Laman

Senin, 12 September 2016

Tanamkan Kejujuran Sejak Dini




Di post oleh : Anna Lusiana

JUJUR adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila ada yang mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan tidak lagi menarik bagi kebanyakan orang. Semua orang paham akan maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya.

Nilai kejujuran yang sudah terkikis di masyarakat. Banyak penyimpangan akibat sikap tidak jujur, mulai daripelajar tawuran, mencuri, mencontek, pelecehan seksual, hingga pejabat yang korupsi.
Di dalam sebuah keluarga pun nilai-nilai kejujuran harus tertanam sejak dini. Diperlukan kebersamaan untuk senantiasa menjaga suasana jujur dan konsisten dijalankan. Suami harus berlaku jujur terhadap istrinya, begitu juga istri harus sama. Jika salah satunya tidak malakukan itu maka bukan tidak mungkin terjadi keributan. Cek cok. Siapa yang dikorbankan? Sudah pasti anak-anak. Mereka yang masih suci kadang harus menyaksikan pertikaian orangtuanya. Intinya, setelah jujur tertancap dalam diri orangtua, maka segera wariskan ajaran tersebut kepada anak-anaknya.




Sering kali kita mendapati banyak anak-anak yang sering saja membual. Baik kehidupan di sekolah maupun di lingkungan rumah dan saat bersama keluarga. Untuk mengatasi perilaku membual pada anak, berikut tujuh caranya:

1. Jangan memojokkan perilaku anak dengan mengatakan, "Kamu berbohong, ya? Kenapa sih kamu berbohong?" Jika disikapi seperti ini, anak akan berusaha membela dan mempertahankan diri. Ini membuat anak semakin tidak ingin mengatakan hal yang sebenarnya, karena ia takut dimarahi.

2. Tidak memberikan respons positif atau membiarkan apa yang dikatakan atau diceritakan, karena anak akan menganggap wajar perilaku seperti itu. Ia tidak akan tahu mana yang baik dan tidak, bahkan ada kecenderungan anak akan mengulangi kembali perilaku membualnya.

3. Ajak anak bicara baik-baik. Orangtua perlu memberi tahu sikap dan perilaku yang seharusnya. "Kak, Mama dengar kamu cerita nonton konser Justin Bieber pada temanmu. Padahal Mama kan tidak membelikanmu tiket. Kenapa harus bicara seperti itu sama temanmu? Lain kali, kalau bicara harus yang sebenarnya, ya. Jangan diulangi lagi, lo." Jadi, pilihlah kata-kata yang juga tidak bersifat tuduhan langsung atau memojokkan.

4. Cari latar belakang perilaku membual tersebut. Sebetulnya dari obrolan dengan anak, orangtua bisa menggali penyebab anak membual, apakah karena mencontoh, anak merasa rendah diri sehingga ingin dianggap hebat, atau ada sebab lain. Bila karena mencontoh, orangtua perlu melakukan instrospeksi diri. Beri tahukan sikap mana yang benar dan tidak. Bila ia ingin mendapatkan perhatian, beri tahukan cara-cara yang bisa dia lakukan dengan baik untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Bila karena rasa rendah dirinya, bantu anak meningkatkan self esteem-nya dengan menggali atau menonjolkan kelebihan yang dimilikinya.

5. Buat kesepakatan bersama, beri anak konsekuensi bila berperilaku membual. Caranya dengan mengambil apa yang sangat disukainya, semisal tidak diberi uang jajan, tidak boleh main games di akhir pekan, dan sebagainya. Jadi anak belajar, dengan berperilaku tak baik ia akan mendapatkan sesuatu yang tak menyenangkan.

6. Beri contoh-contoh pemahaman atas perilaku tersebut. Bisa lewat cerita tentang dampak negatif yang diterima bila seseorang membual. "Kak, kalau kamu sering mengatakan tentang sesuatu secara berlebihan dan tidak sebenarnya, ketika temanmu mengetahuinya, mereka jadi tak percaya lagi. Nanti mereka tak mau main dan berteman lagi, bagaimana? Sedih, kan? Diaharapkan dengan cara ini anak mau mengambil secara perlahan-lahan perilaku membualnya.

7. Bekerja sama dengan guru di sekolah untuk membantu memperbaiki perilaku anak yang suka membual. Ceritakan pada guru tentang perilaku yang diharapkan dari si anak. Guru bisa memperhatikan perilaku si anak dan membantu memperbaiki perilakunya itu di sekolah. 

Dalam organisasi besar negara pun kejujuran adalah modal dalam membangun bangsa. Karena itu, dibuatlah lembaga-lembaga yang mengawasi masalah kejujuran. Ada lembaga keuangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Lembaga ini tentu saja bertugas mengaudit keluar masuk keuangan pemerintah daerah supaya benar. Jika benar diberikan reward, jika salah pun dapat sanksi. Bahkan bisa masuk ranah hukum jika hasil audit membuktikan indikasi merugikan negara.


Sumber :
Gani,Abdullah. aceh.tribunnews.com/2014/05/02/makna-sebuah-kejujuran
Veriawan, oktora. http://jogja.tribunnews.com/2011/12/17/tujuh-cara-mendidik-anak-untuk-jujur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar