman. Kita tidak akan kemana-mana,
kita akan terborgol dengan ‘kebesaran’ itu sendiri. Itu-itu saja, dan cuma di
situ-situ saja!
Maka, ketika segala
persoalan diselesaikan dengan pendekatan makrosopik dan bukan mikroskopik, kita
akan cenderung melihat hanya yang terlihat besar saja, namun tidak akan dapat
mendeteksi inti permasalahannya. Tak pelak, jika kita menyelesaikan dengan cara
makro, masif, akbar, teriakan, cercaan, hujatan dan bukan dengan pendekatan
nano seperti nilai-nilai, moral, etika, hati nurani, maka sudah dapat kita
tebak seperti apa hasilnya. Kita hanya berhenti pada hal-hal yang sifatnya kasat
mata. Kita lupa, kalau kita tidak akan jadi besar dengan membesarkan ego.
“Dan di dalam diri kamu sendiri, apakah kamu tidak
memperhatikannya?” (QS Adz
Dzaariyaat [51]: 21)
Allah memerintahkan
manusia untuk memperhatikan ke dalam dirinya, karena di dalam diri manusia itu
telah diciptakan sebuah mahligai dan di dalamnya Allah telah menanamkan
rahasia-Nya.
Maka, wajib bagi kita
untuk mengadakan perjalanan ke inti kehidupan untuk mendapat jawaban dari semua
permasalahan. Karena, dari perjalanan kecil, perjalanan mikroskopik, perjalanan
nano itulah kita akan menemukan “penemuan besar” bernama kesucian, kekuatan,
kearifan, rahman, rahim atau nukleus (inti) dari penciptaan kita.
Dalam seni perang Sun
Tzu, jika kita mengenal diri sendiri dan mengenal siapa musuh kita, maka kita
tidak perlu mengkhawatirkan hasil dari ratusan pertempuran. Begitu pula dalam
hidup ini, jika kita tahu siapa diri kita dan mengerti
situasi/lawan/kompetitor, maka kemenangan pasti ada ditangan.
Semua orang sukses pasti
mengerti siapa diri mereka, Bill Gates pernah berkata:
The only thing I understand deeply, because in my teens I was
thinking about it, and every year of my life, is software. So I’ll never be
hands-on on anything except software.
Bill Gates menyadari,
apa yang ada di dalam dirinya adalah kecintaan terhadap software, dan dia
unggul dibidang tersebut. Maka semua yang ia lakukan hanyalah membangun
software terbaik. Inilah yang membuatnya bisa memegang gelar menjadi orang
terkaya di dunia, salah satu diantara filantropis yang senang menyumbangkan
hartanya bagi banyak orang.
Mengenal diri sendiri
adalah permulaan dari semua kemenangan hidup. Mengenal diri sendiri memang
sangat penting, namun terkadang juga sulit dilakukan, dan satu-satunya orang
yang bisa mengenali diri sendiri tentu hanya diri kita sendiri.
Cara terbaik untuk
menemukan jati diri adalah dengan bertanya, bertanya adalah trik yang paling
ampuh karena pertanyaan sebodoh apapun yang ditanyakan, maka otak akan selalu
mencari jawabannya perlahan-lahan, karena itu mengapa kita perlu bertanya
kepada diri sendiri, dan mengenal diri lebih dalam.
Pada suatu malam di
bulan Ramadhan tahun 610 Masehi, yang kelak disebut nabi Muhammad SAW sebagai
malam Lailah al-Qadr (lailatu qadar), Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Allah, Tuhan
Semesta Alam, Rabbul ‘Aalamin, menyampaikan kalimat-Nya kepada Al-amin yang
berada di Gua Hira’.
Muhammad SAW telah
mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha
berat ini, ia telah menjadi manusia pembelajar secara alamiah sebelum kenabian
dan kerasulan ditetapkan padanya.
Pilihan mengasingkan
diri yang dilakukan oleh Beliau SAW ini merupakan skenario Allah SWT
terhadapnya. Juga agar terputusnya kontak dengan kesibukan-kesibukan duniawi.
Rasulullah saw beribadah di dalam gua Hira’ untuk beberapa malam. Di sana
Rasulullah saw beribadat dengan bermunajat dan berzikir mengikut ajaran Nabi
Ibrahim as. Rasulullah hanya pulang ke rumahnya setelah bekalanya habis.
Bekalan kebiasaan Rasulullah untuk beribadah hanyalah gandum dan air.
Di Gua Hira’ yang gelap
dan sepi, Beliau merenung, berpikir, melakukan evaluasi, serta berdialog dengan
diri sendiri. Hingga kemudian Allah SWT berkenan berbicara kepada-Nya lewat
perantaraan malaikat Jibril ‘alaihissalam.
Begitulah, kemuliaan
bukanlah terjadi begitu saja. Nabi Muhammad SAW dijadikan rasul bukan tanpa
proses terlebih dahulu. Beliau bahkan menjadi seorang pemikir dan mengasingkan
diri di gua Hira’ sebelum wahyu datang kepadanya.
Dari kisah ini dapat
kita simpulkan. Bahwa seorang muslim tidak akan sempurna keislamannya
–betapapun ia memiliki akhlak-akhlak yang mulia dan melaksanakan segala macam
ibadah– sebelum menyempurnakannya dengan waktu-waktu menyendiri untuk
“mengadili diri sendiri” (muhasabatun nafsi). Merasakan pengawasan Allah dan
merenungkan fenomena-fenomena alam semesta yang menjadi bukti keagungan Allah.
Berpikirlah kedalam,
mengenali diri sendiri adalah kunci untuk menjadi berarti. Seperti sebuah quote
terkenal tentang seorang yang ingin mengubah dunia berikut:
“Ketika aku sadari bahwa
aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika
aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai
mengubah keluargaku.
Kini aku semakin renta,
aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya
yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.
Tiba-tiba aku
tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti
bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku
dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini.”
Wallahu’alam Bishawab.
Daftar Pustaka:
MENGENAL DIRI
Mengenal Diri
Mengenal diri merupakan
sikap yang sangat penting bagi manusia. Dengan kita mengenal diri kita, kita
jadi bisa lebih tau jadi apa kita nanti dan apa yang akan kita lakukan kelak.
Dan mengenal diri sendiri merupakan sebuah hal yang sederhana namun dapat
membantu untuk melakukan perubahan diri.
Mengapa mengetahui diri sendiri merupakan hal yang penting, yaitu karena jika kita tidak mengetahui diri sendiri maka bagaimana kita dapat melakukan perubahan diri, bagaimana tolak ukur mengenai diri sendiri, bagaimana mengetahui apa keinginan yang kuat atau passion diri sendiri, dan masih banyak lainnya.
Mengapa mengetahui diri sendiri merupakan hal yang penting, yaitu karena jika kita tidak mengetahui diri sendiri maka bagaimana kita dapat melakukan perubahan diri, bagaimana tolak ukur mengenai diri sendiri, bagaimana mengetahui apa keinginan yang kuat atau passion diri sendiri, dan masih banyak lainnya.
Kenali
Diri Sendiri Melalui Visualisasi dan Indra Penglihatan
Cara
paling mudah melalui metode visualisasi, perhatikan apa yang kita lihat dan
sering kita jumpai. Bila kita merasakan getaran/vibrasi yang cocok dan sesuai
dan kita cenderung merasa nyaman pasti disitulah kegemaran kita. Gambaran
melalui pandangan mata kita adalah alat paling canggih untuk mendeteksi
keinginan kita, bahkan lebih canggih dari alat manapun.
Sebagai
contoh, ketika kita melihat seseorang sedang memainkan alat musik gitar sambil
bernyanyi. Kita merasakan ikut dalam alunan musik serta lagunya, bahkan kita
sesekali ikut bernyanyi dan menikmati lagunya. Sesunggunya kondisi ini sedang
menunjukan kepada kita bahwa kita senang dengan musik dan cara untuk
mewujudkannya adalah mendengarkan musik.
Kenali
Diri Sendiri Melalui Perasaan
Alat
pendeteksi tercanggih yang telah diciptakan Tuhan untuk manusia adalah
perasaan. Perasaan yang kita miliki tidak dapat digantikan dengan alat
tercanggih sekalipun didunia ini, untuk alasan inilah manusia diciptakan dengan
memiliki perasaan. Perasaan inilah yang dapat menggambarkan diri kita, apakah
kita memiliki perasaan halus, sensitif atau justru sebaliknya.
Sebagai
contoh, bila kita melihat seseorang sedang bekerja keras untuk membangun bisnis
agar masa depannya tidak melarat. Melihatnya sukses membangun bisnis kita
cenderung ingin menjadi sepertinya, yaitu sukses membangun bisnis. Inspirasi
darinya yang menjadi pendorong bagi kita untuk lebih giat dan tekun. Disini
perasaan kita sedang bekerja, sehingga kita termotivasi.
Kenali
Diri Sendiri Melalui Pikiran
Pikiran
memiliki kekuatan dasyat yang dapat mengubah apapun. Untuk alasan inilah banyak
motivator mengatakan bahwa kunci dari kesuksesan adalah pikiran. The
Secret Power Of The Think, kira-kira seperti inilah gambaran kekuatan
pikiran kita yang penuh dengan rahasia dan misteri.
Cara
mendeteksinya adalah dengan pola pikir kita, pembentukan pola pikir (mindset)
melalui proses yang tidak instant dan cenderung memerlukan pengorbanan. Kenali
pikiran-pikiran Anda dengan cara melatihnya terus menerus, jangan biarkan ia
menjadi kerdil. Cara melatihnya adalah dengan mengisinya dengan informasi yang
baik dan bermanfaat.
Penting
bagi kita untuk mengenal diri kita sendiri karena itu merupakan pondasi terkuat
untuk Pengembangan Diri. Kenali pula diri kita dari kelemahan maupun
kekuatan agar kita dapat memaksimalkan potensi yang kita miliki dan dapat
mengelola kelamahan menjadi kekuatan.
Apabila kita berhasil mengenali diri sendiri maka besar kemungkinan kita akan mampu menguasai serta mengendalikan diri. Ingatlah selalu bahwa Orang yang Menghalangi Kita Adalah Diri Kita Sendiri, jadi kalahkan musuh terbesar dalam diri kita untuk mencapai sukses.
Apabila kita berhasil mengenali diri sendiri maka besar kemungkinan kita akan mampu menguasai serta mengendalikan diri. Ingatlah selalu bahwa Orang yang Menghalangi Kita Adalah Diri Kita Sendiri, jadi kalahkan musuh terbesar dalam diri kita untuk mencapai sukses.
Nama saya Galih Bagas
Patih Mberu. Saya anak bungsu dari keluarga bapak Gadir dan ibu Yuliawati. Saya
lahir di Jakarta 7 Juli 1997. Saya tinggal bersama keluarga saya di jalan
kutilang raya RT 11/05 komplek pondok bahar permai Karang Tengah. Hobi
saya sejak kecil bermain sepakbola namun di samping itu, saya juga selalu
menekunin tugas utama saya yaitu belajar dengan giat dan membantu pekerjaan
orang tua saya. Saya sebagai anak laki-aki harus bertanggung jawab dalam hal
apapun itu. Menurut orang tua saya, saya anaknya terkadang rajin dan malas,
terkadang di rumah saya sering berantem sama abang saya dalam masalah kecil.
Orang tua saya pernah bilang kepada saya ketika kamu menghargai dirimu sendiri
, orang lain juga senantiasa peduli terhadapmu. Saya selalu di ingatkan dengan
orang tua jangan pernah melakukan hal-hal yang negatif. Saya ingin sekali agar
kelak nanti dapat membanggakan orang tua saya yang telah membimbing saya dan
mengerjakan hal yang baik terhadapan saya.
MENGAMBIL RESIKO
Mengambil Resiko
Risiko adalah
sesuatu yang selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang
merugikan yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Hasil yang dicapai dari suatu kegiatan jarang sekali dapat diramalkan dengan hasil yang sempurna. Pada umumnya terjadi penyimpangan, biarpun kecil. Risiko selalu terjadi bila keputusan yang diambil menggunakan criteria peluang (decision under risk) atau criteria ketidakpastian (decision under uncertainly). Pada umumnya untuk risiko menghitung dipakai nilai yang diperkirakan (expected value) atau angka penyimpangan (variance).
Bagi seorang wirausaha, menghadapi risiko adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi karyawan.
Pengambilan risiko adalah hal yang hakiki dan wajar dalam merealisasi potensi diri sebagai wirausaha. Pengambilan risiko dalam hidup melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa yang terjadi, perhatian untuk masa depan dan keinginan hidup di masa sekarang. Sebagai seorang wirausaha harus sadar bahwa pertumbuhan usaha di masa yang akan datang merupakan hasil keuntungan peluang usaha masa sekarang dan dalam pengambilan risiko untuk mencapai tujuan usaha atau bisnis.
Hasil yang dicapai dari suatu kegiatan jarang sekali dapat diramalkan dengan hasil yang sempurna. Pada umumnya terjadi penyimpangan, biarpun kecil. Risiko selalu terjadi bila keputusan yang diambil menggunakan criteria peluang (decision under risk) atau criteria ketidakpastian (decision under uncertainly). Pada umumnya untuk risiko menghitung dipakai nilai yang diperkirakan (expected value) atau angka penyimpangan (variance).
Bagi seorang wirausaha, menghadapi risiko adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi karyawan.
Pengambilan risiko adalah hal yang hakiki dan wajar dalam merealisasi potensi diri sebagai wirausaha. Pengambilan risiko dalam hidup melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa yang terjadi, perhatian untuk masa depan dan keinginan hidup di masa sekarang. Sebagai seorang wirausaha harus sadar bahwa pertumbuhan usaha di masa yang akan datang merupakan hasil keuntungan peluang usaha masa sekarang dan dalam pengambilan risiko untuk mencapai tujuan usaha atau bisnis.
situasi berisiko terjadi jika anda diminta membuat pilihan antara
dua alternati"
atau lebih, yang bakal hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secaraobyekti". !ituasi ini mengandung potensi
kegagalanb dan potensi sukses. !emakinbesar
kemungkinan kerugian, semakin besar risikonya.!ebagai pengambil risiko anda harus emngambil keputusan dalam situasi penuh ketidakpastian, sambil menimbang kemungkinan
sukses dan ruginya
MAMPU BERADAPTASI
Mampu Beradaptadi terhadap
Lingkungan yang Baru
Adaptasi
adalah cara bagaimana kita mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bisa
bertahan hidup, atau Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap hal baru.
Cara untuk beradaptasi
terhadap lingkungan yang baru
1. Bersikap Ramah dan
Murah Senyum Orang akan sangat respek terhadap kita apabila kita murah senyum
dan ramah. Mereka melihat kita ini adalah sesorang yang rendah hati, mudah
bergaul dan bisa membuat orang lain nyaman.
2. Bersikap Natural / Apa
Adanya Terkadang banyak sekali orang-orang yang berlebihan berbicara ataupun
bersikap kepada orang yang baru dikenal, hal ini akan menyebabkan orang lain
ilfil terhadap kita. Sebisa mungkin bersikap senatural mungkin, apabila anda
cerewet usahakan diminimalisir kecerewetan itu.
3. Jangan
Menceritakan Hal-Hal Yang Tidak Penting Banyak kita jumpai orang disekeliling
kita, baru kenal saja sudah menceritakan soal pacarnya, istrinya, suaminya,
anaknya, tetangganya, sodara tetangganya, bahkan kucing tetangganya yang
kelaparanpun diceritakan. Apalagi terlalu menceritakan harta yang kita miliki
hal ini akan membuat orang yang mendengarnya merasa aneh dan menilai kita orang
yang terlalu terbuka dan sombong. Dengan melakukan hal itu orang disekeliling
akan dengan mudah menilai karakter buruk kita.
4. Disiplin Rekan
kerja, teman sekolah, kuliah dan lain sebagainya akan sangat menghormati dan
menghargai kita jika kita disiplin. Dengan kedisiplinan itu, orang lain juga
akan percaya bahwa kita mampu untuk melakukan sebuah pekerjaan secara baik dan
terjadwal rapi.
5. Hindari Membicarakan Keburukan Orang Lain Hal ini banyak
dilakukan oleh wanita, meskipun pria pun juga tak sedikit yang melakukan
perbuatan seperti ini. Dengan membicarakan keburukan teman sekelas, sekantor,
seinstansi malah akan merugikan diri sendiri. Orang tidak akan percaya dengan
kita, karena menilai dirikita sebagai orang bermulut besar yang tak berisi.
Selain itu untuk menghindari terjadinya adu domba antar teman.
http://www.kompasiana.com/syarahnikenasmara/agar-cepat-beradaptasi-dengan-lingkungan-baru_552a4c73f17e61b872d62456