Laman

Rabu, 16 November 2016

Pengendalian Terahadap Diri Itu Sangat Penting!




Definisi Pengendalian diri menurut para ahli
Menurut Thoreson dan Mahoney menjelaskan bahwa ‟demi tujuan jangka panjang, dia sengaja menghindari melakukan perilaku yang biasa dikerjakan atau yang segera memuaskannya yang tersedia secara bebas baginya,
tetapi malah menggantinya dengan perilaku yang kurang biasa atau menawarkan kesenangan dengan tidak segera‟.


Menurut Ronen (1993) menjabarkan bahwa “kendali diri merupakan proses yang terjadi ketika dalam situasi tanpa batasan dari lingkungan eksternal anak melakukan suatu jenis perilaku yang sebelumnya sedikit tidak mungkin muncul dibandingkan perilaku alternatif lainnya‟. Dapat pula diartikan sebagai proses yang dilakukan individu atas dasar kemauan dan pemikiran yang mereka miliki. Dengan kata lain, individu dapat  memunculkan  suatu  perilaku  positif  ketika  situasi  yang  ada memungkinkannya memunculkan perilaku yang negatif.
Pengendalian diri atau disebut juga kendali diri dapat pula diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tingkah laku mengandung makna, yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Dengan menggunakan berbagai pertimbangan sebelum bertindak, individu tersebut mencoba untuk mengarahkan diri mereka sesuai dengan yang mereka kehendaki. Dengan kata lain, semakin tinggi kendali diri yang dimiliki seseorang semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku.

Maka dapat disimpulkan bahwa, pengendalian diri adalah tindakan mengendalikan atau mengarahkan tingkah laku seseorang, sebagai upaya pencegahan (preventif), sebagai suatu tindakan penundaan pemuasan kebutuhan, sebagai suatu keterampilan, keahlian, potensi, perbuatan untuk pembinaan tekad. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka pengendalian diri dalam penelitian ini memiliki maksud sebagai kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengarahkan dirinya mendekati tujuan yang diharapkan dengan jalan mendisiplinkan diri dan melakukan penundaan terhadap perilaku yang dapat menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Faktor yang mempengaruhi pengendalian diri
1.      Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi control diri dalam konteks bagaimana seseorang dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada hasil yang akan diperolehnya. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan hal inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya yang menekan secara psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan reaksi.
2.        Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Setiap orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut memiliki karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap orang, bahkan terkadang situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan mempengaruhi cara memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan oleh seseorang.
3.      Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran, dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan. Budaya telah mengajarkan nilai-nilai yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan, begitu pula strategi yang digunakan.
4.       Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri seseorang. Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang peran penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa selanjutnya seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga pengalaman yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan pengalaman negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi tersebut.
5.       Usia. Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki control diri yang lebih baik dibanding orang yang lebih muda.

    Jenis-jenis pengendalian diri
Kontrol diri yang digunakan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu, meliputi :
a.       Behavioral control, kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara lain dengan mencegah atau menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk memberikan reaksi atau membatasi intensitas munculnya situasi tersebut
b.      Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam sutu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu terhadap keadaan yang tidak menyenangkan, individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif atau memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
c.       Decision control, kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai kemungkinan (alternative) tindakan
d.      Informational control, Kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa konsekuensinya. Kontrol informasi ini dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang dalam memprediksi dan mempersiapkan yang akan terjadi dan mengurangi ketakutan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang tidak diketahui, sehingga dapat mengurangi stress.
e.       Retrospective control, Kemampuan untuk menyinggung tentang kepercayaan mengenai apa atau siapa yang menyebabkan sebuah peristiwa yang menekan setelah hal tersebut terjadi. Individu berusaha mencari makna dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini bukan berarti individu mengontrol setiap peristiwa yang terjadi, namun individu berusaha memodifikasi pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan

Cara Mengendalikan Diri Kita Sendiri
1. Pengendalian Suasana Hati
Hati atau ‘’Qolbu” adalah pusat pikiran dan jiwa. Suasana hati sangat mudah berubah, sejalan dengan dinamika kehidupan yang dialami seseorang. Hati akan menentukan apakah seseorang menjadi mulia atau hina. Hati akan membimbing akal dan tubuh kita.
2. Pengendalian pikiran dan visi
Dimensi fikir akan membuahkan hasil/penentu sikap dan perilaku seseorang. Seseorang yang memiliki persepsi/pikiran benar (positif) akan membentuk suatu proses (aktivitas) yang benar juga (positif). Tentu hasil akhirnya juga benar (positif). Pengendalian pikiran dapat dillakukan dengan mengawasi apa isi terbanyak dalam pikiran kita. Subjek apa yang mendominasi pikiran ???
Pikiran hanya sibuk pada diri sendiri, ini adalah indikator egoisme. Pikiran yang penuh dengan urusan uang dan uang berarti ini ada indikator materialistis. Cara lain untuk mengendalikan pikiran adalah dengan pikiran holistik, menyebutkan berfikir melingkar yaitu dengan berfikir dan mempertimbangan semua dimensi.
3. Pengendalian nafsu dan hasrat
Maslow menyebutkan bahwa motif-motf yang mendorong bertingkah laku adalah keinginan untuk memuaskan kebutuhan. Urutan kebutuhan manusia adalah 
kebutuhan fisik (makan, minum, tempat tinggal) rasa aman, diterima, dicintai, diakui, ingin tahu, mendapat keindahan, dan aktualisasi diri.
Hasrat dan nafsu untuk memenuhi kebutuhan tersebut hendaknya tetap terkendali dengan dilandasi dengan nilai-nilai keimanan. Contoh: nafsu makan tidak terkendali dapat membawa petaka berupa penyakit tertentu, bahwa setiap apa yang kita makan akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhir halal dan harammnya. Lidah harus bisa mengendalikan supaya tidak memproduksi ucapan yang menyakitkan dan melecehkan diri sendiri serta orang lain.

 Daftar Pustaka
STW,Herry. 2013. Pengendalian Diri. ?(https://herrystw.wordpress.com/2013/01/04/pengendalian-diri/ )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar